Bab 4 (REVISI)

3.8K 405 4
                                    

Selamat Hari Buruh Sedunia. 

Solar berusaha mengingat dengan baik arahan yang disampaikan oleh Ratu tadi. Bu Dewa memintanya menulis FTV yang tokoh utamanya wanita metropolitan, dan pasangannya pria yang berasal dari kampung. Ia memutar otak agar kedua karakter itu bisa punya chemistry yang kuat. Pria kampung harus sering bertemu wanita tersebut. Jadi, pekerjaannya kalau tidak office boy, sopir pribadi, pengantar paket, pengantar makanan.

Solar tidak menyangka menulis sinopsis FTV serumit ini. Ia pernah beberapa kali menonton FTV, dan menurutnya ceritanya terlihat itu-itu saja. Namun, setelah mencoba menulis kisahnya, ia akhirnya tahu betapa sulitnya menulis FTV bergenre komedi-romantis yang serupa, tapi tidak sama dengan FTV-FTV yang sudah ada.

Ratu menyarankannya menulis sinopsis tiga halaman. Hanya saja Solar belum bisa menemukan hal menarik yang ingin disampaikan dalam ceritanya. Jadi, sinopsisnya masih mandek di paragraf pertama.

"Ratu, kita dipanggil meeting sama Mbak Gema." Akar berdiri dari bangku dan mempersiapkan laptopnya.

Ratu kesenangan karena ia bisa menghabiskan waktu bersama Akar tanpa diganggu creative lain.

Namun, tiba-tiba Bu Dewa mengeluarkan perintah, "Solar, kamu ikut mereka meeting. Sekalian kenalan sama produser kita, Gema dan Mahmud."

Solar mendongak. Ia belum menyelesaikan tugas menulis sinopsisnya. "Jadi pengerjaan sinopsis saya ditunda, Bu?"

Bu Dewa hanya menatap Solar tanpa ekspresi.

Akar menyenggol bahu Solar cukup kuat.

Solar pun mengerti apa maksudnya. "O-oke, Bu. Saya ikutan meeting." Ia buru-buru membereskan laptop; mengikuti yang dilakukan Akar dan Ratu.

Mereka kemudian bergegas ke tempat meeting.

.

.

Kantor PH Cahaya Gemilang terdiri dari dua lantai. Ruangan tim creative ada di lantai dua, sedangkan ruangan tim produksi ada di lantai satu.

Ratu menggerutu terus karena keputusan Bu Dewa yang tiba-tiba tadi. "Ngeselin deh Bude. Udah asyik gue sama Bara aja di program ini. Kenapa PIC-nya harus ditambah lagi?"

Solar merasa Ratu tidak menyukai keberadaannya. "Sori, gue juga nggak tahu kenapa Bu Dewa ngambil keputusan itu."

Merasa salah bicara, Ratu mengoreksi pernyataannya. "Eh, maaf. Gue nggak ada maksud ngomel ke lo. Bu Dewa sebenarnya nggak pernah masukin orang baru di program yang udah tayang puluhan episode, soalnya nggak efektif. Lo jadi harus bisa ngejar ceritanya." Ia menepuk-nepuk bahu Solar. "Tenang aja, kita bakal bantu."

Akar menghentikan Solar yang hampir menubruknya.

Solar terperanjat karena tubuh tinggi itu serta-merta menjulang di depannya. Belum lagi tatapan Akar yang mengintimidasi. "Ada apa?"

Ratu menarik tangan Akar agar menjauhi Solar, tapi lelaki itu menangkisnya.

"Kalau Bude nyuruh ini dan itu, nggak usah banyak tanya, lo iyain aja."

Solar tidak mengerti Akar sedang memarahi atau menasihatinya. Namun, melihat ekspresinya yang dingin ia jadi berkesimpulan bahwa ia memang harus lebih berinisiatif di sini.

"Bar, jangan galak-galak dong sama Solar. Dia kan tadi baru diomelin Bude."

Solar terhenyak. "Kalian tahu?" Padahal ia belum cerita apa-apa sama mereka.

Ratu hanya tersenyum. "Ya, tahulah. Nggak lo aja yang pernah diajak ke Kotak Neraka."

"Kotak Neraka?" Solar tertawa. Ternyata ruangan tersebut punya nama yang menyeramkan.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang