Halooo, sampai juga di bab akhir. Kemarin banyak yang bertanya-tanya emang ini bener diangkat dari kisah nyata? Iya, bener. Semua karakter yang ada di sini ada di dunia nyata wkwk. Tapi biar konflik lebih rapi, tentunya aku banyak melakukan penyesuaian.
Btw, kalau cerita ini diterbitin kalian mau beli nggak? Aku lagi usahain biar bisa lolos terbit, doakan saja hoho.
Mohon jangan plagiat novel ini :).
Selamat membaca ya...
.
."HAHAHAHA!" Mas Surya sejak tadi tidak bisa menghentikan tawanya.
Mbak Gema sampai harus memukul bahu suaminya berkali-kali supaya bisa kembali normal. "Udah dong, Pap."
Tidak perlu menunggu sampai malam, siang menjelang sore tim creative berkumpul di Bu Gembus. Mumpung bos mereka sudah pulang karena insiden tadi. Lagi pula ada banyak hal yang harus dibicarakan bersama Mas Surya.
Mas Surya baru menyadari menghentikan tawa itu lebih sulit dibandingkan menahan amarah. "Emang nggak waras kembaran gue. Dia ngebuat Cahaya Gemilang kehilangan klien sejatinya selama dua belas tahun."
Namun, Solar tidak merasa itu adalah sebuah prestasi. Ia tidak bermaksud begitu karena tujuannya hanya ingin membuat Bu Dewa mengakui kesalahannya. Ia malah tidak enak dengan teman-temannya. "Sori banget, Guys. Gara-gara gue Cahaya Gemilang jadi kehilangan sumber penghasilan utamanya."
Nimas memasang wajah netral. "Gue kaget sih, tapi gue tahu maksud lo nggak kayak gitu kok, Solar."
"Keterlaluan banget Bude nggak mau mengakui kesalahannya. Sudah jelas-jelas dia biang keroknya," Jo kesal setengah mati mendengar cerita dari Solar tadi.
"Tapi kalau beneran Cahaya Gemilang bangkrut, gue harus kerja di mana?"
Ucapan Mas Jamal itu membuat Solar kembali merasa bersalah. "Yah, Mas. Sori."
Mas Surya pun berusaha menenangkan rekannya. "Gue yakin Pak Bakar bakal minta Mumud buat negosiasi sama Bu Lia. Bu Lia biasanya bakal luluh selama Mumud yang ngomong."
Mas Jamal kembali berkomentar. "Masa? Yah, nggak asik dong kalau Cahaya Gemilang masih jadi PH utama-nya Rania TV."
Akar pun jengkel mendengar Mas Jamal yang terkesan plin plan. "Jadi, Mas senang atau sedih sih?"
Solar mengusah pipi Akar dengan lembut. "Santai. Sewot banget lo."
Mas Jamal menggeleng seraya tertawa. "Gue masih nggak percaya Akar bisa sama Solar. Dari awal Akar nempel banget sama Ratu kayak kangguru."
Mas Surya tersenyum lebar karena junior-juniornya ini memberikan kejutan unik padanya. "Kalian luar biasa." Ia kembali berusaha menahan tawa saat mengingat video yang dikirimkan Mas Jamal. "Gue sama Gema nggak pernah sampai segitunya di kantor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
General FictionEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...