Bab 43

1.8K 342 55
                                    

Halooo, gaisss. Terima kasih sudah menungguuu. Akhirnya ujianku kelar juga haha. Oke deh, selamat membaca yaaa.

.

.

Bu Dewa tercenung sesaat karena tidak tahu ada halaman ini. Salahnya sendiri yang tadi tidak memeriksanya. Semua pekerjaan ia serahkan pada Solar. Ia hendak meneriaki Solar, tapi tiba-tiba saja pikirannya semakin blank.

Bu Lia yang melihat keanehan itu langsung mengajukan pertanyaan. "Ini maksudnya apa, Dewa? Kok cover-nya ada dua, tapi penulisnya beda? Yang satu Tiara Herbowo yang satu Bunga Matahari."

Ratu tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Ia malah terkejut ketika Mas Jamal menepuk bahunya.

"Tu, ini ada apa ya?"

Ratu menjelaskan yang ia tahu saja. "Jadi, itu novel yang Bu Dewa tulis dia pake nama pena Tiara Herbowo, tapi anehnya malah ada novel lain dengan judul yang sama."

Nimas ikut terhenyak. "Jadi, itu novel Bude. Pantesan aja dia ngotot ngajuin novelnya jadi sinetron. Terus Bunga Matahari itu siapa?"

Bu Dewa ingin berbicara, tapi Solar keburu berdiri. "Maaf, Bu Lia. Boleh saya yang presentasi? Soalnya saya yang buat presentasi ini."

Daripada kesal melihat Bu Dewa yang kebingungan, akhirnya Bu Lia mengizinkannya. "Ya udah, jelaskan sama saya apa yang ingin kalian ajukan."

Solar merebut pointer yang ada di tangan Bu Dewa. Saking terkejutnya, Bu Dewa sampai tak berkutik dan bertanya-tanya, apa yang ingin Solar lakukan?

Solar memandangi orang-orang di hadapannya satu per satu. Tiba-tiba saja kegugupan menyerangnya. Rasanya ia ingin melangkah kembali ke tempat duduknya. Namun, saat menatap Akar yang matanya memancarkan keyakinan teguh, keberanian Solar muncul kembali.

Solar menarik napas banyak-banyak sebelum membuka presentasinya. "Saya ingin menjelaskan bahwa novel berjudul I Lost You ini ditulis di tahun dua ribu sebelas, dan diterbitkan melalui penerbit indie di tahun dua ribu enam belas. Novelnya memang nggak terkenal karena yang terjual pun nggak sampai lima puluh eksemplar. "

Mas Jamal mengajukan pertanyaan. "Solar, lo tahu dari mana informasi itu? Bukan lo karang-karang, kan?"

Solar tersenyum tipis. "Gue nggak ngarang, Mas. Bunga Matahari itu nama pena gue."

Seluruh creative pun terhenyak.

"Seriusan?" Mas Jamal membutuhkan kepastian.

Jo langsung memercayainya. "Kita lihat dulu penjelasan Solar. Kayaknya ada yang nggak beres."

"Solar, jangan ngomong macam-macam kamu!" Bu Dewa hendak menyingkirkan Solar, tapi tangannya langsung ditarik oleh Akar.

Akar menatap Bu Dewa dengan tajam. "Jangan ganggu, Bu. Lo mau gue bawa keluar aja?"

Semuanya terkejut melihat Akar yang tidak membiarkan Bu Dewa bergerak. Semakin Bu Dewa berusaha melepaskannya, tangan Akar semakin kuat mencengkramnya. Ia sampai merasakan nyeri yang luar biasa. "Akar! Lepasin!"

Namun, Akar tidak memedulikannya.

Solar pun melanjutkan presentasi. "Saya berkunjung ke toko buku di tanggal sembilan belas Januari dua ribu delapan belas. Saya menemukan buku berjudul sama ada di toko buku. Saya lihat sinopsisnya sama persis, tapi kok namanya Tiara Herbowo? Saya nekat buka sampulnya, dan saya langsung nangis ketika melihat isinya sama dengan novel yang saya tulis. Novel Tiara Herbowo ini terbit di akhir tahun dua ribu tujuh belas."

Rasa penasaran Bu Lia pun meningkat. "Siapa Tiara Herbowo?"

Solar mengambil kartu nama dari kantong celananya, dan menyerahkannya pada Bu Lia. "Tiara Herbowo itu nama pena Bu Dewa, Bu. Ibu bisa mengonfirmasinya ke nomor editornya di sini." Ia juga menyerahkan dua novel fisik yang sudah disiapkannya di tote bag yang ia bawa.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang