9-Gudang

109 34 14
                                    

9-Gudang

PAGI hari ini, Ana masih bergelut dengan buku-buku pelajaran dan tugas miliknya, karena... Ana lupa mengerjakan tugas PKn membuat majalah tentang Kebudayaan Indonesia.

Jam dinding berwarna biru milik Ana berbunyi ketika jarum panjang menunjuk pada angka dua belas dan jarum pendek menunjuk pada angka tujuh. Terpaksa, untuk kali pertama dalam hidup Ana, ia harus rela terlambat. Ana lebih memilih terlambat dibanding mendengar ceramah khayalan Pak Doro jika ia tidak mengerjakan tugas. Lagipula, terlambat pun hanya akan disuruh lari 5 putaran oleh guru BK menyebalkan, Bu Nada.

Memang, masih hari perkenalan, tapi kalian tahu kan? Pak Doro guru menyebalkan, ia membuat grub whatsapp untuk kelas Ana dan Sei lalu kemudian dengan santainya ia memberi tugas dengan alasan 'membantu saat nanti kalian belajar bersama saya, jadi tidak perlu lagi merangkum.'

Gerakan tangan Ana yang sedang memoleskan lem ke gambar tarian daerah Bali terhenti tatkala sang Bunda, Abigail, mengetuk pintunya dan masuk.

Kedua mata Abigail menatap heran meja kamar sang putri. Meja belajar berantakan, isi tas sekolah berceceran dimana-mana termasuk buku mata pelajaran bahasa Inggris yang tidak bersalah pun ikut terlipat tidak beraturan.

"Udah jam tujuh, An. Kamu gak sekolah?" tanya Abigail seraya merapikan isi tas sekolah Ana.

Ana menggeleng ragu lalu berujar. "Gimana dong Nda? Tugas Ana belom selesai, kalau gak kerja tugas, Ana bakal dengerin ceramah Pak Doro yang nyebelin." Ana masih berusaha memoleskan lem kertas yang sudah habis ke gambar tarian daerah yang ia pegang.

Abigail berdiri disamping putrinya lalu memegang kedua pundak Ana dan mendekatkan mulutnya pada telinga Ana lalu membisikkan sesuatu.

"Kamu kan udah kerja, gak usah selesaiin, Bunda juga dulu kayak kamu, kerja aja, banyak-banyakin tulisan, tapi gak selesaiin," ujar Abigail memberi solusi

Petikan jari Ana terdengar di udara, Abigail dan Ana saling menatap, lalu tersenyum bersama.

***

Saat jam menunjukkan pukul 07.05 Ana turun dan menyaksikan Arsaga, kakaknya, dan Atlan sedang duduk didepan Noah dengan tatapan curiga.

Untuk apa manusia tengil itu ada disini? Pikir Ana.

"No, ngapain lo?"

Suara Ana seakan membuat Noah dapat kembali menghirup udara sekitarnya bebas.

"Jemput lo, kan gue udah bilang."

Sungguh? Noah benar-benar menjemputnya? Noah rela menunggu Ana bahkan Noah ikut terlambat? Ah, hati Ana menghangat karenanya. Eits tapi, Ana kan jutek. Ya Ana jutek!

"Oh yaudah ayo cepet udah telat nih" ajak Ana lalu berlari kecil menuju sang Bunda, mencium pipinya dan mencium pipi kedua laki-laki yang dicintainya, Arsaga dan Atlan.

Sisi jahil Noah hidup kembali.

"Gue gak dicium An?"

Sontak, Arsaga dan Atlan bangkir dari posisinya, membuat Noah menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan seraya tersenyum jahil.

"Eh kemaren ada loh cowok tinggi ajak Ana jalan, kalah kamu. Dia udah ajak Ana jalan, kamu jemput aja nanggung," cibir Atlan. Arsaga yang mendengarnya refleks mengarahkan tatapannya pada Ana, meminta penjelasan.

Ana yang ditatap dan dijadikan objek pembicaraan hanya memutar bola matanya jengah.

"Papaaaaa! Tar Ana makin telat!" Atlan dan Arsaga kembali duduk, em, mungkin hanya Arsaga? Karena Atlan kembali berdiri saat Abigail ingin memasak. Yaa, Bapak-bapak modus.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang