Haiii, makasih banyak buat yang udah baca dan voment, Nggak Suka Ya Resign Aja perjalanannya masih panjang. Semoga bisa menghibur kalian yang punya pengalaman yang sama kayak Solar wkwk. Setiap kantor memang punya kekurangannya sendiri.
Btw aku ada revisi bab overture sampai bab 6 ya, silakan kalau mau dibaca ulang.
Selamat membaca~
.
.
Jo mematikan motornya tepat di depan kosan Solar. Ia baru menyadari perempuan itu melingkarkan lengan di pinggulnya. Jantungnya berdegup kencang. Pertama kalinya ia sedekat ini dengan Solar. Solar masih tertidur nyenyak di punggungnya. Ia sengaja menunggu beberapa menit sampai Solar terbangun sendiri.
Benar saja Solar akhirnya terbangun. Ia tersentak saat menyadari pintu gerbang kosannya sudah di depan mata. "Wew, udah nyampe aja. Udah dari kapan kita di sini?"
"Baru aja," Jo sengaja berbohong karena Solar akan berlebihan menanggapinya.
Solar segera turun dari motor Jo secara perlahan karena masih mengantuk. "Makasih banyak, Jo. Punggung lo empuk, enak dijadiin sandaran. Sandaran hidup juga bisa." Ia malah cekikikan.
Jo tersenyum saja mendengar ocehan Solar yang baru terbangun. "Iya, jangan lupa kerjain sinopsisnya. Langsung kirim ke email Bude, terus kabarin di grup WA." Ia mengingatkan sekali lagi agar Solar tidak kebablasan.
Solar mengangguk seraya merem-melek. "Sampai jumpa besok, Jo."
Jo pun segera pergi, dan Solar bergegas masuk ke kosannya karena harus merampungkan pekerjaannya dulu
.
.
Solar tidak menemukan siapa-siapa sesampainya di ruangan creative. Beberapa tas sudah terletak di meja. Ia menoleh ke meja Bu Dewa yang asing sendiri di pinggir ruangan. Tasnya juga ada, itu berarti dia sudah datang. "Ah, kesempatan bagus."
Solar mengeluarkan sesuatu dari tas. Sekat pembatasnya kedatangan penghuni baru. Ia akan menempelkan apa pun yang menurutnya menarik. "Waw, cocok."
Pintu ruangan creative terbuka. Tiga lelaki creative masuk, dan seketika membuat ruangan itu bau rokok.
"Erghh. Kalian ngerokok berapa puntung sih?" Solar menutup hidung karena paling tidak tahan dengan asap rokok. Namun, ketiga lelaki itu tampak tidak peduli, dan duduk di bangkunya masing-masing.
"Hai, Solar," sapa Jo antusias seperti baru kali pertama bertemu Solar setelah sekian lama.
Belum sempat Solar membalasnya, ada Ratu dan Bu Dewa yang masuk ruangan.
"Jadi, hari ini kita ada meeting ke Rania TV, Bu? Jam berapa ya?"
"Nanti saya hubungin kamu lagi. Gema juga belum tahu kepastiannya."
Ratu mengiyakan. Kemudian ia dan Bu Dewa bergegas menuju ke tempat duduk.
Solar ingin mencoba menyapa Ratu yang hari ini keadaannya tampak lebih baik dibandingkan kemarin, tapi suara Bu Dewa membuyarkan hal itu.
"Kamu jadian sama Surya?" tanya Bu Dewa melihat foto baru Solar. Suaranya terdengar lebih dingin.
Solar menebak mungkin Bu Dewa agak marah. Namun, kenapa harus marah? "Nggak, Bu. Saya cuma fans-nya Mas Surya. Ibu juga suka kan sama Mas Surya?"
Mas Jamal berdiri dari bangku, Akar menjedotkan kepalanya ke meja, Ratu menggigit jarinya kuat-kuat, hanya Jo yang terlihat menahan tawa. Akan gawat jika Jo ketahuan menertawai Solar karena Bu Dewa bisa mengira dia yang ditertawakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
Ficción GeneralEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...