28-Ana, Korban Sebenarnya

65 14 21
                                    

"Gue keluar dari POORU. Bukan karena lo ngincer Noah. Tapi karna POORU yang sekarang bukan lagi POORU, karna Trean bukan lagi Trean, karna POORU bukan lagi geng pemberani."

28-Ana, Korban Sebenarnya

"Keluar juga lo," suara laki-laki yang sama terdengar menghentikan langkah mereka.

"Mampus," gumam Oka.

Laki-laki itu mendekat, sembari menodongkan senjata api ke arah Flora. Salah satu dari puluhan orang itu mendekat dan mencoba merebut Noah.

Biru serta Winji melangkah maju dan melindungi Flora dan Noah. Kedua laki-laki itu merentangkan tangannya menghalangi orang-orang yang berniat jahat itu.

Oka berpikir dan berusaha keras menghapal suara laki-laki itu dan menirunya. Cara terakhir yang berkemungkinan membebaskan mereka.

"Ka! Sini," bisik Winji tajam.

Oka yang masih berdiri dan berusaha meniru suara laki-laki itu tak merespon Winji. Ia justru memberi isyarat lewat lirikan mata dan beberapa gerakan tubuh. Dengan lidah dan pipi bagian dalam, Oka menunjuk laki-laki yang hendak ia tiru suaranya lalu ia mengarahkan tangannya ke leher, seolah mengistruksikan menangkap dan menjauhkannya dari sini.

Kedua mata Biru mengerjap disusul anggukan tak jelas Winji. Sementara itu, langkah beberapa orang bagian dari geng itu terhenti seakan hendak mengetahui maksud dari Oka.

"Trean," bisik Oka menunjuk laki-laki beralis tebal yang sudah sedari tadi menurunkan pistolnya dan menyerahkan pada orang lain. Kini, ia terfokus pada pemandangan langit malam pukul 22:47 itu. Alias, Trean tak terfokus pada mereka.

"Ngerti?" tanya Biru pada Winji.

"Harusnya gue yang nanya. 'Kan, biasanya gue yang—"

"SEKARANG!" teriak Biru lalu mereka mendekat dan mulai menjalankan aksinya.

Lain dengan Noah. Biru, Winji, bahkan Oka, mahir berkelahi. Hanya saja, prinsip mereka sama sehingga anggota Daxion itu sangat amat sangat menghindari aksi pukul memukul dan serang menyerang.

3 orang pertama yang berusaha menghalangi Biru dan Winji kini tumbang, tepat di bawah kaki Oka. "Heh, sana-sana, sepatu gue mahalll," usir Oka. Bukannya menyingkir, para lelaki yang tersungkur itu malah semakin mendekat dan bergelayut pada celana Oka, berusaha bangun—dengan cara yang aneh dan konyol.

Oka hanya menatap datar lalu menepis tangan salah seorang dari mereka yang berusaha memukul wajahnya. "Kurang ajar banget lo pada. Bagus-bagus pas lo jatoh kesini gak gue tendang. Jangan ngira gue gak kayak mereka ya!!!" ucap Oka marah.

"Karna gue udah baik biarin lo gak cepet-cepet ke pangkuan Ilahi, lo semua harus bantu gue!"

Ketiga lelaki itu diam menatap Oka yang masih melanjutkan ucapannya tanpa peduli sekitar, biarlah, semua juga sibuk melindungi Trean dan kewalahan melawan Biru juga Winji.

"Gue bakal niru suara Bos lo. Lo akting takut terus kabur gitu."

"Emang lo bakal ngomong apa?" tanya seorang dari mereka.

"Ya lo liatin aja mulut gue. Kalo bergerak tapi keluarnya suara Bos lo, langsung kabur aja." ucap Oka. "Oh ya, kalo lo gak lkuin apa yang gue suruh, liat aja apa lo bisa abisin sisa hidup lo dengan tenang," ucapnya lagi.

Ketiganya mengangguk cepat, huh penakut.

"Tunggu apalagi? Akting mencar dulu!" geram Oka.

Ketiganya berpencar seolah ikut berpartisipasi melawan Biru dan Winji.

Oka memperhatikan sekitar dan mencari waktu yang tepat. Dirasa tepat, Oka bersuara menirukan suara Trean.

"BUBAR!! BERHENTI SEMUANYA!! BUBARRRRR! KUMPULAN MANUSIA KAYAK KALIAN GAK BERGUNA! MASA NANGKEP NOAH AJA GAK BISA?! HALAH PAYAH!! GUE MUAK BANGET! POORU GUE PASTIIN BAKAL BUBAR!" teriak Oka dengan meniru suara Trean. Ketiga laki-laki yang membantu Oka pun berlarian tak tentu arah sesuai yang direncanakan.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang