Alysha 36~[sisi yang lain]

1.2K 52 6
                                    

Haloo gais! aku baru buat Trailer Girl Boss, jangan lupa like yaa! kalo bisa subscribe hehe.


komen pendapat kalian tentang trailer ini ya!

Setelah mendengar apa yang di ucapkan Tio, Alysha tidak dapat menahan diri lagi, dia langsung saja bangkit berdiri, membuat teman-teman menatap dirinya dengan heran.

"Mau kemana lo?" Naomi menatap Alysha dengan bingung.

Alysha hanya menatapnya sekilas, "Ada urusan, gue pergi dulu kalo gue telat pulang tolong bawain tas gue ya!" tukas Alysha lalu berjalan meninggalkan kantin yang padat.

Alysha berjalan dengan cepat, tidak lupa mengganti rok dengan celana yang dia simpan di loker, lalu dengan cepat berjalan kearah parkiran.

Alysha mengedarkan pandangannya, menyapu seluruh penjuru parkiran, dan tidak menemukan satpam yang menjaga, biasa jam makan siang, satpam juga ikut makan makanya kosong, ini adalah kesempatan bagi dirinya, dia tersenyum dan dengan cepat segera menaiki motornya.

Jalanan yang lenggang membiarkan Alysha memainkan motornya dengan sesuka hatinya, saat ini banyak hal yang dia pikirkan dan tak ada 1 pun jawaban.

Hingga tiba di pelataran rumah milik Brayen yang terlihat sepi, Alysha jarang datang kerumah Brayen terakhir saja yang waktu mengantarkan Brayen pulang dari rumah sakit, bukankah sudah lama sekali?

Alysha mendekati satpam yang terus menatapnya, dia membuka helmnya kemudian sang satpam tersenyum, "Eh non Alysha! tumben kemari" sapa Sang satpam dengan begitu ramah.

Alysha membalas senyumnya sebagai bentuk formalitas, "Iya pak, Brayen ada?"

Satpam pun mengangguk, membiarkan Alysha masuk kedalam rumah Brayen.

Astaga rumah sebesar ini hanya Brayen yang tinggal seorang diri, dan hanya ada satpam atau pembantu yang menemani dirinya.

Setelah bertanya kepada seorang asisten rumah tangga dimana letak Brayen saat ini, Alysha dengan cepat pergi ke kamar Brayen yang berada di lantai 2 itu.

Tanpa mengetuk lagi, Alysha masuk dengan perlahan, menemukan Brayen yang sedang berbaring sambik memejamkan mata.

Alysha mendekat, mengusap surai milik Brayen lembut, memberikan kenyamanan kepadanya, "Lo kenapa gini? sejak kapan lo main club?" suara Alysha begitu bergetar, seakan menahan tangis, dia tidak bisa melihat Brayen menjadi seperti ini.

"Gue udah lama main club, lo aja baru tahu. Selama ini gue minta mereka rahasiain dari lo" mata Brayen terbuka, suaranya parau khas orang bangun tidur.

"Tapi kenapa?"

Brayen menghela nafas pelan, mengatur dirinya agar duduk bersandar di kepala ranjang, menerima bantuan Alysha yang membantu dirinya. "Gue tahu lo selama ini hanya melihat gue dari sisi yang gue tunjukin doang, lo gak pernah liat sisi dalam gue seperti apa" Brayen menatap Alysha dalam, "Yang sebenarnya ini sisi dalam gue,"

Alysha menatap Brayen tidak percaya, "Tapi lo kenapa? lo lagi ada masalah atau apa?"

"Gue terluka dan butuh obat ya caranya seperti ini" nada dingin terpancar dari aura milik Brayen.

"Kenapa harus dengan cara seperti itu? kenapa lo gak ngomong aja ke gue? siapa tahu gue bisa bantu lo yen, jangan lo pendem sendiri terus seperti ini. Gue gak bisa liat lo kaya gini." Alysha berusaha meyakinkan Brayen bahwa dirinya dapat di percaya, tapi entah kenapa Brayen malah tertawa keras saat ini.

"Gue cerita ke lo? lo gak salah Sha? bahkan lo penyebab kenapa gue terluka dan gue harus ngomong ke lo? hahahahahahaha" Brayen semakin saja berbicara tidak jelas, Alysha menatapnya dengan pandangan sedih dan terluka.

"Sha jangan lo natap gue seakan-akan lo yang terluka karena gue, kenyataannya lo yang selalu melukai gue hahahaha" Brayen membuang muka, tidak lagi menatap Alysha.

Alysha tidak memperdulikan hal itu, dia keluar meninggalkan ruangan kamar Brayen tanpa mengucapkan apa-apa. Brayen hanya menatap kepergian Alysha tanpa minat, dia sudah biasa terluka.

Alysha kembali lagi bersama air dan kompresan, tanpa banyak bicara Alysha mulai menyeka sudut bibir Brayen yang terluka, lalu mengompres lebam-lebamnya dengan air dingin.

Menatap Alysha dari arah sedekat ini, jiwa Brayen bergelojak, dia berusaha mengusir rasa sukanya kepada Alysha, tapi rasanya mustahil rasa sukanya sudah terlalu besar.

Tak lama kemudian, Brayen memegang kepalanya yang begitu nyeri, mungkin efek dari minuman yang dia minum semalam, pengaruhnya belum benar-benar hilang hanya saja Brayen terus saja memaksakan dirinya untuk terlihat kuat.

Alysha menatap Brayen dengan panik, Brayen mengeram kesakitan sambil memegangi kepalanya, "Lo kenapa Yen? mana yang sakit?mau gue panggil dokter?" tanya Alysha

Brayen kemudian, menjauhkan tangan Alysha dari kepalanya, menatap manik mata Alysha dengan tajam, "Lo panggil dokter buat apaan? dia gabakal bisa nyembuhin gue hahahaha"

Alysha tidak melihat Brayen seperti ini karena dirinya, langsung saja Alysha mendekap Brayen kedalam pelukannya, Alysha menangis melihat Brayen seperti ini, dia lebih suka dengan Brayen yang suka mengombalinya yang terasa lucu karena dia sangat jutek, Brayen yang ketus dan dingin.

Bisakah dia mengembalikan Brayen yang dulu kembali?

***
Alysha baru saja pulang dari rumah Brayen, dia tidak langsung kerumah, seharian dia dirumah Brayen membuat dirinya bolos di hari senin. Sekarang Alysha berniat mengambil tasnya di cafe biasa dia dan teman-temannya berkumpul.

Alysha memijakan kaki di cafe tersebut, menelusuri setiap sudut cafe mendapati keempat temannya yang sedang mengobrol, dengan cepat Alysha menghampiri mereka.

"Eh thanks ya semua, udah bawain tas gue" ujar Alysha.

"Dimana-mana duduk dulu baru ngomong kali sha, kaya sama siapa aja" tukas Stelea menunjuk space kosong agar Alysha bisa duduk.

Alysha baru saja mendaratkan bokongnya, berbagai pertanyaan langsung saja dia terima, "Satu-satu kenapa sih, bingung gue jawabnya" nada bicara Alysha terdengar ketus, membuat mereka berempat tertawa.

"Oke oke sorry, jadi tadi lo kemana aja?"

"Gue dirumah Brayen"

"Ngapain lo dirumahnya?"

"Lihat keadaan Brayen"

"Terus keadaan nya gimana?" kali ini Naomi bertanya dengan panik, semua menatapnya. Dia yang sadar akan hal itu kembali menetralisir wajahnya.

"Gak bisa di katakan baik-baik aja" Alysha menghela nafas pelan, memejamkan matanya menetralisir rasa sakit setiap mengingat Brayen tadi, betapa besar rasa terluka Brayen yang dia pendam saat ini.

"Lo gak bawa dia kerumah sakit?"

"Raganya baik-baik aja hanya ada beberapa lebam..." Alysha mengantungkan kalimatnya, membuat teman-temannya semakin penasaran.

"Lalu, kenapa gak bisa di katakan baik-baik saja?"

Alysha menatap teman-temannya itu, kemudian menunduk, "Batinnya terluka banget, dan gue yang jadi penyebabnya" suara Alysha menjadi serak, seakan-akan tangisnya akan pecah saat itu juga menceritakan apapun yang Brayen katakan kepadanya.

***
tbc guys
maaf yaa aku suka updte malem² karena mantap lagi suka ngetik tengah malam wkwk

ohyah sudah nonton trailernya?

jangan lupa vote + comment ya!

1 kata untuk Alysha?

1 kata untuk Brayen?

1 kata untuk cerita ini?

see the next chapter guys, hope yu like it.

GIRL BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang