Chapter-11

7.9K 623 59
                                    

Hallo guys...saya balik lagi nih,oh ya seperti biasa jangan lupa klik★ sebelum membaca. Satu★ sangat berharga buat saya🤗Oh yavjangan lupa follow aku dan Ig aku :@nurfadilah.anwar12

HAPPY READING GUYS...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Pak,saya kan yang di suruh cari sepatu?" Tanya Prilly dengan wajah melemasnya. Pasalnya sudah sejam lebih mereka putar putar mall hanya untuk mencari sepatu untuk Prilly, dan yang menentukan itu Ali. Dia gak mau beliin Prilly sepatu yang harganya dua juta kebawah. Maunya tuh lima juta,dasar horang kaya. "Lah memang, kamu nyuruh saya nyari sepatu heels gitu?" Langkah Ali tiba tiba berhenti, melihat Prilly yang sudah di banjiri keringat akibat merasa kelelahan. "Gak gitu Pak. Maksud saya tuh kenapa gak sepatu yang tadi tadi itu, kan cukup cantik?" Tanya Prilly sembari memegang tangan bosnya itu,berharap Ali berubah pikiran agar kembali ke tempat sepatu tadi.

"Gak,itu murah"

Prilly lagi lagi menelan salivanya kuat kuat, sudah kesekiaan kalinya Ali mengatakan sepatu harga sejuta dua juta itu murah. Bagi Prilly itu sangat mahal, malah persis seperti gajinya sewaktu dia magang di perusahaan lain. "Pak" Prilly memerlihatkan wajah baby facenya, berharap Ali akan luluh jika wajahnya di buat imut imut begitu. "Kamu pikir saya luluh sama muka sok imut kamu itu,ikut saya" Bukan Ali namanya jika gampang luluh, ya Ali harus tetap dengan pendiriannya itu lebih memilih membawa Prilly ke pusat fashion sepatu yang emm cukup mahal.

"Pak serius ini?" Tanya Prilly heran,pasalnya di dalam tokoh itu tidak ada rakyat biasa seperti dirinya, mereka semua seperti sultan. Dan harga sepatu sepatu disana jika Prilly menilainya, yang paling murah itu lima juta. "Gak ini bohongan. Ya iyalah serius gimana sih" Gerutu Ali berdecak pinggang. "Pak saya gak mampu bayar, serius. Ya Allah ini setara gaji saya loh Pak" Lagi lagi Prilly menolak semua kemewahan itu, ia takut jika nanti telah memilih sepatu, dan tiba tiba Ali meninggalkannya begitu saja, ia tidak mampu membayarnya. "Kamu pikir saya bakal nyuruh kamu bayar? Enggaklah, saya yang bayar. Jangan jadi kaum miskin deh" Cecar Ali sembari duduk pada sofa yang si khususkan untuk menunggu.

"Lah Pak, ini kok saya di tinggal sih?"

"Siapa yang ninggalin, saya cuma mau duduk. Kaki saya pegel berdiri melulu"

Prilly yang membawa paper bag yang banyak itu hanya mampu mengikuti Ali, ia sengaja menyimpan paper bagnya di samping Ali, ya kira kira aja dress jutaan itu hilang, bisa rugi mendadak dia, padahal yang beli Ali. "Ngapain masih berdiri disitu?" Tanya Ali yang tampak memperhatikan Prilly yang tengah diam di sampingnya, ingat Prilly berdiri tidak duduk seperti Ali. "Takut Pak, ntar saya di sangka pencuri" Prilly menyengir aneh, dirinya memang tidak Pede untuk berbelanja di toko kalangan atas ini. "Muka kamu gak kayak orang susah kok. Sana cari sepatu" Pintah Ali dengan muka datar khasnya itu. "Satu aja ya Pak sepatunya" Ucap Prilly takut takut untuk menatap wajah datar bosnya itu. "Gak, kamu pilih minimal lima sepatu" Bantah Ali yang sontak membuat Prilly lagi lagi membulat kaget.

"Pak kebanyakan tau,ya Tuhan jiwa misquen ku meronta ronta"

"Kamu tenang saja, uang saya gak bakal habis cuma buat nyenengin kamu" Balas Ali tanpa ekspresi. Entahlah Prilly merasa bahagia akan sikap bosnya akhir akhir ini, dirinya dibuat sangat special, ya walaupun Prilly tau, Ali belum tentu mengingat siapa dirinya itu.

"Horang kaya bebas" Cecar Prilly dengan volume suara yang sangat kecil, sehingga Ali pun tidak mendengarnya. Prilly segera melangkah menjauhi Ali, mencari sepatu yang sesuai dengan kebutuhannya, walaupun memang terlalu boros harus memilih lima sepatu sekaligus.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang