Mobil mini cooper hitam itu telah tiba tepat di depan pintu gerbang kampus bertuliskan fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia.
Sekar turun dari mobil dengan wajah campur aduk, takut, cemas dan kesal. Jantungnya mulai berdetak karena terlalu khawatir, matanya melirik takut, menyelidik sekitarnya yang sudah terlihat sepi.
"Kamu nanti selesai jam berapa ?" tanya Javas yang baru saja turun dari mobil dan berdiri tepat disampingnya.
Sekar terlihat begitu tidak begitu mendengarkan ucapan Javas, arah matanya hanya tertuju pada satu titik manusia yang sedang berjalan, wajahnya mulai terlihat panik dengan gerakan cepat dilangsung berdiri menghadap Javas, Di sana ada Wisnu yang tengah berjalan sendirian.
"Nanti aku WA, sekarang Mas Javas cepet pergi dari sini" ujar Sekar terburu.
"Kenapa ?" Alis Javas bertaut, wajahnya tampak bingung.
"Gapapa kok, yaudah mas Javas pulang aja ya"
Sekar panik sejadinya, dia mulai mendorong Javas agar segera masuk ke dalam mobilnya sambil sesekali wajahnya memeriksa orang yang berjalan dibelakangnya.
Aduh gawat kalau Wisnu ngeliat nih!
"Kamu kenapa panik banget begitu ?" Dahi Javas berkerut, wajahnya semakin menunjukan kecurigaan.
Javas masuk kedalam mobil dengan terpaksa, tapi wajahnya penuh tanya, mobilnya tak kunjung pergi yang membuat Sekar semakin panik.
"Kamu gak lagi sembunyiin sesuatu kan ?!" tanya Javas penuh selidik.
"Hah ?! E...e..enggak, kenapa aku harus sembunyiin sesuatu" Javas hanya menatap Sekar dengan wajah curiga membuat Sekar salah tingkah.
"Mas Javas gak percaya ?!" ujar Sekar dengan nada tinggi tanpa sadar.
Javas menghelah, dia akan mengalah lagi kali ini tapi dia yakin kalau istrinya ini menyembunyikan sesuatu dan dia akan mencari tahu semuanya sendiri."Yaudah saya pergi"
Javas menyakalan mesin mobil dan entah kenapa itu membuat wajah Sekar yang pucat kembali normal perlahan.
"Jangan lupa WA kalau sudah selesai, Kamu semangat kuliahnya" Javas tersenyum, senyum samar lebih tepatnya tanpa balasan dan tanpa tanggapan yang diberikan Sekar.
Mobil Javas perlahan menjauh, meninggalkan Sekar yang masih setia berdiri menyambut kepergian Javas.
"Huft! Untung gak ketahuan"
Sekar mengelus dada dengan nafas lega. Baru saja dia melihat wisnu bisa gawat kalau dia sampai melihat Javas, bagimana dengan rahasia yang dia sembunyikan selama ini, untung saja tuhan baik dan menyelamatkannya.
"Sekar!"
Kepalanya terputar kearah orang yang memanggil namanya, Lusi sedang berjalan kearahnya dengan senyum lebar.
"Kenapa lo ? Kayak abis liat setan, panik banget gitu"
"Hah ? Enggak"
"Eh iya, lo udah kerjain tugas semantik belom ?"
"Udah, tadi malem baru selesai"
"Nah bagus tuh, gua liat boleh dong ?" Lusi mengerling genit kearah Sekar dengan senyum sok manis.
"Berani bayar berapa ?" jawab Sekar dengan senyum jahatnya, berjalan lebih dulu.
"Heleh pelit lu!"
Lusi berjalan mengikuti Sekar masih dengan rayuan agar dapat mencotek tugas Sekar. "Heh, lo dianterin siapa tadi ?"
Ingatan Sekar kembali lagi kebeberapa menit yang lalu, dia mulai mencari alasan yang tepat untuk menjawab. "Oh... Itu... Gua naik grab" jawab Sekar gugup.