"Ayolah nak, datang ya"
Mamah terus membujuk lewat telepon, berharap aku bisa datang ke acara ulang tahun perusahaan papahnya.
Sebenarnya dia gak masalah kalau hanya datang yang bikin dia itu malas dan enggan untuk datang karena pasti setelah itu mamahnya akan kembali memaksa dia untuk pulang dan kembali tinggal dia rumah. Dia tau sifat mamahnya seperti apa, dan dia tidak mau kalau sampai itu terjadi.
Terlalu muak untuk kembali bertemu, ada rasa enggan untuk menyapa basa-basi dan tersenyum palsu di depan papahnya, bahkan kesalnya masih belum hilang, amarahnya masih membara di hatinya.
"Enggak mah, aku gak bisa"
Untuk kesekian kali aku menolak, sebenarnya ada perasaan tidak tega pada mamah yang memohon, tapi inilah keputusannya dan dia sulit untuk merubahnya.
"Kamu gak kasihan sama mamah?"
Ini yang paling dia benci, mamahnya pasti pake jurus andalannya, yaitu merengek sambil memohon dia yakin kalau disembrang sana mamahnya sudah menitipkan air mata. Kampret!
Aku memaki dalam hati, kalau sudah begini dia akan merasa benar-benar jadi anak durhaka kalau tetap pada keputusannya. "Oke oke aku dateng, tapi janji gak ada permintaan selanjutnya"
Selalu berhasil, mamahnya selalu berhasil kalau sudah mengambil jurus andalan, orang tua memang tau kelemahan anaknya.
"Iya sayang mamah janji! Nanti mamah kirimin ya jas buat kamu"
Aku hanya bisa pasrah dan menjawab dengan enggan lalu memutus sambungan telepon itu.
Aku menghela nafas dan merapalkan sebuah permohonan kepada Tuhan
Semoga berjalan lancar.****
Sorot lampu yang begitu indah, dekorasi mewah nan elegant menghiasi sekitarnya, puluhan makanan enak dan menggugah selera tersaji diatas meja sepanjang dua meter.
Ada banyak perempuan cantik dan pria tampan memakai pakaian indah dan menawan.
Aku berjalan diatas karpet merah penyambut tamu dengan gaun silver menjuntai membentuk lekuk tubuh dihiasi dengan beberapa pecahan intan permata yang bercahaya jika terkena cahaya.
"Sekar, Ayo!"
Aku mempercepat langkahku menuju orang tuaku yang sudah berdiri didepanku dengan orang tua Javas, mba Arumi dan Nadin yang menyambut kami dengan senyuman.
Om Ismawan mengundang keluargaku untuk datang ke acara perhelatan pembukaan bisnis barunya yang bergerak di bidang otomotif, sejujurnya aku gak paham kenapa acaranya begitu mendadak dan terkesan sangat terburu-buru.
Aku tersenyum kearah mereka, beberapa wartawan terus memotret ku dan tamu yang berjalan di belakangku.