"Pagi semua"
Aku turun dari tangga dengan langkah kecil menuju meja makan dan menyapa orang tuaku dan mba Arumi yang sudah duduk lebih dulu di meja makan. Pagi ini harus pergi kerja lebih pagi, ada klien yang hanya bisa ditemui pagi-pagi sekali.
"huftt... kerjaan gak pernah ada habisnya" batinku mulai mengeluh.
"Pagi, wih! udah rapi aja ini anak" Arumi melihatku dengan tampang takjub yang kubalas dengan sunggingan bibir.
"Kerja pagi, Jav?"
"Iya, pah" sahutku.
Aku duduk dikursi di sebelah Ayahku tepat di depan ibuku.
"Nadin mana ? masih tidur ?" Aku bertanya tentang Nadin, biasanya meja makan akan ramai kalau dia sudah bergabung.
"Iya, tadi malem tidurnya larut banget" jawab Arumi.
"udah ngobrolnya, Javas ayok sarapan dulu" Mamah mulai sibuk dengan piring pipih ditangannya, mengambil sarapan untukku.
"Makasih Mah," Aku mengambil piring yang sudah berisi nasi goreng buatan mamah, yang aku yakin pasti enaknya bukan main.
Aku mulai menyuap nasi goreng dengan nikmat, mamah memang paling juara kalo urusan perut.
"Javas, Papah mau bicara"
Aku mengangguk tanpa melihat memberi tanda kepada Papahku untuk langsung bicara saja, karena mulutku masih fokus mengunyah sarapan.
"Begini Javas, kamu masih ingat om Ahsan?"
Aku mengangguk, Om Ahsan orang baik yang ku kenal dan termasuk kedalam sahabat papahku yang paling dekat selama ini.
"Papah pikir kamu sudah waktunya menikah, Jav"
Aku berhenti mengunyah, melihatnya dengan penuh pertanyaan.
'Apa maksudnya nih tiba-tiba ngomong begini, lagi ? seketika nafsu makanku hilang'
Aku melihat kearah Mamah dan Mba Arumi yang hanya duduk dan menatapku dengan dengan cemas.
"Javas, kamu harus mulai berpikir untuk mencari pasangan" ujar papah.
Aku menaruh sendok dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Kayaknya kita udah pernah bicara tentang ini!" sahutku memperingatkan dengan hati yang mulai merasa kesal.
Aku selalu benci dengan pembicaraan ini, sebentar lagi pasti mereka akan bicara tentang umurku yang mulai dewasa yang menurutku mereka hanya ingin memberitahuku kalau aku saat ini sudah tua, aku heran kenapa dengan orang Indonesia yang selalu khawatir tentang umur, Apa nyambungnya umurku yang terus bertambah sama harus cepat menikah.
kenapa mereka lebih khawatir dengan umur dewasa yang masih belum menikah ketimbang khawatir mendapat pasangan yang tidak baik.Perkara wanita banyak yang bisa aku ajak menikah ada banyak di luar sana kalau cuma mengajak menikah itu masalah gampang, tapi kalau aku berpikir hanya mengajak untuk menikah dan seandai benar menikah, apa sudah selesai begitu saja ? aku yakin tidak.
Menikah menurut adalah komitmen yang paling rumit dan sulit untuk dijaga dan dijalani.
Aku harus benar-benar mengenal siapa pasanganku, baru aku bisa berkomitmen dan selama ini aku belum mendapatkannya, bukan tidak ingin menikah tapi hanya belum mendapatkan apa yang aku mau."Umur kamu sudah hampir kepala tiga, Javas" Apa kubilang, dia mulai menyinggung tentang umur.
"Lihat teman-temanmu yang sudah menikah, bahkan ada yang sudah punya anak"
Boleh ku koreksi, orang tuaku ini benar-benar sok tau, bukan 'banyak' tapi hanya satu, temanku yang baru menikah baru satu orang dan itu terjadi begitu saja karena wanitanya sudah hamil sebelum menikah dan itu juga alasan kenapa mereka sudah punya anak saat ini, itupun karena aku datang kepernikahannya jadi keluargaku tau. Lagi pula pernikahan itu sudah bulan lalu terjadi, tapi kenapa orang tuaku ini masih belum move on juga.