"Sepertinya dia sudah tidak tinggal di Jakarta, Pak."
"Lalu ?" Javas menatap sinis pekerjanya.
"Saya tidak mau tau, Cari terus sampai ketemu!"
Pria berpakaian rapi itu tertunduk begitu mendengar amarah dari atasan super garang dikantornya, ditambah tugasnya belum selesai juga, membuat pria itu semakin marah dengan hasil kinerjanya.
"Cari orang yang paling handal dibidang ini, saya tidak peduli dengan harga. Akan saya bayar kalau memang wanita itu bisa dibawa kehadapan saya!" tegasnya.
Atasannya berjalan kearah jendela dan membelakanginya, matanya menatap keluar jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang berdampingan dengan gedung miliknya.
"Baik, Saya akan segera mencari orang yang tepat pak"
Tak ada sahutan, itu artinya boss nya setuju. Kalau begitu dia harus cepat keluar atau dia akan terkena amukkan dari atasannya lagi.
"Saya permisi kalau begitu"
Pria itu berbalik badan dan bersiap meninggalkan ruang kerja mewah milik atasannya, tapi langkahnya terhenti sejenak saat atasannya kembali berujar.
"Lakukan apapun, Saya berharap penuh sama kamu Anton"
Ia cukup tertegun dengan ucapan atasannya yang terdengar lirih nyaris memohon menyebut namanya, dengan sorot mata tajam namun penuh pengharapan. Sebeginikah perempuan ini mempengaruhi atasannya, lagipula dia bingung kenapa bisa ? Sewaktu mereka bersama, sedkit banyak atasannya selalu membenci perempuan itu. Apakah atasannya ini sedang terkena karma atas perbuatannya ? Kasihan. Sungguh kasihan! Javas Kastara Putra yang selalu terlihat kuat bisa sefrustasi ini hanya karena wanita.
Dia mengangguk, Ini tekadnya. Dia akan membawa wanita itu kehadapan Javas, sekalipun dia harus menyeret atau bahkan menculik wanita itu. Dia akan tetap membawa kehadapannya, agar bosnya puas dengan hasil kerjanya dan tidak uring-uringan lagi, sudah cukup sebulan ini dia mendengar teriakan, makian, umpatan Javas untuk dirinya sampai kupingnya panas, wanita itu harus segera ditemukan. Harus!
Anton berlalu setelahnya, suara tutupan pintu tertutup menandakan kalau Anton benar-benar sudah keluar dari ruangannya.
Pandangan Javas beralih kearah meja kerjanya yang mana diatasnya ada sebingkai foto yang membelakanginya. Ia berjalan kearah meja itu dan duduk di kursi kebesarannya, tatapannya tertuju pada bingkai foto yang menunjukkan foto wanita cantik seolah-olah sedang menatap kearahnya. Dalam fotonya wanita itu tersenyum dengan mengenakan balutan gaun pengantin berwarna putih dengan rambut yang dicepol kecil, sangat anggun dan elegant
Cantik
Itulah kata yang selalu keluar dari mulutnya setiap dia melihat foto yang dulunya hanya disimpan didalam laci meja kerjanya.
"Aku pasti bisa nemuin kamu"