Hening... Tak ada satupun obrolan yang terjadi, Sekar dan keluarganya sedang dalam perjalanan pulang.
Sekar diam seribu bahasa setelah dia bertanya perihal perjodohan dan akal-akalan orang tuanya soal pesta aneh yang baru saja terjadi beberapa menit lalu.
"Papah minta maaf Sekar "
"Mamah juga minta maaf ya, sayang"
Tak ada niatan untuk menjawab, Sekar hanya sibuk menatap jalan raya dari dalam mobilnya.
"Papah cuma mau kamu mengenal Javas, karena dia laki-laki yang baik"
"Iya sayang, mamah sama papah cuma mau kamu kenal sama laki-laki yang baik" timpal mamah.
Sekar melihat kearah ayah dan ibunya yang duduk di kursi di depan.
"Tapi gak begini caranya, mamah sama papah tau gak kalau aku sama mas Javas gak bisa Nerima perjodohan ini" Sekar akhirnya bicara, mencoba bersikap sabar dan bicara tanpa melibatkan emosi.
"Javas gak Nerima ?" Tanya papah.
"Pah, mas Javas keberatan dan aku juga gak bisa, mamah sama papah nih kenapa sebenarnya main ambil keputusan tanpa kasih tau kita berdua?"
"Sayang, mamah sama papah cuma mau yang terbaik buat kamu, kami minta maaf kalau kamu keberatan, yasudah mulai hari ini kita stop berbicara ini"
"Iya, kalau kamu keberatan, papah gak akan lanjutin ini"
"Papah sama mamah kan tau, aku masih kuliah, kenapa tetep negelakuin ini ? Ditambah gak kasih tau aku"
"Papah jelasin ya, papah juga gak kepikiran untuk kenalin kamu bahkan jodohin kamu dengan anak om Ismawan, ini semua terjadi waktu papah dan Om Ismawan bertemu dikantor, om Ismawan tiba-tiba datang ke kantor papah dan meminta papah untuk mengenalkan anak kita, awalnya papah gak setuju karena papah pikir kamu pasti gak mau tapi om Ismawan tetep kekeuh mau kamu dan anaknya berkenalan, Papah tanya kenapa om Ismawan maksa begini dan Om Ismawan bilang kalau dia khawatir anaknya Javas gak mau menikah, mengingat umurnya yang sudah sangat dewasa lalu pas om Ismawan kasih liat foto anaknya, papah pikir kayaknya gak masalah kalau papah kenalin dia sama kamu"
"Tapi papah tau gak, kalau tadi mas Javas bilang ke Sekar kalo sekarang dia gak siap untuk pernikahan"
"Ya papah mau tau, papah kira om Ismawan sudah setuju jadi anaknya mungkin setuju juga"
"Enggak Pah, mas Javas bahkan nyuruh aku untuk menolak semua nya soal perjodohan ini dan aku setuju, karena aku juga belum siap"
"Yasudah sudah, kalau kalian gak mau kami gak akan maksa, iya kan Pah ?" Mamah mencoba menengahi percakapan Sekar dan suaminya.
Papah Sekar mengangguk dan terus fokus menyetir mobil, Sekar kembali diam tak bersuara.
****
"Papah sama mamah keterlaluan!"
Keluarga besar kastara sedang berada di ruang keluarga, Nadin sudah tidur di kamarnya, suasana berubah menjadi tegang begitu kepulangan keluarga Sekar, Javas mulai mengeluarkan keberatannya yang sedari tadi dia tahan.
"Jodohin aku sama cewek itu, aku kayaknya udah bilang kalau aku keberatan, harus berapa kali aku kasih tau?!"
"Javas! Sopan santun kalo ngomong sama orang tua" Arumi mencoba mengingatkan.
"Nak, jangan salah paham dulu" mamah mencoba menjelaskan selembut mungkin.
"Ini pasti idenya papah, kan?!" Javas kembali meninggikan suaranya, sepertinya kesabaran saat ini sudah diambang batasnya.