Bab 27 Bagian 1

1.6K 284 14
                                    

Maafkeun yang ini juga harus dibagi dua, jadi bagian dua-nya besok ya. Btw, jangan berkecil hati Mas Surya resign. Nanti dia bakal muncul lagi. Ditunggu aja wkwkw.

Hari-hari creative tanpa Mas Surya bakal dimulai :').

Selamat membaca.

.

.

Solar tiba di kosannya dengan mata merah sehabis menangis beramai-ramai dengan temannya. Setelah Mas Surya dan Mbak Gema pulang, Bu Dewa muncul kembali di ruangan tanpa mengeluarkan suara apa pun. Mereka bekerja seperti biasa sampai pukul 9 malam. Ia memilih langsung pulang karena perasaannya masih tidak keruan.

Bagaimana jadinya kantor tanpa kehadiran Mas Surya? Apa yang terjadi ketika Ratu secara resmi diangkat jadi supervisor? Solar pikir Mas Jamal yang akan diangkat jadi supervisor. Namun, ternyata Mas Jamal sudah lama tidak bekerja kantoran karena sempat fokus pada usahanya. Usahanya melempem, ia kembali bekerja kantoran. Jadi, pengalaman kerjanya di dunia kantoran masih kalah dibandingkan Ratu.

"Ah, bodo amatlah. Gue nggak boleh mikir yang jelek-jelek. Nanti beneran kejadian."

Solar berjengit ketika ponselnya berbunyi. Ada email baru yang masuk. Ia memeriksa dan langsung terkaget-kaget melihatnya. Saking tidak percaya, ia mengucek-ngucek matanya. "Beneran nih gue bakal ke Korea?"

Selamat, Solar! Dengan email ini kami mengumumkan kamu mendapatkan hadiah trip ke Korea Selatan gratis selama 5 hari 4 malam.

Solar menutup mulut dengan tangan. Ia ternyata telah memenangkan kompetisi itu. Gara-gara berbagai macam konflik yang terjadi di Cahaya Gemilang, ia lupa sempat mengikut kompetisi tersebut beberapa bulan lalu. Bahagianya tiba-tiba meluap. Ia pun berteriak kencang-kencang. "Aaakkk! Korea, I'm coming!"

Kesedihan itu biasanya memang berdampingan dengan kebahagiaan.

.

.

Hari ini tidak akan lagi sama tanpa kehadiran Mas Surya. Solar sengaja datang lebih siang, pukul dua belas, tapi tak dinyana ruangan creative masih sepi. Tahu begitu ia datang terlambat saja. Ia menatap kursi Mas Surya yang kosong, entah siapa yang akan menjadi penghuni berikutnya.

Namun, Solar kemudian tersenyum. Hari ini ia hendak meminta izin kepada Bu Dewa kalau ia berhasil mendapatkan tiket gratis ke Korea Selatan. Tiba-tiba saja ia jadi berprasangka buruk. "Bakalan diizinin, kan? Bude nggak akan ngubur mimpi gue mentah-mentah, kan?" Ia sudah mengikuti kompetisi itu sebelum berada di kantor ini. Pokoknya ia akan membicarakannya dengan teknik peres yang sudah Mas Jamal ajarkan padanya.

Solar mengingat ia punya rencana yang ingin ditandaskan sekarang. Di kosan tadi, ia mencetak beberapa lembar foto. Ada foto Mas Surya dan Mbak Gema yang berpelukan, foto Solar yang memeluk Mas Surya bak anak beruang merengkuh ibunya, foto seluruh creative bersama Mas Surya, lalu yang kemarin sempat lupa Solar cetak, foto Bu Dewa yang panik menahan pintu ruangan agar tidak jatuh. Ia pun menempelkan foto-foto itu di tempat biasa.

Kemudian, Bu Dewa tiba di ruangan. Ia tidak terkejut ruangannya masih sepi. Hanya saja ia sedang mencari seseorang. "Solar, mana Ratu?"

Solar mana tahu? Harusnya Bu Dewa bisa menghubungi orangnya langsung. "Mungkin masih di jalan."

Bu Dewa menaruh tasnya di meja, lalu hendak keluar ruangan. "Kalau udah datang, tolong suruh Ratu ke ruangan Pak Bakar."

"Oke, Bu." Solar lalu terpikirkan sesuatu. Ia sebenarnya hanya bermaksud mengajak Bu Dewa untuk berbasa-basi. Katanya Bu Dewa itu sosok yang tidak mudah akrab dengan orang lain. Jadi, ia yang akan mengakrabkan diri terlebih dahulu. "Oh ya, Bu. Saya nggak nyangka Mas Surya dan Mbak Gema itu suami-istri."

Tatapan Bu Dewa menajam. Ia menghentikan langkahnya ketika melewati meja Solar. "Ke mana aja kamu baru tahu?"

Solar malah balik bertanya dengan polosnya. "Ibu juga katanya dulu sempat nggak tahu, kan?"

"Apa kamu bilang?" Bu Dewa tiba-tiba berkacak pinggang.

Solar mengerjap. Ia berpikir apakah ada yang salah dengan kata-katanya. Yang ia ucapkan tadi itu fakta, kan? Ia lalu tersenyum lebar. "Tenang aja. Ibu nggak sendirian, saya juga patah hati karena Mas Surya udah nikah." Ia sebenarnya agak peres mengaku-ngaku patah hati.

"Siapa bilang saya patah hati? Saya nggak ada tuh nggak masuk tiga hari gara-gara tahu Surya dan Gema udah nikah!" Bu Dewa semakin terbawa emosi.

Solar rasanya ingin membuka jendela dan tertawa sekencang-kencangnya. Ternyata yang Jo katakan kemarin bukan isapan jempol. Bu Dewa sendiri yang mengkonfirmasi.

Fokus Bu Dewa beralih ketika melihat sekat di depan Solar yang isinya semakin banyak ditempeli ini dan itu. "Sekat kamu isinya ada macam-macam foto ya."

Solar dengan bangga menunjukannya pada Bu Dewa. "Iya dong, Bu. Lihat ini foto Ibu yang nahan pintu, udah kayak titisan Atlas menopang Bumi. Keren tenan! Foto yang paling saya favoritkan. Kalau Ibu mau, saya bisa kirim fotonya ke Ibu." Ia mengajak bosnya bercanda. Hitung-hitung mendinginkan suasana yang kemarin sempat memanas.

"Nggak usah kirim. Foto jelek gitu! Awas ya kalau kamu sebarin foto itu ke Mahmud, kamu mending resign aja," Bu Dewa pergi sambil menghadiahi pelototan ke Solar.

Solar terang saja mencebik. "Dih, berprasangka buruk banget." Ia lalu terbahak-bahak. "Lah dia ngatain dirinya sendiri jelek." Ia menahan diri agar tidak terus tertawa. Bu Dewa memang ajaib. Kadang bisa membuatnya naik pitam, kadang bisa melawak. Kemudian ia terdiam. Betapa berbedanya sikap Bu Dewa padanya dibandingkan kali pertama ia masuk ke sini. "Kayaknya gue bakalan susah akrab sama Bu Dewa. Biarin aja deh."

Lalu, Solar teringat hari ini ada PPM bersama produser itu. "Gue baca naskahnya lagi deh, biar nanti ada persiapan."

Baru membaca dua halaman, tim creative yang lain datang satu per satu. Solar menyadari kehadiran Ratu. "Ratu, ditunggu di ruangan Pak Bakar," ujarnya sembari fokus ke naskah.

"Kenapa Pak Bakar minta ketemuan? Ngasih informasi tuh yang jelas."

Solar melirik tajam Ratu. Padahal ia sudah mengatakannya baik-baik, tapi entah kenapa rekannya itu belum apa-apa sudah senewen.

"Ratu, jangan marah-marah dong. Nanti muka lo tambah merah tuh," Mas Jamal terkekeh-kekeh. Niatnya ingin mendinginkan kepala perempuan itu. Masa di hari pertama tanpa Mas Surya, ada anggota tim creative yang bertengkar? Ini akan menjadi hiburan lucu bagi Bu Dewa.

"Mana gue tahu, Udang Rebus. Gue cuma disuruh sama Bu Dewa," balas Solar tak kalah sengit. "Lo harus inget, Udang Rebus. Gue emang orang baru, tapi gue lebih tua dari lo. Jadi, jangan kaget kalau gue berani ngelawan lo."

Mas Jamal, Nimas, dan Jo terkejut karena ini kali pertama Solar membalikkan kata-kata Ratu secara langsung. Mereka kira Solar adalah sosok yang pasrah.

Ratu hanya mampu memelototi Solar. Apa perlu ia memulai perang di sini?

Sehari setelah kepergian Mas Surya, udah pada berantem aja cuyy 😂😂😂. Part 2 besok ya.

Btw, buat yang suka cerita lucu2 bisa beli novelku Troublemaker Couple di www.gramedia.com. Searching aja namaku "Pretty Angelia" atau judul novelnya. Cuplikan novelnya bisa kalian baca diprofilku. Thankseuu...

 Thankseuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang