Bab 29

1.7K 294 10
                                    

Haloo, kemarin agak kaget lumayan juga pembaca baru yang berdatangan. Selamat membaca cerita tentang Solar dan kawan-kawan ini ya 💃💃.
Makasih banyak buat kalian, dapet cinta yang banyak dari Wen Junhui wkwk.

Makasih banyak buat kalian, dapet cinta yang banyak dari Wen Junhui wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena babnya mayan pendek, aku nggak pecah jadi dua. Selamat membaca ^^/.

.

.

Satu jam sudah berlalu, siapa sangka Akar kembali ke kantor. Entah apa yang merasuki pikirannya. Ia tahu harusnya tidak berada di sini, tapi hatinya berkata lain. Terlebih ketika ia melihat Solar tidur di lantai dengan laptop yang masih menyala. Kekhawatirannya pun memuncak. "Dia kenapa nggak langsung pulang?"

Sudah pukul tujuh pagi, harusnya Solar masih punya waktu untuk kembali ke kosan. Akar sudah tidur sampai Ratu menghubunginya meminta untuk dijemput. Ketika melihat Solar seorang diri di kantor, hati kecilnya berkata ia harus memastikan Solar baik-baik saja.

Perempuan yang kemarin-kemarin diciumnya itu—ia bahkan kesulitan menjelaskan isi hatinya. Mungkin karena saat ini ia sedang menjadi sosok lain untuk menyelamatkan orang lain.

Akar berjalan menuju mejanya untuk mengambil selimut yang biasa dipakai ketika lembur di sini. Selimutnya disimpan di lemari. Ia tidak ingin Solar kedinginan. Selimut itu pun lalu digelarkannya pada Solar. Kemudian ia memeriksa laptop yang menyala, dan mengembuskan napas lega karena catatannya sudah dikirimkan. "Lo ternyata pantang menyerah juga ya."

"Ish, enak banget Udang Rebus dijemput Jambu Mete."

Akar tersentak karena menyangka Solar mengomelinya. Ia hampir terkena serangan panik, tapi ternyata Solar sedang mengigau.

"Pergi lo, Jambu Mete! Demi Langit dan Bumi, gue nggak akan pernah suka sama lo!"

Akar tersenyum getir. "Bahkan di mimpi, lo maki-maki gue." Ia lalu memutuskan duduk di dekat kaki Solar. "Capek banget ya? Sama," bisiknya perlahan. Ia melepas ikat rambutnya dan membiarkannya tergerai. Kepalanya pun menunduk. Hanya tidur sebentar kok. Ia juga tidak mau Solar melihatnya. Untuk saat ini ia tidak ingin terlihat oleh siapa-siapa.

Ia hanya ingin Solar tidak sendirian....

.

.

Jo tersentak saat menemukan Solar tertidur pulas di lantai. Ia yang baru tiba di kantor, hampir saja menginjak perempuan itu. Ia memperhatikan rekan kerjanya dengan teliti. Ada air liur yang mengalir dari mulutnya. "Buset. Kok dia bisa tidur di sini?" Yang lebih mengejutkan adalah dia mengenakan selimut Akar.

Jo pun menggoyang bahu Solar kuat-kuat. "Bangun, Solar."

Solar lantas terduduk. Ia memperhatikan Jo dari matanya yang merem-melek.

Jo segera mengambil tisu dari meja Nimas, dan memberikannya ke Solar seraya menunjukkan ekspresi geli. "Lap dulu tuh pipi."

Solar menggapai tisu itu susah-payah karena masih belum fokus. Ia melakukan hal yang diperintahkan Jo. "Sekarang jam berapa?"

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang