Wow, nggak nyangka viewsnya udah segini. Bagiku ini cukup banyak. Jangan ragu buat ngevote sama tinggalin komentar kalian ya. Selamat membaca ^^
.
.
Solar mengira Mas Surya sedang bercanda. "Seriusan, Mas?"
Mas Surya memberikan kunci mobilnya pada Solar. "Serius dong."
Solar menelan ludahnya sendiri. Baru kali ini ada lelaki yang meminta diantarkan pulang olehnya. Namun, sepertinya itu wajar mengingat kaki Mas Surya masih dalam penyembuhan. "Oke deh."
"Ya udah, gue balik duluan ya," Mas Surya pamit pada anak buahnya. "Kalian jangan keluyuran ke mana-mana lagi. Langsung balik aja."
"Nanti Solar pulang sama siapa?" Jo memasang wajah khawatir.
"Lo mau anter Solar balik?" Mas Surya ingin memastikan.
Namun, Solar tidak ingin merepotkan teman-temannya lagi. "Nggak perlu, Jo. Gue bisa balik sendiri pakai ojek online."
"Kalau ada apa-apa, kabarin gue aja," Jo masih belum menyerah.
Solar hanya tersenyum. Ia kemudian pamit, dan bergegas membantu Mas Surya masuk ke mobilnya.
Sementara itu creative yang lain bersiap pulang. Mas Jamal langsung pamit karena sudah ditunggu oleh istrinya.
Jo buru-buru mengenakan ransel, dan ia hanya pamit pada Nimas. Sengaja melakukannya karena enggan beramah-tamah pada Akar dan Ratu. "Mbak Nim, sori ya gue duluan."
Nimas menyipitkan matanya. "Ye, kenapa minta maaf? Emangnya gue minta lo anterin balik?"
Jo mengeluarkan cengiran genit, dan mengedipkan sebelah matanya. "Sampai jumpa besok, Mbak Nim." Ia pun bergegas pergi.
"Sok ganteng lo!" pekik Nimas, tapi ia tertawa geli.
Ratu mulai panik karena tinggal ia yang masih makan. "Tunggu gue dong, Bar."
Akar melirik piring Ratu yang masih dipenuhi makanan. Ia hanya mengangguk, lalu mengambil sebuah novel dari tasnya. Ia meletakkan buku itu di meja, dan beranjak pergi.
Ratu tersentak karena mengira Akar meninggalkannya. "Bar, gue belum selesai makan!"
"Gue mau ke toilet," jawab Akar tanpa membalikkan badan.
Sekarang di meja itu hanya ada Nimas dan Ratu. Nimas yang pertama kali menyadari sebuah foto yang muncul dari novelnya Akar. Ia refleks menarik foto itu, lalu matanya membesar. "Eh, ini kan foto Solar."
Ratu tercenung ketika Nimas menyodorkan fotonya. "Kenapa Akar punya foto ini?"
Nimas bisa mencium ada hal yang Akar sembunyikan. Ia mengambil foto itu dari Ratu, lalu mengembalikannya ke tempat semula. "Kita bicarain besok, Tu."
Ratu terpaksa menuruti, walaupun ia sebenarnya penasaran setengah mati. Apakah Akar sudah lama mengenal Solar? Bagaimana bisa?
.
.
Sudah pukul sebelas malam, jalan arteri Kelapa Dua lebih sepi dibandingkan ketika siang hari. Solar membawa mobil Mas Surya dengan hati-hati. "Rumah Mas di Lebak Bulus?"
"Yoi," Mas Surya menjawab seadanya karena ia punya topik lain untuk dibahas. "Gimana kesan pertama kerja di Cahaya Gemilang?"
Solar langsung berpikir keras.
"Jawab yang jujur ya."
"Gue ketemu sama dua atasan yang menyebalkan. Terus baru kali ini gue ikut meeting selama enam jam lebih. Lalu, ternyata menulis sinopsis FTV itu susah ya, Mas. Gue baru nulis satu paragraf aja," Solar menyayangkan kemampuannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
General FictionEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...