Alysha 26~[Maaf, teman]

1.4K 68 9
                                    

"Sorry gue lebih pilih Alysha. Gue gak bisa." Ujar Dewa penuh penekanan dan mengangkat tangannya ke atas meminta Remorga untuk mundur.

Bugh

Dewa terkesiap menerima serangan dari belakang, ia membalikan badan mendapati Dilivio memukuli dirinya.

"Dewa" Teriak Alysha saat dibelakang dewa ada anak buah Dilivio,Dewa menendang mereka hingga tersungkur, ia mendekat pada Dilivio.

"Lo" Tunjuknya tepat di hadapan Dilivio
"Mulai hari ini pertemanan kita selesai."Tandas dewa, ia mencengkram erat kerak jaket dilivio memukulnya dan melemparnya.

Dilivio terkekeh ia membuang saliva yang bercampuran darah itu ke tanah, dan tertawa sinis.
"Lo kibarin bendera perang atas persahabatan kita ini. Gue sebagai mantan teman lo mau bilang jangan terlalu percaya sama gadis yang lebih lo pilih daripada temen lo."

"Lo ga usah sok tau tentang kehidupan gue."

"Jadi karena kita udah gak berteman gue mau bilang sesuatu sama lo. Kayaknya lo salah deh mengakhiri pertemanan kita." Dilivio terlihat berpikir sebentar sebelum menarik Pistol dari saku jaketnya dan mengarahkan kearah Dewa.

"Maaf teman."

Dor

untung saja, dewa berhasil menyingkir kalau tidak bisa saja ia nyaris tiada saat ini, peluru pistol tersebut hanya mengenai lengan bagian kirinya, ia menatap dengan tatapan dingin kearah dilivio. Saat dia akan maju untuk membalas perlakuan dilivio, alysha menahannya dan memeriksa lengannya.
"Lengan lo luka, jangan paksain." Alysha menggeleng pada Dewa.

"Dasar Psyhco." Gumam Brayen, kemudian mengambil alih peperangan ditempat ini. Ia mengangkat tangannya keatas memberi kode kepada anak-anak Hurricane untuk maju menyerang anak-anak Meldeath. Anak-anak Remorga pun melakukan hal yang sama menyerang Mealdeath.

Sebenarnya kekalahan telak sudah dapat di pastikan akan di terima Meldeath sebelum peperangan di mulai, tetapi mereka tetap melanjutkan hingga peperangan selesai.

"Sha, lo bawa Dewa pergi, ini biar gue yang tangani." Teriak Brayen pada Alysha, posisi brayen saat ini sedang menghadapi 3 anak meldeath yang berusaha memukulnya.

Alysha menoleh dan mengangguk, "Yuk pergi."

Dewa menggeleng, "Gabisa lys, gue pemimpin lo juga pemimpin kita gaboleh egois buat ninggalin mereka." ia berusaha maju untuk mencari lawan tapi alysha menahannya.

"Lo jangan gegabah dewa! emang tembakannya gak kena kulit bagian dalam tapi kalo sampe kenapa-napa gimana? udah ada wakil-wakil kita lo tenang aja meldeath juga keliatan bakal kalah karena kurang pasukan." Alysha menarik dewa menjauh dari lapangan golf.

"Gue bawa motor sendiri aja." Ujar dewa tapi alysha melarangnya dan memaksanya menggunakan motor alysha saja lalu motor dewa akan dibawa anak buahnya.

"Sekali ini dengerin gue, demi kesehatan lo wa."

Dewa mendengus kesal tapi ia tetap menuruti permintaan gadisnya itu, ia membiarkan gadisnya itu membawanya di jok belakang.
"Seriusan ni gue cowo sekeren ini di boncengin cewe?" Tanya Dewa menatap Alysha tak mengerti.

Alysha menatapnya sinis, "Terus mau lo apa? mau mati sendiri bawa motor? gue si ogah ya mati bareng lo. Mana pede banget keren apanya si lo najis." Dengus Alysha mulai menjalankan motornya.

Tanpa sadar ada 2 pasang motor besar mengikuti mereka, itu anak-anak Meldeath, ya ada Dilivio disana. Alysha memperhatikan mereka dari spionnya. Ia menambah kecepatan motornya.

Kedua motor tersebut makin mendekat dan mulai memukul Dewa dari belakang, karena kondisi dewa yang tidak memungkinkan Alysha berdiri dan memutar badannya kebelakang menangkis pukulan mereka dan membiarkan dewa mengambil kendali stir motor tersebut.

Alysha menahan kepala dilivio lalu mendorongnya hingga motornya hilang keseimbangan, begitu juga dengan motor yang 1 nya ia lakukan hal yang sama.Saat kedua motor tersebut oleng, ia mulai membalikkan badan dan kembali mengambil alih stir motor dari dewa.

Dewa terkesima melihat apa yang baru saja di lakukan Alysha, ia tidak habis pikir memiliki pacar sehebat ini. Alysha menggas motornya membuat Dewa terpelonjak kaget dan sadar dari lamunannya.

"Wei anjir kaget gue." Teriak Dewa tepat disamping helm Alysha. Tanpa dewa ketahui Alysha terkekeh mendengar ucapan Dewa. Mereka tiba dirumah sakit, dewa langsung saja di periksa dokter dan dibersihkan lukanya.

Mereka saat ini sedang berada di UGD, alysha memperhatikan dokter yang sedang berkutat dengan alat medis dihadapannya.
"Dok gimana keadaanya?" Tanya Alysha pada doktet.

Dokter menatapnya, "Masnya gapapa mbak, cuma untung aja pelurunya gak kena tulang jadi gak bahaya, masnya gaperlu di rawat boleh pulang kok setelah infusnya habis." Jelas dokter membuat alysha hanya manggut-manggut saja.

"Makasi dok"

"Baiklah kalo ada apa-apa panggil saya." Dokter berumur 50an dengan kumis tipis itu pun meninggalkan ruangan UGD.

Alysha menarik kursi di dekatnya mendekat pada Dewa, melihat Dewa yang terus saja tersenyum.
"Lo kenapa dah senyum-senyum, gila ya lo?" Alysha bertanya dengan nada sinis.

"Lo udah mulai suka gue?" Tanya Dewa

Alysha membulatkan matanya sedetik kemudian tertawa lalu terdiam kembali. "Lo halu?" Tanyanya

Dewa menaikan sebelah alisnya menatap gadis dihadapannya, "Lo suka gue? lo peduli banget waktu tangan gue kena peluru."

"Hahahaha, ya kali ah gue suka lo. Gue nolongin lo khawatir gitu karena lo udah rela milih gue daripada  temen lo sendiri sih sebenarnya kalau pun lo lebih milih bantuin dia its okey gue gapapa ga masalah, dan juga gue bantuin lo itu atas dasar sila kedua, lo tau?"

"Kemanusiaan yang adil dan beradab?"

Alysha mengangguk, "Yoi, jiwa kemanusiaan lah."

Dewa diam setelah itu, "Oh jiwa kemanusiaan." Batinnya.

Alysha menatapnya bingung, "Lah sekarang lo kenapa? tadi ketawa sekarang diam? ga waras ya?"

"Gue butuh waktu sendiri, lo bisa pulang sekarang." Ucapan Dewa yang dingin membuat Alysha semakin bingung.

"Loh ko tiba-tiba sekarang berubah dingin?"

"Keluar." Tandasnya dengan nada dingin dan sinis.

Alysha berjalan keluar dari ruang UGD ternyata diluar sudah ada anak inti Remorga dan Hurricane benar saja Meldeath kalah dan pemimpin mereka tidak di temukan di lokasi melainkan dijalan yang berniat mencegat Alysha dan Dewa.

"Menang?" Tanya Alysha basa-basi pada mereka.

Brayen mengangguk, "Lo kenapa udah keluar?"

"Mau pulang."

"Gue anterin ya?"

"Mau pulang sendiri." Kemudian Alysha berjalan keluar dari rumah sakit dengan perasaan berkecamuk, ia bingung harus menyikapi hal ini bagaimana. Jujur saja ia khawatir dengan Dewa tadi tapi dia selalu mengelak akan perasaannya.

***
tbc
aku kembali update, untuk update tercepatnya jangan lupa komen kesan kalian ya!<3

tetap staysafe dirumah.

GIRL BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang