Chapter-33

3.7K 319 66
                                    

Hai hai aku comeback guys😁 Sorry ya ngengantungnya lama banget. Wattpadku kemarin sempat error, trus saya jg lagi sibuk sibuknya kuliah:( dan juga kemarin sibuk sibuknya ngurusin pernikahan. Alhamdulillah udah Sah tanggal 15 November 2020 hehehe

Maaf banget ya temen temen lama nextnya.
.
.
.
.

Happy Reading guys...

"Rayhan Mirna" Wajah Ali langsung berubah menjadi merah menahan emosi yang membara. Ia sama sekali tidak menyangka, jika dua orang kepercayaannya begitu tega menculik bahkan menyiksa istrinya seperti itu. "Kenapa Li?" Syarief menoleh mendapati wajah tegang anaknya. Rahang Ali mengeras seketika, tulang tulang di jarinya menonjol keluar menahan setiap gejolak amarah yang menggebu gebu. "Ali tau siapa penculiknya Pah" Ucap Ali dengan tatapan mata fokus ke depan.

Mobil yang Ali kendarai melaju dengan kecepatan tinggi, tangannya sibuk mengotak atik Iphone miliknya, mencari nomor bodygard yang akan mengurus masalah tersebut membawa ke jalur hukum.

"Halo Bim,sekarang kamu atur semua menuju lokasi penculikan Prilly, bawa polisi atur strategi agar kita gak ketahuan. Saya yang akan masuk duluan untuk menyelamatkan Prilly dan calo bayi saya" Suara lantang Ali membuat Bima di seberang sana langsung menganggukkan kepalanya.

"Baik Tuan,saya akan laksanakan" Setelah Bima menjawab,sambungan telponpun terputus.

"Ali kamu tau dimana keberadaan istrimu?" Air mata tiba tiba lolos begitu saja di pelupuk mata Resi, dadanya terasa sesak akan kabar penculikan menantunya,apalagi di saat keadaan Prilly sedang hamil. "Mama tenang ya,Ali udah mengarah kesana kok" Ujar dengan suara lembut.

Di lain sisi Martin masih was was mengikuti arah laju mobil Ali. Ya tadi Martin tidak sengaja melihat mobil Ali melaju begitu cepat, dan Martin pikir Ali sudah mengetahui dimana Prilly berada. "Bee kamu yakin bang Ali udah mengarah ke lokasi penculikan kak Prilly?" Tanya Chella dengam wajah takutnya.

"Iya Martin,kamu yakin Ali udah mengarah ke sana ?" Danu ikut mempertanyakan. "Inshaallah Martin yakin, Martin dan Ali udah sahabat lama, udah tau bagaimana Ali kalau sedang mengejar sesuatu" Jawaban Martin akhirnya mampu membuat Danu dan Chella sedikit lega. Namun Reva sang bunda, masih dengan suasana hati yang hancur, air matanya tak henti henti mengalir begitu deras, ia sudah tidak dapat berpikir jerni akan kondisi putrinya dan juga calon cucunya itu.

"Bunda berdoa yah,semoga Prilly dan  calon bayinya baik baik aja" Ucap Martin berusaha menenangkan hati Bundanya. "Iya Martin" Ucap Reva melemah dengan suara bindeng akan isakan tangisan.

Mobil milik Ali berhenti di sebuah bangunan tua tepat di belakang rumah sakit tempat dimana Prilly biasa mengontrol kandungannya. Mobil lamborgini itu terparkir sempurna tepat di belekang pohon beringin. Udara disana lumayan sejuk akan pohon beringin yang rindang. Ali dengan teregesah gesah keluar dari dalam mobil di susul oleh Syarief dan juga Resi. "Kamu jangan gegabah nak. Kamu tenangin diri dulu" Ujar Resi sembari mengelus punggung putranya itu.

"Benar kata mamamu Ali. Kalau kamu tergesah gesah seperti ini,yang ada Prilly tambah celaka" Lanjut Syarief menepuk pundak putranya itu. Ali mengusap wajahnya gusar,emosinya terlalu menggebu gebu sehingga tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi jika dia gegabah,menyeloyong masuk ke dalam gudang kumuh itu. "Tapi istri dan calon bayi Ali disana Mah Pah" Keukeh Ali mengacak acak rambutnya frustasi. Syarief dan Resi mengelus lembut pundak anaknya untuk memberikan putranya kekuatan untuk menghadapi musibah ini.Ponsel genggam milik Ali berdering, nama Martin tertera di layar handphone itu, dengan cepat Ali mengangkat panggilan dari sahabatnya sekaligus kakak iparnya itu. 

"Halo ada apa Mar?"

"Lo dimana Li?"

"Gue di dekat pohon beringin belakang gudang tempat Prilly di sekap"

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang