"Mba Sekar gak kuliah ?"
"Enggak, aku gak ada jadwal kuliah hari ini jadi santai aja"
Aku dan Adrian berjalan dimana fakultas kedokteran berada, hari ini sesuai janji aku akan menemani Adrian untuk mendaftarkan dirinya sebagai mahasiswa kedokteran.
"Wisnu!"
Aku menyapanya yang saat ini tengah berdiri di loby kampus, aku sudah janjian dengan pria ini karena untuk lebih memudahkan Adrian yang mungkin saja akan bingung nanti bila di perlukan tes ujian masuk.
"Adrian, ini Wisnu dia senior kamu, dia anak kedokteran juga"
"Wah..." Adrian mengulur tangannya sopan "Adrian" ujarnya dan dijawab oleh Wisnu "salam kenal, saya Wisnu"
"Jadi gimana nih Wisnu ?" Tanya Sekar
Wisnu tampak berpikir "Adrian belum daftar kan ? Kalo gitu harus daftar dulu, udah bawa berkas yang di perlukan seperti ijazah, dan lain-lain ?"
Adrian membuka tasnya dan menunjukkan beberapa berkas yang sudah di satukan di dalam map "Oke, yaudah ayo kita ke TU dulu untuk nyerahin" terang Wisnu
"Gue nunggu di sini ya wis, soalnya kan gak paham juga" Wisnu mengangguk "Adrian ikutin Wisnu aja" sambung Sekar dan dituruti oleh Adrian.
Mereka berdua berjalan dimana ruang Tata usaha (TU) itu berada sementara dirinya akan duduk menunggu disini sambil memakan makanan yang sudah dia beli.
***
Aku menarik koperku begitu kami sampai di bandara Soekarno-Hatta, Indonesia bersama Aldo yang saat ini tengah berada disampingnya.
Dia begitu lelah sekarang, badannya rasanya remuk karena terasa pegal, rasanya dia ingin langsung sampai ke apartemennya dan tidur di kasur empuk, tapi tidak bisa, dia harus menjemput Sekar di rumah mertuanya wanita itu punya hutang penjelasan dengannya tentang suara pria asing yang tiba-tiba muncul saat dia menelponnya.
Berkali-kali dia memikirkan jawabannya dia tetap tidak menemukan jawaban yang mampu menenangkan perasaan buruknya, maka dari itu nanti saat dia menjemput Sekar dia akan sekalian bertanya dalam perjalan pulang.
Adrian
Nama itu sunggu sangat menganggu, bagaimana bisa istrinya itu mempesilakan orang yang beranam Adrian masuk kedalam kamarnya, ditambah disaat dia jelas-jelas sedang menelepon suaminya.
Apa Sekar benar-benar tidak menganggapnya sebagai suami ?!
Perasaan dongkol itu kembali muncul, ada perasaan tidak terima di hatinya ketika mendengar Sekar menyebut nama pria lain di depannya, jika saja jarak antar Jepang dan Indonesia sangat dekat pasti malam itu disudah datang ke rumah mertuanya untuk menjemput Sekar.
"Pak ?"
"Pak Javas!"
Aldo membentak namanya yang langsung membuatnya sadar "iya...iya kenapa ?" Tanya Javas begitu linglung.
"Jadi bapak akan pulang dengan siapa ?" Aldo kembali bertanya.
"Saya akan pulang dengan mobil saya, kamu juga bawa mobil kan ?"
