Halooo, sekarang nggak ada berantem-beranteman haha. Selamat membaca ya. Nanti jangan lupa baca pengumuman di bawah yak.
.
.
That gaze of yours is so colorful
I'll give my everything to you
Still unable to verbalize the hopeless dream in my heartBTS - YOUR EYES TELL
.
.
Tepat pukul tujuh malam, Solar membereskan barang-barangnya. Ia membawa ransel di punggung, lalu berteriak pada teman-temannya. "Kalian, gue duluan ya!"
Rekan-rekannya ikut melambaikan tangan.
Solar buru-buru keluar dari gedung itu dan memanggil ojek online untuk mengantarkannya ke Stasiun Tanah Abang. Jika perjalanan menuju Bogor lancar, ia bisa tiba di sana pukul sembilan malam. Ia berharap tidak terlambat. Atau jika tidak sempat pun ia harap misinya bisa berjalan seperti yang dibayangkan.
.
.
Akar tengah menggulung tikar yang baru digunakan untuk pengajian. Ada beberapa tetangga dan saudara yang membantunya menggelar tahlilan malam itu. Mereka sudah pulang, hanya seorang saudaranya yang tetap tinggal.
"Akar, makan dulu. Kamu belum makan dari siang," ajak sepupunya, Mbak Tina.
Sejak kemarin nafsu makan Akar memang berkurang. "Nanti deh, Mbak. Aku mau langsung tidur."
"Ya udah, tidur aja dulu. Makanan udah aku siapin di tudung saji ya. Kalau ada apa-apa jangan ragu buat hubungin aku. Aku mau pulang."
Akar mengangguk lemas. Ia memang butuh tidur, sayangnya ia tidak mood mengisi perutnya. "Makasih banyak, Mbak," Kantuk yang ia rasakan sudah berat. Selesai menggulung tikar, dan hampir masuk ke kamar, Akar kembali mendengar suara Mbak Tina.
"Akar, ada tamu nih."
Akar melongok. Tamu dari mana datang malam-malam begini? Ia pun bergegas ke ruang tamu, dan terhenyak melihat kehadiran Solar.
"Hai," ujar Solar seraya melambaikan tangan, menunjukkan senyuman tipisnya.
Saking kagetnya, Akar sampai terdiam cukup lama.
Solar juga mematung di tempat. Apa sebaiknya ia pulang saja?
Hingga akhirnya Mbak Tina yang memecah keheningan. "Masuk aja, jangan malu-malu. Oh ya, siapa namanya? Teman kerja Akar ya?"
Solar mengangguk sungkan. "Solar, Mbak. Iya."
"Mau minum apa?"
"Apa aja boleh, Mbak," ujar Solar. Ia berharap tidak merepotkan pemilik rumah.
Mbak Tina pergi ke dapur. Di ruang tamu tinggal Akar dan Solar. Solar memilih sofa yang bentuknya memanjang.
Sementara Akar memilih duduk di sebelah Solar, jadi mereka ada di satu sofa. Ia terkesiap karena baru menyadari salah memilih tempat duduk. Awalnya ia sempat kepikiran untuk pindah ke kursi seberang, tapi ia memutuskan berada di tempat yang sama karena takut Solar menyangka ia sedang menghindarinya. "Lo dari kantor ke sini?"
Solar mengangguk. "Tadinya gue mau ikut tahlilan, tapi gue telat ya?"
"Ya, iyalah. Emangnya nggak ada meeting?"
Solar menggeleng cepat.
Mbak Tina kemudian menyuguhkan teh manis hangat dan kue pada Solar. "Aku balik duluan ya, Solar. Akar, besok siang Mbak ke sini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]
Ficción GeneralEND [TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA] . . Gimana rasanya punya bos yang kalau kita bikin kesalahan dikit, langsung minta kita resign? Solar (28) awalnya terkejut, baru sehari bekerja di divisi Creative production house yang memproduksi sinetron itu, i...