Ada kalanya tak perlu berdetak untuk menandakan seseorang tengah jatuh cinta
Ada kalanya tak perlu mengumbar kata manis bagai gula untuk menunjukkan rasa cinta
Tersenyum bahagia, menikmati air mata dengan terus setia menanti, menahan rindu memadu kasih bersama
Itulah cinta sejati
Senantiasa memakai hati, tanpa perlu mengumbar kemesraan, cukup dengan terus memandang satu sama lain
Hinga nanti
Hingga akhir
*
"Assalamualaikum warahmatullah"
"Assalamualaikum"
Hari pertama menjadi istri, aku sekarang sudah punya imam untuk sholat selain dari papah, perdana sholat subuh pagi ini mas Javas yang jadi imam.
Canggung sih, tapi coba untuk di jalani.
Javas menatap kearahku hingga tangki terulur, dia keliatan canggung juga tapi akhirnya dia mengulurkan tangannya dia hadapanku.
Ini pertama kali, aku mecium tangan seorang lelaki yaitu Javas, suamiku sendiri.
Setelah pesta pernikahan yang puanjang banget, mas Javas langsung ngajak untuk pulang dan tinggal di apartemennya.
Aku membuka mukenaku setelah selesai berdoa, canggung banget sampai rasanya ingin menjauh dari hadapannya.
Aku keluar dari kamar menuju dapur daripada terus di kamar, dia gak mau kejadian semalam terulang lagi.
Sanking canggungnya kita berdua, kita cuma berdiam diri di kasur tanpa berani menatap satu sama lain.Mata Panda
Aku menatap diriku di kaca yang ada di ruang tengah, gara-gara semalam gak bisa tidur, wajahku sudah persis seperti panda atau malah lebih parah, ini lebih mirip zombie deh kayaknya.
Semalem karena terlalu lelah sampai gak bisa keliling liat apartemen ini, tapi sekarang dia bisa dengan leluasa melihat segalanya.
Rapi, bersih, persis seperti apartemen yang dia liat di google, desainnya juga unik, gak salah memang Javas jadi arsitek terbaik.
"Kamu mau sarapan apa ?"
Javas berdiri tepat di belakangku sudah dengan pakain rapi dam siap untuk pergi.
"Aku gak biasa sarapan sih, tapi aku punya roti sama susu, kamu mau sarapan itu ?"
Aku melihatnya membuka kulkas dan mengambil semua bahan makanan.
"Gapapa mas, aku juga jarang sarapan kok"
Aku mencoba mendekati Javas yang sedang mengoles selai diatas roti tawar itu.
Rasanya jadi malu, aku yang istri tapi aku yang di layanin begini.
"Mas Javas mau kemana ?"
"Aku mau kerja, pagi ini ada rapat soalnya"
Bener-bener deh ini orang gak ada capeknya.
"Kalo gitu mas Javas harus sarapan"
Aku berjalan menuju kulkas yang ternyata kosong melompong, hanya ada telur dan beberapa minuman soda.
Dengan cekatan, Sekar mengikat rambutnya dan mengambil beberapa telur dan bumbu.
"Kopi atau susu ?" Tanya Sekar selagi mengocok telur.
"Kamu mau ngapain ? Aku beneran kok gapapa"
Terlihat sekali Javas canggung melihat Sekar saat ini.
"Kopi atau susu ?" Sekar kembali bertanya.