Perasaan Bersalah

17 1 0
                                        

Dokterpun datang ke apartemennya dan mulai memeriksa Javas.

Aku menunggu dengan cemas, ini pertama kalinya dia melihat orang dalam keadaan yang begitu mengenaskan menurutnya.

"Sepertinya Bapak Javas kecapekan karena dan terlalu lama terkena suhu dingin ini yang mengakibatkan pasien menjadi demam, tapi saya mengejek denyut nadi pasien, gejala ini mirip sekali dengan hipotensi atau darah rendah, apa pasien memang punya riwayat darah rendah ?"

Aku menggeleng, bukan karena menjawab ucapan dokter itu, tapi karena aku gak tau.

"Saya kurang tau, Bu" jawabku.

"Mba ini..."

"Saya istrinya"

Sekali lagi, dia merasa jadi istri yang sangat buruk.

"Yasudah kalau begitu, nanti selepas pasien bangun coba kasih makanan yang mengandung banyak gula, kalau bisa mulai sekarang kurangi minuman seperti kopi dan perbanyak minum vitamin"

Sekar begitu menyimak petuah dokter tersebut Makanan mengandung gula, kurangi kopi dan perbanyak minum vitamin, dia akan mengingat itu dengan baik.

Dokter tersebut memberikan lembaran yang berisi tulisannya "ini resep obat untuk pasien, tolong di beli dan diberikan pada pasien sesuai dengan anjuran yang tertera"

Sekar menerima kertas itu dan menyimpannya di saku celana "Jangan lupa kompres pasien dengan air biasa, tidak usah hangat atau dingin" kata sang dokter yang lalu mengambil tasnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu" pamit dokter itu.

"Terimakasih dokter"

"Kalau begitu kami juga pamit ya ibu" sahut kedua OB yang sedaritadi menemani Sekar.

"Iya pak, terimakasih banyak"

Sekar menutup kembali pintu apartemen itu dan mulai mengambil baskom, kain dan air untuk mengompres Javas.

Dia memeriksa kening Javas yang ternyata masih hangat, lalu memegang tangannya yang ternyata masih terasa dingin.

Dengan telaten Sekar memgopres Javas, memakaikan baju untuk Javas dan menyelimutinya.

Dari sini, Sekar bisa dengan puas menatap wajah Javas yang pucat, jelas saja dia pingsan, kalau Sekar di posisi Javas juga pasti lelah, baru pulang dari perjalanan bisnis dia tidak bisa langsung istirahat malah menjemput dirinya di rumah orang tuanya.

Maaf

Dia benar-benar merasa bersalah, jika saja Javas tidak menjemputnya dan langsung istirahat mungkin dia gak akan kecapekan begini.

Apa dia harus memberitahu keluarga Javas ?

Sejujurnya pikiran ini yang sedaritadi bersarang di otaknya, dia terlalu takut untuk lapor pada mertuanya itu, pasti mereka nanti mungkin saja menyalahkan dia karena tidak becus mengurus Javas.

Ya, memang iya dia memang gak becus

Tapi dia tetap harus menelepon kesana, dia bukan orang yang sejahat itu sampai menutupi kejadian yang segini besarnya.

"Assalamualaikum mba Arumi"

Sebut saja dia pengecut, dia gak berani jika langsung menelepon ibu mertuanya jadi dia memutuskan akan menelepon Mba Arumi saja.

"Ini...Mba Arumi"

Diseberang sana mba Arumi mulai penasaran, tapi dia takut, bahkan jantungnya terus berdebar.

"Mas Javas.... Mas Javas, sakit Mba" ujarku pada akhirnya.

Aku mendengarkan jawaban panik mba Arumi, dia menerangkan semua gejala yang mirip sekali dengan apa yang Sekar liat barusan pada Javas

Lost On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang