Bab 7

2.5K 343 10
                                    

Halo, Gais. Makasih untuk 3.000 viewsnya. Untuk merayakannya aku update bab baru hari ini hehe. Selamat berbuka puasa bagi yang menjalankannya. Selamat membaca ya!

.

.

            Jo benar-benar kesal dengan keputusan Bu Dewa yang tiba-tiba itu. Bos mereka memang selalu bisa memberikan kejutan di saat-saat sibuk seperti ini. "Duh, mana gue belum ngasih catetan di naskah penulis."

Solar jadi iba sama Jo. Kalau saja pria itu tidak menjemputnya di rumah Mas Surya. "Jo, gue boleh bantuin ngerjain tugas lo?"

Jo melirik pada Solar sejenak, lalu fokus kembali ke jalan. "Nggak ah. Itu tugas gue, jadi gue harus ngerjainnya sendiri."

"Yah," Solar benar-benar ingin membantu. "Ngelihat kalian lembur, sementara gue nggak, gue jadi nggak enak tahu."

Jo terpingkal-pingkal. "Semua akan lembur pada waktunya. Jangan sedih gitu dong."

Solar merasa harusnya mereka tadi tidak kumpul-kumpul. "Kalau gini jadinya pulang kantor langsung ke kosan aja ya."

Jo menjelaskan hal penting tentang kebiasaan mereka. "Yah, jangan gitu dong. Sering-sering kumpul lah sama temen kerja. Itung-itung bisa ngurangin stres. Di kantor mana sempet kita ketawa-ketawa kayak di Bu Gembus?"

"Meskipun lagi banyak kerjaan kalian tetap ngumpul?" Solar merasa kebiasaan itu buang-buang waktu,

"Iya dong. Kita makan bareng abis kerja buat menetralkan suasana. Pas kerja kita bisa aja beda pendapat, marah, ngeluh, tapi semuanya bisa kita bicarakan baik-baik pas kumpul-kumpul begitu."

Solar pun memahaminya. Ternyata kumpul-kumpul yang mereka lakukan bukan sekadar makan bareng, tapi ada ikatan lain yang ingin disimpul agar tidak renggang. Ia tidak yakin apakah bisa mengikuti acara kumpul-kumpul itu setiap hari, tapi ia akan mencoba menyisihkan waktu untuk lebih mengenal mereka.

" Lo udah masuk grup program Akar dan Ratu, kan?"

Solar mengangguk saja. "Tapi kenapa harus sama mereka sih?"

"Emangnya kenapa sama Akar dan Ratu?" Jo tersenyum usil karena kejujuran Solar.

Solar ungkapkan saja isi hatinya. "Gue nggak enak aja jadi kambing congek. Mereka kan ke mana-mana sering berdua."

Jo menahan tawanya agar tidak keluar. "Lo santai aja. Akar dan Ratu cuma rekan kerja."

"Lo yakin?"

Jo merasa ada sesuatu yang aneh dari cara bicara Solar. "Lo risih lihat Akar dan Ratu barengan?"

"Nggak kok. Gue risih aja sama Akar. Jutek banget dia."

Jo kembali terpingkal. "Ya, lo harus sabar-sabar aja sama dia. Udah sifatnya kayak begitu. Nggak usah dipikirin. Kan ada gue."

"Ih, apaan," Solar memutar matanya malas.

Jo senang menggoda Solar yang ekspresif. "Gue pikir lo suka sama Akar."

Solar nyaris saja mendorong bahu Jo yang asal omong. "Sembarangan. Dia bukan tipe gue."

"Emangnya tipe lo yang kayak gimana?"

Solar kemudian membayangkan seorang pria yang rambutnya berwarna merah, berwajah seperti anak muda, dan juga punya lesung pipit yang membuat senyumannya makin menawan. Ia tersenyum sendiri.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang