Chapter-8

6.6K 551 28
                                    


Hallo guys...saya balik lagi nih,oh ya seperti biasa jangan lupa klik★ sebelum membaca. Satu★ sangat berharga buat saya🤗Saya juga mau bilang makasih banget buat kalian semua yang udah baca cerita ini,tau gak saya terharu tau sama antusias kalian:)

HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Maksud bapak?"

"Aaarrghhh aaiiss kamu itu sebenarnya siapa sih? Kenapa semua yang ada pada dia mirip banget sama kamu!" Ali mengguncang tubuh Prilly dengan sangat kesal dan marah. Iya dia kesal mengapa gadis itu selalu tertuju dengan Prilly, dia marah kenapa wajah gadis itu tidak dapat ia ingat. "Pak...Pak... Udah...tubuh saya sakit" Prilly meringis,rasanya tubuhnya melemas semua akibat guncangan Ali terhadap dirinya. Ali membungkam, ia bingung kenapa ia bisa memperlakukan sekretarisnya ini seolah olah gadis itu adalah Prilly, dan menuntut Prilly untuk mengakuinya.

"Kamu itu siapa hah?" Suara Ali melemas, is terduduk lesu di kursi tamu di dalam ruangannya. Prilly ikut duduk di samping Ali, Prilly ibah,Prilly kasihan melihat orang yang paling ia cintai tersiksa seperti ini hanya karena berusaha untuk mengingatnya. Tangan Prilly terangkat untuk menyandarkan kepala Ali di bahunnya mengelusnya pelan. "Saya itu Prilly Pak,Sekretaris bapak" Jawab Prilly dengan lembut dengan tangan masih terus mengelus puncak kepala Ali. "Saya sakit Prilly, kenapa wajahnya gak pernah bisa saya lihat hem" Suara Ali terdengar parau dan lemas, ternyata sebegitu sulitnya untuk mengembalikan ingatan yang benar benar hilang itu. "Bapak harus sabar dan terus berdoa,aga Tuhan ngasih bapak petunjuk" Balas Prilly lembut sembari terus mengelus pucuk kepala Ali. 'Semoga kamu cepat ngingat aku ya Li' Lanjut Prilly dalam hati.

Mungkin karena kelelahan atau kecapean untuk mengingat siapa gadis itu, Ali akhirnya memilih tertidur sambil menyandarkan kepalanya di pundak Prilly.
Prilly tersenyum haru, ia bersyukur bisa melihat Ali begitu dekat seperti ini, walaupun ya ia tahu posisinya tidak lebih dari pacar pura pura dan seorang sekretaris. Apalah dayanya, yang akan sulit untuk mengulang kisah delapan tahun silam yang hilang di telan bumi. "Setidaknya aku masih bisa melihat kamu Li, walaupun aku tidak tahu ingatan kamu bisa sembuhnya kapan tapi aku bersyukur kamu masih berusaha untuk mengingatku" Ucap Prilly pelan sambil mengelus elus kepala Ali.

"Bang Ali...ups...ada kak Prilly" Chella yang datang sambil berteriak itu langsung menutup mulutnya ketika ia sadar Ali sedang tertidur di bahu Prilly. "Sorry kak, Chella gak tahu" Kekehnya sambil ikut duduk di sofa di depan Prilly. Chella memang sering datang dan pergi sesuka hatinya di kantor kakaknya, menurutnya kantor ralat ruangan kakaknya adalah gudang cemilan untuknya, ia bebas memakan apa saja, seperti saat ini ia asyik meminum susu UHT kotak dengan biskuit keju. "Kamu ya Chell, dari dulu sampai sekarang cemilannya itu itu aja" Cecar Prilly terkekeh geli melihat adik perempuan bosnya itu tersipu malu sembari memakan cemilan. "Ah kakak nih, aku tuh gak pernah bisa bisa move on dari cemilan ini" Pungkas Chella sambil meminum susu UHTnya menggunakan sedotan.

"Ada perubahan kak?" Pertanyaan Chella barusan membuat Prilly yang tadinya fokus menatap Ali, kini beralih menatap Chella sambil menautkan kedua alisnya. "Hm gak ada Chell, dia belum ingat aku" Ucap Prilly pelan dengan suara bisa di pastikan sangat kecewa. "Tapi kayaknya sih, Ali udah sedikit demi sedikit mengingat kenangan kita, tapi itu dia gak tau siapa gadis di ingatannya" Lanjut Prilly kemudian sambil memanyungkan bibirnya. Chella tersenyum geli, kebiasaan Prilly dari dulu kalau ngambek, marah atau kecewa bibirnya pasti manyun. "Doain aja kak, Bang Ali sekarang cuma butuh kakak buat pulihin semua ingatannya itu, percaya deh"  Kata Chella mengelus lembut pundak milik Prilly.

"Oh ya kak, aku pamit ya. Bang Ali juga tidur. Tadinya mau minta duit sama bang Ali hehehe"

"Iya Chel, kamu hati hati pulangnya" Balas Prilly kemudian. Chella meninggalkan Ali dan Prilly dengan posisi yang masih sama, Ali tertidur pulas di bahu Prilly dan Prilly masih setia mengelus pucuk kepala Ali.

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang