24-Keadaan dan Perasaan

63 16 9
                                    

24-Keadaan dan Perasaan

MEMULAI hari baru tanpa mengingat hari yang lalu sudah pernah Ana lakukan. Memulai hari baru tanpa candaan Noah pun, sudah pernah ia lalui. Bahkan memulai hari tanpa minat sudah ia lakukan.

Hah, rasanya hati ini hampa, datar, kosong, mati rasa. Seumur hidupnya, Ana belum pernah menyukai siapapun, emm mungkin pernah menaruh rasa kagum pada Ketua Osis SMA Angkasa—Nathan, yang mahir bermain basket. Jika saja, Ana tahu akhir dari cinta yang memabukkan adalah kecewa, sakit, dan patah, mungkin Ana tak akan semudah ini jatuh lalu bangkit dan kembali jatuh untuk kedua kalinya. Dan, mengingat semua, Ana kembali pada tujuan awalnya. Tak peduli pada Noah, manusia berjenis kelamin laki-laki yang masih berstatus kekasihnya. Ia sendiri tai tahu apa lagi yang harus ia lakukan setelah ini, mereka masih berada dalan hubungan ini. Mungkin, nanti Ana akan memberikan ultimatum pada Noah.

Keadaan, dapat mengubah seseorang bukan? Begitu jahatnya keadaan sehingga ia yang tak dapat kita raih, seakan memaksa kita berubah, membuat hati yang dulu mudah tersentuh menjadi sekeras baja. Keadaan, akan selalu turun tangan kala ego menguasai. Keadaan, akan memaksa kita berubah, mencanggungkan hubungan sehingga kita tak lagi mengenali pribadi kita. Jahat, namun, jika kita siap jatuh cinta maka kita harus menanggung setiap resiko tanpa terkecuali.

Jatuh berulang kali di lubang yang sama mungkin juga salah satu cara keadaan memaksa kita berubah. Kita akan marah, kecewa, lelah, jera, dengan semuanya. Dan, keadaan menang. Tapi bisakah ku katakan bahwa perasaan tak kalah cerdik? Mungkin keadaan mampu membuat pribadi kita berubah 180° tapi, apakah perasaan itu akan luntur? Apakah rasa itu akan menghilang? Apakah kenangan itu akan tenggelam dalam janji-janji dan kecewa?

Keadaan selalu berhasil merubah, tapi keadaan selalu telak kalah dengan perasaan.

Keadaan bisa menipu, perasaan akan selalu hidup.

***

Pukul 23:37 dan Noah belum memejamkan matanya berkelana di alam mimpi. Matanya tak bisa terpejam, hatinya tak bisa tenang, rasa ini, begitu menyiksanya. Ia tak tahu harus mengungkapkan isi hatinya pada siapa. Jika dulu ia punya Becca yang setua di sisinya, Noah kini merasa canggung dan merasa ada sebuah tembok besar pemisah yang seolah menjauhkannya dari sahabatnya itu.

Semua ini salahnya, Noah menyesal. Seharusnya ia mengatakan yang sejujurnya. Harusnya ia berterus terang jika malam itu ia memang bersama dengan Becca. Tapi tidak seperti apa yang Ana pikirkan! Seusai mengantar Ana pulang setelah setengah hari—lebih, bersama, Noah melupakan Becca yang masih di sekolah, tak salah bukan Noah lupa? Hei, ia dan Ana bolos di jam pelajaran! Mungkin, Noah terlalu bahagia sampai melupakan tanggung jawabnya mengantar Becca. Noah kembali ke sekolah dan mendapati sahabatnya meringkuk kedinginan di bawah pohon mangga sembari menatap ke arahnya yang baru saja datang. Becca menunggu lebih dari 2 jam, ia lapar, ia lelah. Noah mengajak sahabatnya itu makan agar maag yang dimiliki Becca tak kambuh. Hanya itu, masalah sepele yang berujung masalah besar. Yaa, masalah besar sialan yang membuatnya uring-uringan merindukan gadisnya.

Noah tersenyum miris. Ia menatap ponselnya. Jari-jari Noah bergerak mengetik sesuatu.

Nona

Hanya tinggal menunggu sebuah tekanan dan ia akan tersambung dengan gadisnya disana. Sayang, Noah terlalu takut. Sepertinya, untuk hal ini ia pengecut. Berdiam tak berani bertindak.

Noah tertawa. "Haha, pengecut yang gak ngaca."

Haruskah ia menyerah? Mengalah? Berhenti? Sejahat inikah jatuh cinta?

Lagu Tlah Mencoba milik Rossa yang begitu menyentuh terdengar di telinganya. Noah menoleh ke arah pintu dimana seorang laki-laki berdiri sembari meringis.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang