16-Broke Up

75 24 14
                                    

16-Broke Up

SEI mengipasi Ana dengan kedua tangan miliknya kala gadis itu tak henti mengarahkan puluhan—sepertinya sekarang ratusan, pada angin yang bahkan tak ikut andil dalam masalah Ana, Noah, dan si bunga bangke Becca.

"Manteb, neng. Akhirnya," Sei mengipasi dirinya yang juga lelah.

Ana mengarahkan pukulan terakhirnya pada angin sebelum akhirnya ia duduk di lantai dan merampas paksa gelas yang dibawa Arsaga membuat laki-laki itu tercengang di tempat. Mau marah takut dimarahi balik, mau diam saja Arsaga sedikit tak terima. Ya sudahlah.

Ngomong-ngomong, Arsaga itu hanya jatuh karena menghindar dari kucing jadi tak terlalu parah, mungkin kemarin Ana menangis karena sekaligus menangisi hubungannya yang berakhir karena si sialan Becca dan sakit di pinggulnya.

Ana menegak air di gelas sang Kakak lalu berujar dengan raut wajah kesal. "Sayang banget gue gak tega bogem mantan," Ana menekan kata mantan kala ia berujar.

"Akhirnya ya lo putus sama dia. Luka hati luka fisik lo neng," Sei meraih cemilan di tangan Arsaga dan menawarkannya pada Ana yang disambut baik oleh Ana.

Jadilah, Sei dan Ana duduk di lantai dengan keringat sambil menikmati cemilan hasil comot dari Arsaga.

Membiarkan dua perempuan itu berbincang dengan sedikit keanehan sebab kadang mereka terbahak kadang berteriak marah dan dengan cepat berubah melankolis, Arsaga akhirnya menanyakan kejelasan hubungan Ana dan Noah.

Arsaga mengambil tempat di sebelah Ana dan mengambil cemilannya yang dihadiahi tatapan tajam tak setuju dari Sei, "Susah Bang dieminnya. Tar aja perhitungannya," bisik Sei.

Arsaga mengangguk saja. "Jadinya, lo putus?" tanya Arsaga langsung pada intinya.

Ana mengangguk kesal, "masa dia belain si bunga bangke dibanding gue! Lagian sakit apa sih dia sampe Noah ngebelain dia gitu banget? Sakit jiwa?" Ana berujar dengan emosi menggebu-gebu.

"Lo masih sayang sama dia?" tanya Sei

Ana menatap Sei malas, "tiga bulan bareng-bareng. Apalagi hubungan gue yang kocak dan penuh kejahilan itu relationship goals gue. Apa iya gue udah gak sayang sama dia? Butuh. Waktu. Kali," balas Ana.

Sei manggut-manggut saja. "Jadi lo kalo ketemu dia di sekolah gimana tar?"

Ana menghentikan gerakan tangannya mengambil cemilan lalu melanjutkannya lagi. "Yaudah, diem aja. Santai."

"hashtag kasian mantan. Masih sayang masih cinta, gara-gara sahabat jadi bubar," Sei menampilkan wajah pura-pura sedih.

Ana tak peduli dan kembali memakan cemilan Arsaga ringan.

"Pantat lo udah gak sakit?"

"Pantat gue udah dilapisi janji-janji Noah, jadi sekali jatoh aja gak ada arti buat gue," balas Ana melantur

Arsaga hanya menggelengkan kepalanya bersamaan dengan Sei yang mengusap-usap punggung Ana sebelum kembali mengambil cemilan Arsaga

***

"ARGH?! SIALAN!"

Akibat batu berukuran sedang yang dilemparkan keras ke dalam sebuah danau, cipratan besar hadiahnya.

Noah. Laki-laki yang sedang patah hati itu menjambak rambutnya kasar, wajahnya memerah menahan amarah.

"NOAH!" Panggil seorang gadis yang saat ini tak mau dilihatnya.

Tanpa berbalik, Noah mengarahkan telunjuknya ke arah lain, mengusir. "PERGI! Pergi. Gue gak mau diganggu," suara Noah mengecil.

Noah kecewa dengan semuanya. Ia kecewa dengan Becca, Ana, dan dirinya sendiri.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang