Bab 41

1.8K 321 27
                                    

Kejutannn. Aku update hari ini. Sabtu ini aku update lagi, terus tanggal 12 nggak update, soalnya mau ujian bahasa Korea. Doakan semoga aku naik level wkwkw. Solar nggak jadi ke Korea, makanya aku belajar bahasa Korea haha.

Baiklah, selamat membacaaa

.

.

Solar sedikit terkejut karena Ratu sudah tiba di ruangan. Tumben sekali dia datang sepagi ini. Ia sebenarnya agak malas hanya berduaan di ruangan bersama Ratu, tapi ia tidak punya pilihan lain.

Solar menghampiri mejanya yang sekarang kosong. Maksudnya, seperti tidak punya nyawa. Ia sebenarnya bisa memasang foto-foto dan piagamnya di pembatas sekat lagi, tapi mungkin saja Bu Dewa nekat membuangnya ke tempat sampah saking muaknya.

Ratu memperhatikan Solar yang sedang sibuk dengan ponsel. Ia memukul pembatas sekat kuat-kuat. "Bu Dewa minta lo bikinin presentasi buat pengajuan program Emak, Tunggu Aku ke Bu Lia besok. Lo udah buat pohon konfliknya, kan?"

Solar ingin punya informasi yang jelas sebelum melakukan tugasnya. "Jadi, penulis novelnya udah kasih izin?"

Ratu menghela napas. Mata merahnya mendelik tajam. "Lo nggak usah banyak tanya bisa, kan? Kalau dikasih tugas langsung aja kerjain."

Solar menatap Ratu yang fokus ke ponsel pintarnya. Ia berpikir hebat juga Akar bisa melihat kebaikan Ratu karena dari sudut pandangnya, Ratu sudah berbeda dari yang dikenalmya dulu. Dan bagi Solar hanya Mas Surya yang jadi supervisor terbaik. Mungkin Ratu masih dalam proses belajar menjadi senior yang bisa menjadi panutan bagi junior-juniornya. Namun, harusnya Ratu bisa mengesampingkan konflik personal di pekerjaan.

Solar membuka laptop. Ia tersenyum lebar. Sekarang saatnya membuktikan bahwa ia adalah karyawan yang bisa diandalkan. Ia akan menjadi karyawan yang baik dengan mengerjakan tugas dari Bu Dewa. Ia siap menyusun presentasi sebaik mungkin; melebihi ekspektasi yang Bu Dewa minta padanya.

.

.

Makan siang bersama itu hanya dihadiri oleh Solar dan Jo. Nimas tengah mempersiapkan naskah untuk syuting besok, jadi dia memilih tinggal di ruangan. Mas Jamal hari ini harus ke lokasi syuting. Sedangkan Ratu seperti biasa tidak ingin bergabung.

"Kalau Ratu mau gabung, gue pasti usir dia," tukas Jo berapi-api.

Solar tertawa renyah. "Santai, Jo. Ratu nggak akan mau gabung selama ada gue."

Jo masih sakit hati soal evaluasi kemarin. "Masa di ruangan nggak boleh bercanda sama temen sendiri? Udah kayak sekolah kerja di ruangan itu." Daripada marah-marah, Jo lebih senang melepas stres dengan mengobrol atau bercanda bersama teman-temannya. Terutama Nimas yang paling sering menjadi targetnya.

"Gue jadi ikutan lo, Jo. Hubungan gue sama Ratu juga nggak akan bisa diperbaiki," Solar memasang wajah sedih. Ia juga tidak ingin seperti ini.

Jo pun menghiburnya. "Lo tenang aja. Nggak temenan sama Ratu, nggak akan ngerugiin lo. Kecuali kalau lo butuh uangnya doang."

Solar tahu Jo sedang membahas apa.

"Tapi gue akui dulu gue kayak cowok tolol. Gue terpesona sama kecantikan Ratu. Apalagi dia itu manja, selalu ngebutuhin kehadiran gue. Bener-bener tipe cewek yang gue suka." Jo menunduk suram membayangkan masa lalunya.

Solar langsung tahu Ratu pernah menempati bagian paling spesial di hati Jo. Bisa jadi cintanya sudah cukup dalam, tapi karena dikhianati begitu saja, rasa cinta itu menjelma menjadi kebencian yang tak berkesudahan. "Masalah lo yang dulu itu kayaknya nggak sekadar telat bangun ya?"

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang