Hallo guys...saya balik lagi nih,oh ya seperti biasa jangan lupa klik★ sebelum membaca. Satu★ sangat berharga buat saya🤗HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Seperti biasa Prilly selalu tampil maksimal dengan baju kantor feminim alanya. Rasanya tuh ada yang kurang jika ia datang pagi pagi tanpa menjaili kedua sahabatnya itu, siapa lagi jika bukan Anya dan Aletta. Prilly yang berjalan anggun tiba tiba langsung menjambak rambut Aletta dan mensentil kuping Anya.
"PRILLYYYYYYY!!!!"
"DASAR LO YA!!!"
"HAHAHAHA sorry tangan gue gak suka diem soalnya" Katanya tanpa dosa. Anya dan Aletta menatapnya dengan tanpang marah dan muka merah padam kesal akan tingkah laku gadis jail satu ini. "Bisa gak si Pril sehari aja lo gak bikin onar" Gerutu Aletta kesal sembaring memperbaiki tataan rambutnya yang sedikit berantakan akibat jambakan Prilly. "Bener tuh, bisa bisa kuping gue gede sebelah gara gara lo sentil melulu" Cecar Anya pula sembari mengusap usap lembut kupingnya. "Ahahahaha tangan gue nakal emang yak" Bukannya mita maaf justru Prilly lebih terbahak bahak tertawanya. "Emang lo ya temen laknak. Gue sumpahan lo jadi istri bos biar di judesin tiap hari" Pungkas Aletta menatap Prilly devil dengan wajahnya yang menahan kesal. "Lo kalau doain gak usah pake judesin bisa?" Prilly memutar bola mantanya jengah akan sumpahan sahabatnya itu.
"Bentar bentar, kok gue merasa ada auara kegelapan yang menghampiri sih" Anya bergidik ngeri dengan kedua tangannya megusap leher jenjang yang ia miliki. "Hooh gue juga mencium hawa hawa mencengkam deh" Balas Aletta tak kalah horrornya. Prilly yang menatap temannya itu tiba tiba menjadi aneh langsung mengerutkan kedua dahinya itu. "Sejak kapan lo jadi anak buah kinderjoy eh maksudnya Roy Kiyoshi" Cecar Prilly berdecak pinggang masih terus memperhatikan lagak aneh dari kedua sahabatnya itu. Namun mereka bertiga kompak memperhatikan sosok tampan yang berjalan dengan wibawah dengan wajah datar itu. Siapa lagi jika bukan Presdir mereka, Dereen Malichal.
"Ooo Pak Ali toh. Gue kira genderuwo" Prilly terkekeh geli, ia baru ngeh ternyata yang sahabat sahabatnya maksud hawa hawa mencengkam itu Ali. "Khem khem" Suara deheman khas milik Ali menghentikan aktivitas Prilly yang tadinya tertawa cekikikan, berubah menjadi tegang. "Kamu samaain saya sama genderuwo" Pernyataan itu sontak membuat bola mata Prilly membulat sempurna. "Parah ni Pak Ali, gue bisik bisik dia denger" Gerutunya dengan suara pelan sekali. "Saya juga tau kamu gerututi saya"
Dam!
Rasanya sekarang Prilly mati kutu, super duper kuping yang Ali punya, biarpun berbisik tetep aja di dengar. "Ah gak Pak, siapa coba samain bapak sama genderuwo" Prilly memasang wajah takut namun tetap tersenyum kikuk. "Sekarang kamu ikut ke ruangan saya" Pintah Ali tanpa ada perubahan muka sama sekali, ya begitu datar. Emang dasar muka tembok.
"Mati lo Prilly" Aletta menyahut dengan pandangan mata kosong melihat sahabatnya itu. "Gue bantu doa Prilly" Lanjut Anya pula dengan tampang takutnya. "Sahabat kampret lo pada" Cecar Prilly mengikuti langkah Ali sambil mensentak sentakkan kakinya.
Di dalam ruangan elegan ber Ac dingin ini, Ali tampak duduk diam di kursi kebanggaanya itu, Prilly dia malah tidak bisa diam ada saja aktifitas yang membuat Ali ingin menggoyangkan otak kecil gadis ini, biar bisa kalem dan tenang sedikit. Seperti saat ini, Prilly begitu sibuk membersihkan debu debu yang ada di kursi,meja dan lemari kerja Ali, bahkan dengan telaten dia menyapu dan mengepel ruangan itu. Bukan cuma itu saja, dia bahkan keluar untuk membuatkan susu cokelat kesukaan Ali, dan alhasil Ali tambah penasaran mengapa Prilly tau jika dia suka dengan susu cokelat? Tidak ada seorangpun yang tau perihal itu, kecuali keluarga atau orang terdekat. Bahkan di kantor, Ali hanya di sedikan kopi hitam.
"Silahkan diminum susu cokelat kesukaan Pak Ali" Ucap Prilly ceria sembari memamerkan senyumnya itu. Ali tampak bungkam, seluruh pikiran dan otaknya susah untuk mencerna,mengapa semua hal yang ada pada dirinya bisa Prilly ketahui dengan mudah. "Tunggu, kamu tau dari mana kalau saya suka susu cokelat?" Tanya Ali sambil menaikkan sebelah alis tebal miliknya itu. "Loh itukan emang kesukaan bapak dari dulu" Prillypun tanpa sadar menjawab,alhasil buru buru ia membungkam mulutnya sendiri akibat keteledoran yang ia perbuat. "Maksud kamu?" Ali bangkit dari duduknya, ia berjalan menghampiri Prilly yang meruntuki kecerobahannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married an Employee
RomanceDia Dereen Malichal, pengusaha sukses nan mudah berumur 25 tahun. Wajah yang tampan, sudah ia miliki sejak Ali dilahirkan kedunia ini.Alis tebal, bulu mata lentik, rahang kokoh, wajah mulus, hidung mancung dan bibir tipis berwarna pink mudah, sunggu...