"Aku pilih Belanda, Maaf"
Hidupnya bagai berhenti di waktu ini, suasana restoran yang ramai bahkan tak terdengar ditelinganya, ada yang kosong dalam hatinya, nyawanya seperti dibawa kabur oleh seseorang.
"Kita gak bisa lanjutin hubungan ini, maaf Javas, tapi aku pilih Belanda semoga kamu mengerti"
Gila!
Dengan begitu mudahnya wanita ini bilang untuk dirinya mengerti, bagaimana bisa ? Ini gak adil untuknya, setelah semua yang coba dia berikan, setelah semua yang mereka lewati.... Hanya ini ? Berakhir seperti ini?!
"Kenapa ?!" Ujarnya dengan perasaan tidak terima.
"Aku gak bisa Javas, maaf"
Dengan gusar Javas menarik tangan itu, meremasnya lembut dengan tatapan memohon "Jangan pergi, kamu mau aku gimana ? Aku bisa kerja keras dan beliin apapun yang kamu mau, kamu gak perlu pergi" Javas bicara dengan suara memohon.
Tapi wanita ini bagai batu, dia menggeleng "Aku ke Belanda karena aku mau ngejar cita-citaku, Jav"
Namun dia tetap tidak bisa terima "Kamu bisa gapai cita-cita kamu disini, gak perlu sampai ke Belanda dan ngorbanin hubungan kita, ninggalin aku"
"Maaf Javas"
Wanita itu hanya menangis, padahal bukan ini yang di mau "Jangan nangis Putri" Javas menghapus air matanya, bagaimanapun dia tetap tidak tega.
Aku memeluknya, begitu erat hingga tak berani melepaskan, ada rasa takut di hatinya kalau dia melepaskan pelukannya dan wanita ini pergi.
"Jangan pergi Put" lirihnya, namun wanita di pelukannya hanya menangis sambil meminta maaf.
Dia mencoba melepaskan pelukannya, membuat Javas terpaksa melepaskannya. Putri menyeka air matanya dan menatap dirinya lekat "Aku permisi, sekali lagi maaf" ujarnya dengan tidak begitu teganya.
Putri pergi, begitu saja, meninggalkan dirinya yang bahkan masih diam tak bicara. Hatinya hancur saat itu juga.
Jadi inikah rasanya di kecewakan ?
Di campakkan ?
Dan di tinggalkan ?
Ada luka dihatinya, begitu sakit hingga dia tak bisa bersuara, hanya bisa meringis dalam diam.
Kecewa, mungkin dia pernah merasakannya, tapi ini berbeda, saat ini bukan hanya kecewa yang dia rasakan, tapi Hancur.
Bayangannya Tetang masa depan, tentang pernikahan, tentang hidup bersama, dipatahkan bahkan di hancurkan hanya dalam satu hari dengan satu kalimat penuh sayatan hati 'Aku pergi' dan berhasil membuat luka hati.
***
Ditemani segelas ice Americano Radit dan Javas duduk tepat di depan kaca besar yang langsung menampilkan jalan raya, kedua pria itu sibuk dengan pikiran masing-masing.
Radit terlihat gusar, pikirannya mendadak Plin plan akan kelakuannya saat ini yang dengan gilanya berani-berani mengajak Javas untuk bertemu putri, dia rasa ini pasti akan menjadi masalah "Javas, lu yakin gak mau pulang aja ? Mungkin dia gak jadi Dateng" Radit kembali membujuknya.
Radit Bego!
Dengan santai Javas melipat kakinya, lalu menyesap kopi itu. Pandangannya beralih kearah luar "Santai aja Dit, gak usah tegang gitu. Gua cuma mau ketemu doang kok" jawabnya.
Jawaban Javas membuatnya sedikit bisa bernafa lega, tapi entah kenapa dia tetap tidak tenang.
"Radit"
Mampus! Dateng juga nih cewek
Sepertinya Radit hilang kesadaran sejenak, Javas masih membelakangi wanita ini.