Chapter-4

6.7K 497 15
                                    

Hai hai saya kembali lagi😁 seperti biasa sebelum membaca harap klik★ dulu, biar saya lebih semangat nextnya🤗

HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan Prilly masih enggan untuk menatap Ali, ia seperti orang idot saja yang senantiasa diam tanpa cerewet seperti biasa. Jantungnya? Jangan di tanya lagi, selepas dari restoran jantung itu sama sekali tidak berhenti berdetak cepat, semua ucapan dan perkataan Ali selalu teriang riang di pikirannya. Apa ini? Apa dia di manfaatkan?. Ali melirik sekilas gadis mungil yang duduk di samping kemudinya sembari menatap lurus kedepan,dia terlihat beda sekarang. Tanpa banyak bicara dan semua ocehan anehnya yang terkadang membuat Ali kesal.

Ali dan Prilly pacaran

Ali dan Prilly pacaran

Ali dan Prilly pacaran

Tak henti henti ucapan itu trus Prilly ingat, bahkam raut wajah dan gerak gerik Ali ketika mengucapkan itu sangat begitu berkesan untuk dirinya,tapi maksudnya apa? Ali juga tidak pernah mengatakan mencintainya lagi,boro boro cinta suka saja Ali tak pernah bilang dua tahun ini. Prilly kemudian melirik Ali dengan ekor matanya,berharap cowok itu serius dengan apa yang ia pikirkan dan segera mengingat siapa dirinya itu. Tapi nihil,Ali tidak bergeming sama sekali, ia terlanjur fokus dengan menyetir kendaraannya itu. "Pak" Sahut Prilly sambil memainkan jari jari tangannya, jujur dia sangat grogi sekarang ini.

"Hem"

"Anu Pak, itu bapak sudah ingat saya?" Pertanyaan itu sontak membuat Ali menoleh sebentar.

Maksudnya?

"Ingat apa?" Mendengar itu, Prilly lagi lagi harus merasa kecewa,sudah sekitar dua tahun ini ia berharap jika Ali mengingatnya. Tapi nihil,harapan itu hanya tinggal harapan untuknya. Nyatanya Ali tidak mengenalnya lebih jauh apalagi mengingat siapa dirinya itu. "Ah gak Pak,itu maksud ucapan ke orang tua bapak itu apa?" Tanya Prilly lagi, kali ini dia terlihat begitu serius, dan memasang hatinya kuat kuat untuk mengetahui apa yang akan Ali ucapkan.

"Oh iya Prill, saya minta maaf sudah membawa kamu ke dalam masalah keluarga saya" Ali menjedah kalimatnya. "Soal itu kamu lupain aja, maksudnya kamu saya anggap pacar kalau di depan orang tua saya.Soalnya saya capek di jodohin terus. Kamu gak masalahkan?"

Tes.

Air mata Prilly menetes tanpa permisinya, dadanya langsung sesak mendengar ucapan Ali. Ternyata dirinya hanya dijadikan pacar pura pura alias, penghalang Ali untuk di jodohin. Harusnya tadi dia tidak usah baper kepada Ali, harusnya dia gak usah terlalu berharap kepada Ali dan seharusnya juga dia sadar diri. Ali dia presdir bos besar di kantornya, dan dia? Hanya karyawan biasa yang menjabat sebagai sekretaris tiga bulan untuk Ali,posisinya sekarang sudah jauh beda sejak delapan tahun lalu. Prilly menghapus air matanya itu, syukurlah Ali tidak melihat jika ia menangis. Ia berusaha menguatkan hati dan otaknya itu, biarkan saja untuk saat ini, setidaknya dia masih bisa dekat dengan pria yang ia tunggu tunggu selama delapan tahun ini.Bahkan semua memori ingatan Prilly dan alasannya bekerja di perusahaan Chal Grub hanya untuk membuat Ali mengingat siapa dirinya, tapi dua tahun ini,Ali bahkan tidak menganggap dia wanita selain rekan kerjanya.

"Prilly?"

"Oh iya Pak gak papa. Saya senang bisa membantu bapak" Bagus,gadis ini sungguh pandai menutupi semua kesakitan ia rasakan. Bahkan disaat orang yang ia tunggu tunggu itu menyakitinya sendiri.

"Syukurlah"

Tidak ada lagi pembicaraan, sehingga mereka tiba di kantor itu. Prilly buru buru keluar dari dalam mobil, apa lagi kalau bukan untuk menetralkan dirinya dari kesakitan hati atas pernyataan Ali itu. Seperti biasa ia akan memasang senyum palsu yang bisa menipu banyak orang jika ia selalu terlihat bahagia.

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang