Chapter 9 : Tentang Hati

2.3K 306 284
                                    


"Jika lewat masa lalu yang tidak mengenakkan bisa dijadikan pelajaran.
Lantas, untuk apa dilupakan?" — Rey.



HAPPY READING!☁🌷


• • •

09. Tentang Hati

Hari ini Reina, Farel, Rey, dan Silla sedang berziarah di makam mendiang ayah dan bunda Rey dan Reina.

Reina menaburi bunga di makam bundanya sedangkan Rey, dia menaburi bunga di makam ayahnya. Memang makan ayah dan bunda mereka berdampingan.

Mereka memang selalu mengunjungi makam ayah dan bundanya dengan rutin, sebagai tanda — baktinya pada mendiang orang tuanya itu.

Tanpa saling menunjukkan tangisnya, Rey dan Reina sama-sama menitihkan mata ketika mengingat beratnya mereka harus kehilangan ayah dan bundanya dalam waktu bersamaan lantaran kecelakaan pesawat yang mereka alami.

Selepas berdoa dan menaburi bunga Reina mengusap batu nisan bundanya, "Bunda sama ayah pasti udah bahagia kan, disana? Tunggu Reina sama Bang Rey, ya. Nanti kita sama-sama lagi disurganya Allah."

Rey, Farel, dan Silla tersenyum haru mendengar ucapan yang baru Reina ucapkan.

"Oh iya, Bun. Reina udah nggak seperti dulu lagi, sekarang aku udah bisa ikhlas dengan keadaan ini. Aku juga udah gak semanja saat masih ada kalian."

"Tapi, tentu aku masih nyusahin Bang Rey." Ujar Reina menatap Rey yang ada disamping makam ayahnya.

Rey menggelengkan kepala. "Reina, gak pernah ngerepotin Rey kok, Bun, Yah." Tepis Rey pada ucapan Reina.

Reina tersenyum. "Bang Rey selalu gitu, tapi harus ayah dan bunda tau. Reina bersyukur banget punya abang kaya Bang Rey, dia baik, dia selalu sayang sama aku. Jadi, Reina mau ngucapin terima kasih sama ayah dan bunda karena kalian udah melahirkan abang buat Reina."

Terharu dengan ucapan adiknya, Rey tak lagi bisa menahan air matanya. Dia menangis, dia benar-benar menunjukkan titik terendahnya.

Melihat itu, Silla ikut berjongkok disamping Rey lalu mengusap bahunya untuk menenangkan. "Kuat, Rey, jangan nangis."

Rey menundukkan kepala seakan tak ingin menunjukkan air mata dihadapan mereka. "Sedih denger ucapan Reina, Sill. Ternyata kita udah melangkah sejauh itu."

Farel yang ada disamping Reina, dia tersenyum kagum sebab Reina tidak mengeluarkan air matanya sama sekali. Hal itu dia simpulkan, bahwa gadis itu tengah berusaha tegar.

"Bunda sama ayah kamu pasti bangga liat kamu sekuat ini." Ujar Farel, Reina tersenyum menanggapinya.

"Aku udah ikhlas, Rel. Tapi gak bisa bohong, kalau aku sangat rindu mereka."

"Aku tau itu, tapi sekarang kita cuma bisa mendoakan yang terbaik buat mereka. Jadi, rindunya kita ekspresikan dengan doa ya, Rein?"

"Iya, kamu bener."

"Liat Bang Rey, dia nangis karena sedih denger ucapan kamu. Samperin, Rein, kasih dia ketenangan." Pinta Farel pada Reina untuk menghampiri abangnya.

Tanpa menjawab, Reina langsung berpindah tempat untuk menghampiri abangnya, setelah dekat dia memeluk Rey dengan erat — begitu pun dengan Rey, dia langsung membalas pelukan Reina.

"Maaf, gue nangis kaya gini, Rein."

"Gapapa, mulai sekarang kalau abang sedih, keluarin aja tangisnya jangan lagi dipendam." Ujarnya sembari mengusap punggung abangnya untuk menenangkan.

Zona Nyaman [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang