Chapter 42 : Mimpi atau Kenyataan?

1.4K 132 130
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

___________________________________

"Katamu, berjanji untuk terus bersama.
Tapi ternyata, katamu itu hanya dusta.
Mengapa pergi? Bisakah kamu tetap disini?" — Farel.

Happy Reading🌻



°ZONA NYAMAN°


"Farel diem aja, biar Reina yang nyamperin Farel, Reina nyebrang dulu, ya." Reina tersenyum sambil menatap Farel di seberang sana. Dia pun melangkahkan kakinya untuk menyebrang.

Diluar kendali, sebuah truk melaju dengan sangat kencang. Reina tidak hati-hati, dia tidak melihatnya.

Terus berjalan —

Hingga —

CITTT!!

BRAK!!

DRUG!!

Truk berwarna merah itu berhasil menghempas tubuh mungil Reina.

"REINA!!!!"

"REINAAAAA!"

Farel berteriak dan refleks membulatkan mata ketika melihat Reina — sudah tergeletak tak berdaya di jalanan, seketika itu juga orang-orang berlari menghampirinya.

Begitupun dengan Farel, dia berlari secepat mungkin menghampiri Reina yang sudah berselimbah darah di kepala bahkan dari dalam mulutnya pun keluar darah.

"Astaghfirullahalazim! Ya allah!" Ucap seorang ibu-ibu yang berucap seperti itu kala melihat kondisi Reina yang begitu mengenaskan.

"Pak! Tolongin, pak!" Teriak yang lainnya.

"TELPON AMBULAN CEPETAN!"

Farel tiba, dia berjongkok lalu membawa kepala Reina ke pangkuannya. Perasaannya sudah tidak karuan, dia panik setengah mati.

"Rein, Reina! Bangun sayang! Aku mohon bangun!"

"Akh ...." Lagi dan lagi cairan berwarna merah pekat itu terus keluar dari mulut Reina.

Farel menitihkan air mata ketika mendengar rintihan Reina. "Kamu harus kuat sayang, maafin aku, aku gak bisa jaga kamu."

Reina setengah sadar, dia merintih kesakitan dan menangis. "Sa-sak-it," rintihnya.

Tak tega melihat Reina kesakitan, Farel langsung mengendong tubuh lemas Reina. Baru saja berdiri, bapak-bapak itu menghalangi.

"Mas,  korban penuh banyak darah, takutnya kenapa-kenapa di jalan, lebih baik tunggu ambulan datang, mereka sedang dalam perjalanan!" Ujar bapak-bapak itu.

"Iya, sepertinya korban butuh alat medis untuk bernafas, ibu khawatir liatnya ya allah," tungkas ibu-ibu itu, tak tega.

"Tapi pak, bu, pacar saya sudah kesakitan," ujar Farel, kemeja putihnya kini terkena darah yang keluar dari kepala Reina.

"Tunggu sebentar, mas. Sabar, lebih baik menunggu daripada terjadi sesuatu di jalan, jarak rumah sakit dari sini lumayan jauh."

"Lagipula ambulans, sebentar lagi tiba, mereka mengebut."

Dan Farel kini mengiyakan ucapan bapak-bapak dan ibu-ibu itu. Dia beralih menatap Reina. "Jangan tutup mata kamu, aku mohon," ucap Farel.

Namun Reina terus meringgis kesakitan, tidak lama kemudian ambulans datang, Reina dibawa masuk ke dalam mobil. Dia sudah berbaring dan bernafas dibantu oleh alat pernafasan medis.

Zona Nyaman [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang