Halo, Gaiss. Minggu depan aku nggak update ya. Aku insya Allah bakal update tanggal 19.
Btw cerita ini tinggal beberapa bab lagi. Stay tuneee.
.
.Solar sudah selesai mengerjakan presentasinya di kosan. Ia berniat mengirimkan dokumennya besok saja karena belum ditagih oleh Bu Dewa. Setelah berkontemplasi panjang, ia pun menemukannya juga. Ia membutuhkan dukungan Akar, maka dari itu ia meneleponnya. Ia begitu antusias saat Akar menerima panggilan.
"Halo, Kar."
"Kenapa?"
"Besok ada meeting sama Bu Lia. Bu Dewa minta gue menyusun presentasi program Emak, Tunggu Aku."
"Seriusan lo? Terus gimana?"
Solar nyengir kayak kuda. "Gue udah buat sebagus mungkin." Ia lalu menceritakan hal yang ingin disampaikannya sejak tadi.
Akar terpingkal karenanya. "Gue yakin Bu Dewa bakal terkesima sama lo."
Solar mengangguk riang. "Makasih, Kar. Jangan kasih tahu siapa-siapa ya. Cuma lo dan gue aja."
Akar mengerti apa yang tengah Solar hadapi. "Lo tenang aja. Gue juga besok bakal ikut."
Solar merasa senang dengan ucapan lelaki itu, tapi kemudian ia mengingat belum tentu Akar diminta ikut meeting. "Kalau Bude nggak ajak lo meeting gimana?"
"Gue bakal nawarin diri."
Solar tersenyum simpul. Namun, masih ada yang ia khawatirkan. "Tapi efeknya—"
"Untuk besok, lakukan yang terbaik. Ini saatnya nunjukin kemampuan lo. Biar Bu Dewa nggak ngeremehin lo lagi."
Solar menghela napas panjang. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun, jika tidak mencobanya ia hanya akan berpijak di tempat yang sama. "Makasih, Kar. Kata-kata lo jadi bikin gue tambah semangat."
"Ya, sama-sama."
"Oke, sampai jumpa besok."
"Gue juga nggak sabar buat besok."
Solar tersenyum, tapi entah mengapa setelah itu ia menumpahkan air mata yang begitu banyak. Untung saja ini hanya panggilan telepon karena Akar tidak akan tahu apa yang sedang ia alami. Ada perasaan senang dan sedih yang menggempurnya bersamaan. Lelaki itu sudah menjadi milik orang lain.
.
.
Hari ini Solar ke kantor dalam keadaan yang lebih baik. Ia sudah siap mengikuti meeting presentasi konsep program baru. Hari ini penampilannya sedikit berbeda dari yang sebelumnya. Ia mengucir rambut keritingnya ala kuda, dan memakai lipstick berwarna merah menyala.
Tiba di ruangan, Solar sudah tidak terkejut lagi melihat Akar yang datang lebih dulu. Ternyata Akar pun berpenampilan baru. Dia memangkas rambutnya lebih pendek dengan poni terbelah menyamping. "Hai," sapanya.
Akar tersenyum sambil melambaikan tangan. Ia menyadari penampilan Solar yang berubah lebih menyala. Dia sudah seperti Ratu kedua, tapi ia senang saja melihat lipstick merah itu. "Warnanya cocok sama lo."
"Oh ya?" pipi Solar bersemu karena pujian itu. "Sekarang kan kita bakal meeting besar, jadi gue bakal ngasih yang terbaik."
Akar menyipitkan matanya. Pura-pura sebal. "Lo mau bilang itu berapa kali sih?"
Solar tampak bersemangat. "Sori, habisnya gue nggak sabar untuk mencetak sejarah sebagai creative paling fenomenal di Cahaya Gemilang."
Akar tertawa melihat Solar yang terlalu percaya diri. "Suka-suka lo deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
General FictionEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...