Para Hadirin sekalian selamat datang di Penerbangan nomor GA328 dengan pelayanan dari Indonesia ke Jepang Kita sedang berada dalam antrian ke tiga untuk take-off dan diharapkan untuk mengudara dalam waktu kira-kira sepuluh menit
Javas mengencangkan sabuk pengamannya lalu kembali terdiam, disebelahnya ada Aldo yang tengah sibuk mendengarkan musik.
Pikiranku kembali melayang pada saat dimana aku bertemu Sekar tadi, sepertinya rumah tangga mereka akan sulit untuk stabil, Sekar masih tidak bisa terbuka dengannya.
Aku gak nyaman sama mas Javas
Kata itu entah kenapa terus saja di putar oleh otakku, sampai membuatku merasa terganggu, kami berpisah dengan perasaan yang sama-sama tidak enak, aku yakin itu.
Sekar langsung pergi begitu aku bicara tentang keberangkatanku ke Jepang, aku menyuruhnya untuk tinggal sementara dengan orang tuanya di rumah, karena berada di apartemen sendiri pasti akan membuatnya merasa kesepian dan bosan, itu hanya menurutku tapi dia menyetujuinya lalu aku langsung pulang ke apartemen hanya untuk mengambil segala keperluanku selama di jepang.
Berkali-kali aku bertanya 'kamu kenapa ?' Tetapi dia hanya terus menggeleng dan itu membuatku frustasi karena tidak mengerti.
Kenapa wanita sangat susah mengungkapkan perasaannya sendiri?!
Ini sangat menyebalkan menurutku, menebak-nebak hal yang tidak pasti.
Sepertinya perjalananku ke Jepang selama tiga hari akan sangat membosankan, bila saja dia bisa menolak dia pasti akan menolaknya, namun Takeshi menginginkan dirinya untuk meninjau langsung desain apartemen yang dia inginkan, seperti yang ada di Jepang, ya, jadi dia menyiapkan dan mengatur semua hal untuk keberangkatan kami ke Jepang.
Terlalu pusing, dia akan mencoba untuk tidur, mungkin dengan tidur, dia akan sedikit merasa lebih baik, ya, semoga saja.
***
"Yaudah kamu mandi dulu aja terus kita malam malem sama-sama"
Mamah tersenyum kepadaku, aku baru saja sampai di rumah beberapa menit yang lalu tetapi dia langsung menyambutku, kata mamah, papah tadi dikasih kabar sama Javas kalau hari ini dia akan menginap disini selama Javas pergi ke Jepang.
Sekuat tenaga aku menahan tangisanku, rasanya aku benar-benar merasa jadi istri yang sangat durhaka, kenapa Javas harus sebaik ini padanya, sampai-sampai dia menitipkan dirinya pada orang tuanya sendiri, dia semakin merasa bersalah.
Aku pergi begitu saja
Tanpa peduli dengan kondisi dia
Padahal dia ingin pergi ke Jepang
Tapi aku bahkan gak peduli dengan dirinya atau sekedar bertanya dan bilang 'hati-hati'
Aku malah pergi seperti anak kecil yang egois
Javas pasti ngira aku anak kecil yang gak tau sopan santun
Tanpa menjawab, aku berjalan menaiki tangga dengan perasaan campur aduk tak karuan.
Disatu sisi aku merasa bersalah
Disisi yang lain, aku merasa kesal
Aku kesal dengan pernikahan ini
Ketika mengingat semua yang terjadi, rasanya aku ingin egois dan membenci orang-orang yang sudah menyudutkan ku untuk menerima lamaran itu.
Tapi...
Apasih maunya aku ini?!
Berkali-kali aku bertanya pada diriku, tapi aku tidak pernah mendapatkan jawaban yang pasti, aku hanya terus bersikap serba salah dalam segala hal.
