Bab 26 Bagian 1

1.6K 308 28
                                    

Halooo, makasih buat pembaca yang terus mantengin cerita ini. Happy weekend ya buat kalian. Walau nggak bisa bepergian jauh, semoga kalian bisa mendapat kesenangan di banyak kesempatan. 

Oke deh, selamat membaca ya ^^/.

.

.

Mbak Gema melepaskan pelukannya, lalu menatap dalam Mas Surya. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Ia merengkuh lembut wajah lelaki itu dengan kedua tangannya. "Tadi sempat ribut besar ya?"

Mas Surya tersenyum getir seraya menurunkan kedua tangan itu, lalu memijatnya dengan lembut. "Nggak apa-apa, yang penting udah selesai."

Mulut Solar menganga semakin lebar saat Mas Surya mencium singkat dahi Mbak Gema. Hubungan mereka tentu saja lebih dari sekadar teman. Ia langsung memejamkan matanya. "Aduh, gue kelilipan."

Mas Surya langsung berjongkok seraya menahan tawa. Ia lalu berdiri kembali. "Solar, err... sori, gue bisa jelasin sih."

Jo yang memahami Solar, kemudian merangkulnya. "Patah hati itu hal biasa. Semua juga pernah ngerasain."

Mbak Gema kebingungan dengan kata-kata Jo dan Mas Surya. Ia menatap Mas Surya agak kesal, lalu mencubit pinggulnya. "Kamu pasti bikin dia salah paham ya?"

Mas Surya menepis cepat tangan Mbak Gema sambil tertawa. "Geli, Mam."

"Mam?" Solar kian melongo.

Akar memberikan informasi secara lengkap. Ia tersenyum sinis. "Makanya gue kemarin bilang lo jangan banyak berharap. Mas Surya dan Mbak Gema udah nikah dan punya satu anak."

"Astaga." Solar terang saja terombang-ambing. Benar juga. Kalau dipikir-pikir lagi Mas Surya kan tidak pernah menyebutkan bahwa dirinya jomlo.

Lalu, Solar teringat pernah berkomentar nyeleneh tentang Mbak Gema di depan Mas Surya.

"Terus gue kira Mbak Gema orangnya sengak, dan Mas Mahmud itu asyik."

"Berani-beraninya lo, Solar. Cari mati," Nimas menggeleng sembari menggigit ayamnya.

Solar memejamkan mata rapat-rapat seraya memijat dahinya. Pantas saja Mas Surya tertawa. Nimas juga memperingatkannya dengan keras. Bisa ia tebak yang mengantar Mas Surya ke kantor saat itu adalah Mbak Gema. Ia langsung menutup kedua wajah dengan tangan. Malunya sampai ke Planet Mars. Mas Surya memang tidak punya pacar, tapi dia punya istri! "Mampus gue, mampus."

Mbak Gema semakin mengomeli Mas Surya. "Tanggung jawab, Pap. Kamu bikin Solar nangis."

"Nggak nangis tuh!" Solar membuka tangan sembari menjulurkan lidah.

Semuanya pun tertawa karena tingkah Solar yang seperti anak-anak.

"Solar, umur lo sebenarnya berapa sih?" tanya Jo yang belum pernah menanyakan hal itu karena ia rasa tidak sopan menanyakan umur ketika baru kenal.

"Dua puluh delapan."

"Wah, sama kayak gue dong," Nimas menepuk-nepuk bahu Solar karena senang ada yang seumuran dengannya.

"Bujug deh, Pertamax. Lo yang paling tua setelah gue di sini," Mas Jamal terus-terusan tertawa.

"Emangnya kalian umurnya berapa?"

Mas Surya yang menjelaskan. "Akar dan Jo dua puluh lima tahun. Ratu dua puluh enam tahun."

Solar melongo. "Kalian yang muda-muda tampangnya kayak yang udah tiga puluh tahunan ya." Ia melirik Ratu, lalu membuang muka cepat-cepat. "Apalagi yang suka marah-marah."

Akar membalasnya telak. "Daripada lo, umur tua kelakuan kayak bocah."

"Diem lo!" pekik Solar yang langsung membuat creative terbahak-bahak. Suara yang dikeluarkannya begitu melengking seperti bebek yang kakinya tidak sengaja diinjak.

Mas Surya melirik Akar dan Solar bolak-balik, lalu tertawa kecil. Ia kemudian mengingatkan pesannya tadi pada juniornya. "Dihabiskan ya pizza-nya. Bagi ke divisi lain juga, Bude sih nggak usah kalian kasih. Dia nggak akan mau."

"Oh ya, Dewa ke mana?" Mbak Gema baru menyadari ketidakhadirannya.

"Nggak usah dipeduliin, Mam. Yuk, kita keliling buat pamit."

Mbak Gema mengangguk sembari menggenggam erat tangan suaminya. Ia kemudian memberikan pesan pada Solar. "Oh ya, Solar. PPM nggak jadi hari ini. Kemungkinan besok."

Solar berjingkrak kesenangan. Kalau PPM masih ada hari ini, ia akan nekat kembali ke kosannya saja. Ah, tidak mungkin juga sih. Bisa-bisa ia kena damprat Bu Dewa. 

"Kalian jangan ke mana-mana. Nanti gue bakal balik lagi," ujar Mas Surya sebelum keluar untuk menandaskan niatnya.

"Eh, Mas Surya sama Mbak Gema sejak kapan nikah?" tanya Solar pada Jo.

"Kapan ya?" Jo berusaha mengingatnya. "Umur anaknya itu delapan tahun. Kalau nggak salah mereka sudah nikah sepuluh tahun yang lalu."

Solar kembali menganga. Lama sekali. "Terus kenapa kalian diam aja?" Ia pun pura-pura marah pada teman-temannya itu.

Mas Jamal pun memberikan penjelasan. Ia tidak sanggup menahan tawanya. "Surya yang ngelarang kami. Habisnya kocak ngelihat lo yang terang-terangan suka sama dia. Dia orangnya kadang suka nggak enakan. Biar nanti Pertamax tahu sendiri, katanya. Bukan salah kita juga kalau lo baru tahunya sekarang. Lo terlalu polos sih."

"Polos apaan? Mas Surya kan udah lama absen. Mana gue tahu Mas Surya dan Mbak Gema tinggal satu rumah!" Solar tidak pernah bertemu Mbak Gema di rumahnya. Itu pasti karena Mbak Gema masih berada di kantor. Ah, benar-benar memalukan. Ia jadi merasa bersalah karena terang-terangan tertarik sama pria beristri. Untungnya Mbak Gema terkesan biasa saja padanya dan tidak menganggapnya sebagai pelakor. Tadi yang diomeli malah Mas Surya.

Solar kemudian sibuk dengan kontemplasinya sendiri. Mas Surya berumur 36 tahun, sedangkan Mbak Gema 40 tahun, tapi mereka terlihat cocok satu sama lain. Yang satu jago membuat konsep program, yang satu lagi pintar memilih program yang punya potensi bagus untuk ditawarkan ke pihak televisi, lalu mengatur semua proses produksi dari awal sampai akhir.

Mbak Gema benar-benar perempuan yang mandiri. Posisi Mbak Gema itu lebih tinggi ketimbang Bu Dewa dan Mas Surya.

Bu Dewa saja kalah telak, apalagi Solar. Bu Dewa adalah kentang raksasa, dan Solar adalah bayi kentang. Sesama kentang memang hanya bisa berandai-andai mendapatkan bintang terang di langit.

Solar menunduk seraya menatap sepatunya sendiri.

Jo jadi tidak tega melihat Solar hati Solar terluka. Walaupun Mas Surya tidak ada maksud menyakiti Solar, tetap saja hal ini pasti mengguncang jiwanya. Ia pun kembali merengkuh Solar. Kali ini lebih dekat....

Part 2 lanjut besok yaaa 🤩🤩

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang