Haloo chapter ini agak panjang jadi aku bagi dua. Part dua hadir di hari Sabtu ya. Guees what? Mas Surya is back! wkwkwk.
.
.
Tidak terasa sudah dua minggu Solar bekerja di PH Cahaya Gemilang. Dalam waktu yang singkat itu ia mengalami banyak lika-liku sebagai pekerja di industri hiburan. Sekarang ia mengerti bahwa tidak hanya waktu yang ia korbankan untuk menghibur para penonton, tapi juga raga dan jiwanya.
Raga-nya cepat lelah, dan itu berpengaruh pada jiwa-nya yang jadi lebih sering emosian. Ia mengerti mengapa Ratu sangat meledak-ledak ketika load pekerjaan sedang meningkat. Mereka tidak hanya dituntut menyelesaikan tugas tepat waktu, tapi juga harus punya kualitas bagus.
Sinetron yang tayang setiap hari, syutingnya juga setiap hari. Itu artinya naskah harus siap minimal dua hari sebelumnya. Tim creative memang bukan bertindak sebagai penulis, tapi jika hasil tulisan penulis membuat para produser kecewa, yang harus melakukan perbaikan adalah creative. Creative sering lembur karena hal itu, dan mereka tidak menerima uang tambahan dari kerja 24 jam-nya. Mengedit naskah berisi 40 scene membutuhkan waktu berjam-jam.
Belum lagi komentar netizen Indonesia yang sering menjelek-jelekkan acara sinetron. Ya, kualitasnya memang bagai langit dan bumi dengan drama-drama Korea yang lebih difavoritkan. Namun, proses membuat program tayangan di Indonesia pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ingin memberikan tayangan bagus, tapi budget dan waktu yang diberikan hanya sebatas.
"Mau sinetron Indonesia bisa setara sama drama Korea? Kita tunggu sampai gue punya PH sendiri." Itu yang Mas Surya katakan saat Solar curhat padanya.
Mas Surya sudah masuk kantor, dan berhasil membuat suasana jadi lebih tenang. Sekarang ia sedang mengoreksi sinopsis FTV yang Solar tulis. Kemarin Akar belum ada memberikan komentar karena punya kesibukan sendiri. Dan program FTV tidak terlalu dikejar oleh pihak televisi.
Solar duduk anteng di sebelah Mas Surya yang sedang sibuk mengetik. Ia bertopang dagu, senyumannya merekah, hatinya memuji-muji ketampanan Mas Surya yang paripurna. Belum lagi sifatnya yang membumi, asyik diajak mengobrol, dan memperhatikan anak-anak buah dibandingkan dirinya sendiri. Di lihat dari manapun, tidak ada yang menandingi keistimewaan Mas Surya di kantor ini. Ia jadi memikirkannya. Masa sih pria setampan Mas Surya masih jomlo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
General FictionEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...