Chapter-2

8.5K 558 11
                                    

Seperti biasa untuk memberi semangat kepada author, jangan lupa klik★ sebelum membaca😅Jangan lupa follow juga😉

HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.
.
.

Prilly membenamkan wajahnya di sela sela lipatan tangannya yang berada di meja kerjanya. Sejak pulang bersama Ali, wajahnya tidak berhenti di tekuk. Aletta dan Anya dibuat keherangan akan sikap Prilly yang berubah 180 derajat sebelum pergi bersama Ali. Aletta yang memang duduk berdampingan dengannya, langsung mecolek pinggang gadis mungil ini. "Woy Prill,lo sehatkan?" Aletta masih terus mencolek pinggang Prilly, walaupun hanya deheman semata yang ia dengar dari sang empuh. "Lo gak tiba tiba bisu ya kan?" Anya menghampiri sembari berdecak pinggang, error kali nih anak. Pikir Anya menduga duga.

"Huuuhaaaa deebaakk  naneun igeos-eul dachigehanda " Anya dan Aletta di buat melongo akan bahasa Korea yang sudah Prilly keluarkan, parah jiwa Korea anak ini sudah menyatu dengan dirinya. "Apasih lo, ngomong ape" Sambar Aletta sembari menggaruk garuk batok kepalanya yang sungguh tidak gatal itu. "nappeun boseu" Prilly masih mewek dengan bahasa Koreanya yang sangat fasih ia ucapkan. Anya pun dibuat melongo, ia sebenarnya bingung,apa yang Prilly katakan. "Kagak usah ngomong Korea, muka lo gak pantes jadi cewek Korea" Judes dan sontak membuat Prilly menatapnya. "Lo aja tuh yang gak paham yang  gue omongin" Prilly justru sewot, ya gimana lagi, siapa yang paham apa yang ia ucapkan tadi.

"Gini nih ya Pril, bicara yang betul ya cantik. Jangan buat otak error gue tambah error" Aletta berbicara begitu halus penuh dengan kesabaran berhadapan dengan Queen Drakor ini. "Gue tadi bilang,gue sakit hati,trus gue bilang parah tuh si bos. Gitu aja gak ngerti" Gerutu Prilly sembari menghapus ingusnya yang dari tadi mengganggu itu.

"Ohh gitu, aku paham aku paham"

"Dihh jorok banget si loh Prill, ingus gitu bukannya pake tissu malah ngelap pake tangan" Anya bergidik ngeri melihat tingah laku dan sikap Prilly benar benar tidak ada dewasa dewasanya. "Bodo amat" Prilly masih melanjutkan aktivitas meweknya sambil menenggelamkan kembali kepalanya. Aletta duduk di sebelah Prilly, ia mengusap usap punggung gadis itu lembut. "Lo kenapa nagis gitu sih?" Tanya Aletta setenang mungkin.

"Gue kira Pak Ali mau ngajak gue PDKT. Eh ternyata dia gak tertarik sama gue, potek hati akutuh" Mendengar itu, sontak Aletta yang tadi ibah langsung tertawa terbahak bahak, dan Anya yang tadinya bingungpun ikut tertawa mendengar penjelasan Prilly.

"Ahahahahaahaha lo udah gila kali ya. Gak mungkin Pak Ali suka sama lo. Stop deh cukup halu aja,ngarep jangan" Cemoh Anya sambil mengacak acak rambut pirang dibawah bahu milik Prilly. "Ahahaha emang ya, lo ada ada aja. Ya kali bos suka sama karyawan biasa kek lo" Aletta menambahi. "Gue gigit juga lo berdua, apa salahnya sih ngarep, dari pada lo berdua halu melulu pengen jadi istrinya, di sapa aja kagak. Mending gue udah bicara banyak sama dia. Wwwlleeee" Cecar Prilly panjang kali lebar diakhiri dengan memeletkan lidahnya.

"Biarin sapa tau halu gue jadi nyata, lo bakal kaget kalau gue ntar jadi istri bos" Ucap Anya berbangga diri. "Gak, istrinya ntar gue, lo berdua lewat" Sambar Aletta percaya diri. "Huuhuuu Halu double kill lu" Prillypun diam setelah mengucapkan kalimatnya, ia lebih memilih fokus mempelajari berkas berkas numpuk untuk menjadi Sekretaris Ali mulai besok.

Di dalam ruangan bernuansa cokelat mengkilap di padu dengan nuansa gold menambah kesan mewah ruangam kerja seorang Dereen Malichal ini, pernak pernik bak kerajaan Eropa dulu tertera rapi di dinding ruangan, di tambah dengan lampu berlian membuat ruangan ini bak milik raja.

"Iya Mama,ntar,Ali masih mudah"

"Gak,kamu tuh harusnya udah nikah. Temen temen Mama aja, udah punya cucu. Trus Mama kapan?" Terdengar suara nyaring telepon diseberang sana yang tengah mengomeli anak datarnya ini.

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang