Chapter-5

6.8K 489 11
                                    

Hallo guys...saya balik lagi nih,oh ya seperti biasa jangan lupa klik★ sebelum membaca. Satu★ sangat berharga buat saya🤗

HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malam kian sunyi bagi Prilly, berpura pura menjadi gadis menyebalkan, demi menutupi semua kepedihan yang selama ini ia rasakan. Prilly duduk di teras rumahnya menatap bintang malam tampak begitu indah di langit gelap, senyummya terukir sempurna membayangkan jika di atas langit sana kedua orang tuanya tengah tersenyum bangga melihatnya.

"Mama sama Papa apa kabar? Prilly rindu" Air mata itu kembali menetes membentuk sungai kecil di pipi chubby miliknya. Sulit sekali ia rasa hidup dengan kepura puraan ini. Ingin rasanya Prilly hidup normal seperti biasa jadi dirinya sendiri, bukan gadis yang tak tahu malu dan cerewet, tapi jika tidak begitu, ia akan sulit untuk mengembalikan Ali seperti dulu. Mengingat Ali, entah mengapa dadanya tiba tiba sesak. Dia tidak lupa diri. Dirinya kini jauh beda dari delapan tahun lalu. Prilly dengan sikap kalemnya,cueknya dan senyum kedewasaannya, sekarang berubah jadi cewek cerewet, sok ceria,sok tegar dan tentunya bar bar tidak tahu malu. Prilly meringis mengingat hidupnya dua tahun ini sungguh sangat tragis. "Kak Prilly" Sentuhan hangat Iffah di bahunya membuat sang empuh menoleh sembari menghapus sisa sisa air matanya. "Fah, kenapa hem?" Senyum itu lagi, kenapa gadis ini suka sekali berpura pura kuat?

Tak banyak bicara,Iffah langsung merengkuh tubuh rapuh kakaknya, ia tau persis Prilly sekarang tidak sekuat dulu. "Nangis kak, nangis. Iffah tau, kakak udah capek berpura pura. Iffah sakit kak, ngelihat kakak selalu berjuang buat bang Ali" Mendengar perkataan Iffah, Prilly melepas pelukannya dan menatap adiknya heran. "Kamu tau Ali darimana?" Tanya Prilly tak sabar ingin mendengar apa yang akan adiknya katakan. "Kakak pikir aku gak tau soal kejadian delapan tahun yang lalu? Seminggu yang lalu, Om Danu telpon Iffah ngejelasin semua soal bang Ali, sekaligus cerita soal kecelakaan naas bang Martin juga. Dan Iffah tau, semua sikap cerewet kakak itu adalah topeng buat nutupin semua kesakitan yang kakak alami" Papar Iffah ikut meneteskan air matanya. Iffah memang terkesan cuek untuk urusan asmara kakaknya,tapi ia tidak akan bisa melupakan sifat asli dari Prilly dua tahun lalu,yang bersikap kalem tanpa mempermalukan dirinya meskipun di depan masa lalunya sendiri.

"Iffah" Prilly kembali memeluk adiknya, mereka berdua tenggelam daru kesedihan masa lalu lima tahun itu. "Sekarang kakak gak boleh main rahasia rahasiaan sama aku. Kalau ada apa apa, cerita. Jangan di pendem" Jelas Iffah menghapus air mata kakaknya. "Makasih karena sudah ngingetin kakak, makasih sudah menjadi alasan kakak tetap kuat sampai sekarang" Iffah tersenyum mengangguk mendengar semua apa yang kakaknya ucapkan.

'Mah Pah lihat, putri kecil Mama dan Papa ini sudah menjelma jadi gadis dewasa, dia yang menjadi penguat Prilly. Makasih Mah Pah telah menjadikan Iffah adik Prilly'  Batin Prilly selayaknya tengah berkomunikasi kepada orang tuanya.

"Lebih baik kita masuk kak, malam udah larut" Prillypun mengangguki ucapan adiknya.

***

Seminggu sudah berlalu, Prilly dan Ali masih menjalani pacaran pura pura itu, ya meskipun hanya di depan orang tua Ali saja. Weekend ini Prilly akan berkunjung ke rumah keluarga Syarief Aditama, ya kediaman orang tua Ali.

"Maaf Pak Ali, nunggu lama ya. Tadi saya make up dulu biar cantik ketemu camer" Prilly lagi lagi mengoceh sembari terkekeh geli. "Kamu masih ingatkan,kita cuma pura pura,gak usah berlebihan" Papar Ali dengan wajah datarnya. "Dihh sadis amat ucapannya Pak" Bukan sedih mendengar ucapan Ali,justru Prilly tertawa. Membuat Ali menoleh. Pandangan Ali sama sekali tidak beralih. Prilly sangat berbeda menggunakan kemeja army dengan rambut curly di tambah hiasan wajah dibuat se natural mungkin, namun Ali merasa ia mengingat sesuatu akan penampilan berbeda Prilly saat ini.

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang