Bab 25 Bagian 2

1.7K 293 21
                                    

Mumpung masih dalam rangka liburan panjang, plus bab ini agak pendek sebenarnya, yaudin aku update yak wkwk. Cahaya Gemilang memang bakal beda setelah Mas Surya pergi, tapi yang lain masih punya alasan buat bertahan.

Selamat membaca ya...

.

.

Bagi Solar, kehadiran Mas Surya itu seperti matahari yang selama ini meneranginya. Suaranya yang lantang, mampu menyemangatinya. Nasihatnya, membangkitkan kepercayaan diri. Perintahnya, menambah pengetahuannya. Sayang sekali orang yang bekerja keras seperti Mas Surya tetap akan kalah dari orang lain yang punya koneksi kuat dengan atasan. Solar kira hal itu hanya ada di sinetron, tapi sekarang hal itu terjadi di depan matanya sendiri.

Nepotisme itu benar-benar memuakkan dan menyingkirkan orang yang membangun semuanya dari bawah.

Sekarang di ruangan tersedia pizza sampai empat box, tapi tidak ada yang sudi menyentuhnya. Selama menunggu pizza datang, banyak hal yang mereka bicarakan. Perpisahan yang tiba-tiba ini masih belum bisa mereka terima dengan akal sehat. Bu Dewa entah berada di mana. Tidak ada yang memedulikannya juga.

Para perempuan sibuk menghapus air mata mereka memakai tisu. Sementara para lelaki, memilih mengganti kepedihannya dengan diam.

"Pizza-nya harus dihabiskan ya," ujar Mas Surya santai.

"Surya, apa jadinya kita tanpa lo?" Mas Jamal sudah tidak mampu berpikir jernih.

"Mas Surya, Bude bakal lebih ganas lagi nyerang kita," keluh Nimas yang tahu betul bagaimana sifat bosnya. Ia tidak dapat membayangkan hari-hari yang mereka jalani ke depannya.

Mas Surya menarik napas panjang. "Sori, gue harus melakukan ini. Kalau gue gagal memperjuangkan hak-hak kalian, gue nggak pantas jadi senior kalian lagi."

"Mas Surya, gue baru kenal lo sebentar," Solar mulai sesenggukan.

Mas Surya mengelus lembut rambut Solar seraya tersenyum tipis. Ia lalu menatap juniornya yang lain. "Gue udah enam tahun kerja di sini. Kantor ini begitu spesial karena bisa menerima karya-karya gue dengan baik. Tapi sejak Dewa datang ke sini, semuanya berubah total. Gue sudah berusaha ngelawan kebijakan-kebijakan Dewa yang nyusahin kalian itu. Sayangnya Dewa jadi tambah nggak masuk akal. Orang lama yang nggak cocok sama kebijakan dia akhirnya pergi, dan orang baru kayak Solar pun kena terus."

Mas Jamal mengangguk setuju. "Bener kata lo. Jadi anak baru di Cahaya Gemilang, cobaannya banyak banget." Ia lalu menasihati Solar. "Lo harus tahan banting ya, Solar. Kalau mau nendang kursi boleh saja, tapi jangan sampai rusak biar gaji lo nggak dipotong."

Jo tertawa kecil membayangkan Solar menendang kursi, lalu melompat-lompat karena kakinya kesakitan. "Solar nggak akan nendang kursi, Mas. Itu bukan karakter dia, tapi nggak tahu ya kalau yang lain."

Ratu tahu Jo sedang menyindirnya, tapi ia berusaha diam saja karena bertengkar di waktu begini tidaklah tepat.

Mas Surya tersenyum simpul. Ia melanjutkan hal yang ingin disampaikannya. "Gue rasa gue sudah selesai di sini. Gue harus nanjak ke tempat yang tinggi lagi, tapi di lokasi lain. Kalau di sini terus gue nggak akan bisa ke mana-mana."

Akar lalu berbicara, "Gue bakal ngedoain yang terbaik buat lo, Mas."

Mas Surya mengacungkan jempolnya. "Inget ya. Kalian harus kompak. Kalau nggak, kalian bakal habis dibikin babak belur sama Bude. Jangan ikutin jalan yang gue pilih ini kalau nggak punya persiapan. Kalian masih muda-muda, kecuali Mas Jamal sih." Mas Surya masih sempat-sempatnya tertawa. "Gue tahu kalian bertahan di sini karena punya tujuan masing-masing, bukan untuk Bude. Jadi bertahanlah sebisa mungkin demi tujuan kalian itu."

Solar dengan pikiran polosnya menyampaikan hal yang ia inginkan. "Mas, gue mau gabung dong di PH-nya Mas."

Mas Surya tertawa sampai wajahnya terangkat. "Gue nggak punya PH, Solar."

"Hah?" Tim creative melongo berbarengan.

"Tadi gue cuma ngegertak Bude. Jadi, ya maap kalau lebay." Mas Surya selalu bisa tersenyum di saat-saat suram seperti ini.

"Yah!" Tim creative mengira yang tadi sungguhan.

"Gue emang punya rencana bikin PH sendiri, tapi mungkin butuh waktu dua atau tiga tahun atau malah lebih lama lagi."

"Segera kan, Mas. Gue mau jadi tim kerja dan hore," tukas Akar.

Solar menggerutu ketika mengingat kejadian pagi tadi. Masa dia harus bertemu Akar lagi di PH-nya Mas Surya nanti?

Mbak Gema tiba-tiba masuk ke ruangan. Kehadirannya membuat creative hilang fokus. Penampilannya kali ini memadukan warna hitam dan ungu dengan tetap mempertahankan gayanya yang tomboy.

Solar terpana melihat sepatu boots ungu mentereng yang dipadukan dengan jogger pants hitam itu. Perempuan tomboy yang fashionable ternyata bisa terlihat memesona.

"Hai," Mas Surya yang menyadari kehadiran Mbak Gema, tersenyum lebar.

Mbak Gema seketika memeluk erat Mas Surya. Mas Surya ikut merengkuhnya juga. Yang lain biasa saja, kecuali Solar yang melihat pemandangan itu sebagai bencana kedua setelah diminta resign oleh Bu Dewa. Mulutnya membuka lebar. Ia tidak paham mengapa dunia asyik mempermainkannya begini. 

Yah, kan jadi kaget hahaha 🤣🤣

Yah, kan jadi kaget hahaha 🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang