Chapter-34

3.4K 301 41
                                    

Haiii aku balik lagi hehehe maaf banget yaa nulisnya selalu lama. Jangan lupa vote sebelum di baca ya readers.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading guys....

Setiba di rumah sakit, Prilly langsung dilarikan ke ruang UGD, kesadaran Prilly sadari tadi sudah hilang dengan memar memar hampir di sekujur tubuhnya. Ali menggendong tubuh mungil istrinya, dalam hati ia tak henti hentinya berdoa berharap keadaan istri dan janin di dalam rahim Prilly baik baik saja. Bangsal yang membawa Prilly telah tiba di depan tuangan UGD,para perawat serta suster langsung mengambil alih bangsal tersebut dimana tubuh seorang ibu hamil tengah berbaring lemah. "Dok saya mau menemani istri saya!" Ali berucap dengan urat leher begitu terlihat, ia sangat sangat tidak bisa meninggalkan istrinya hanya bersama dengan suster, perawat dan dokter." Mohon bersabar Pak, kami akan melakukan yang terbaik" Ujar dokter perempuan itu lantas masuk kedalam ruangan UGD sambil menutup rapat rapat pintu ruangan tersebut.

Syarief menghampiri putra semata wayangnya itu,mengusap lembut pundak Ali penuh dengan kasih sayang. Syarief tahu,bahkan sangat mengerti bagaimana keadaan Ali sekarang, ia sebagai ayah juga tidak tahu harus melakukan apa agar putranya ini tenang. "Kamu sabar ya Li, Papa disini, kami disini bakal terus berdoa agar Prilly dan calon anak kamu baik baik saja" Ali mengangguk pelan atas ucapan Papanya. Air mata terus mengalir deras membasahi pipi Ali. "Istri Ali baik baik ajakan Pah?" Ujarnya terisak sambil memandang teduh wajah sang Ayah. "Percaya Li, Prilly pasti baik baik saja,serahakan semua kepada Tuhan" Ali lantas memeluk erat Syarief, menyalurkan semua kesakitan yang sekarang ia rasakan.

Pintu ruang yang dari dua puluh menit tertutup itu akhirnya terbuka, memperlihatkan seorang dokter paruh bayah berjalan dengan jas putihnya dengan wajah yang tampak tegang. "Keluarga Nyonya Prilly?" Tanya Dokter tersebut dengan eksperesi wajah sulit di tebak. Ali lantas bangkit dari duduknya menghampiri dokter itu.

"Saya suaminya dok" Ujar Ali sambil menyeka sisa sisa air matanya.

Dokter dengan papan nama Dr.Daryuni Retno terlihat menghela nafas panjang sebelum memulai obrolan dengan suami pasien. "Begini Pak, kondisi istri bapak sekarang bisa di bilang sangat kritis, terlebih lagi istri bapak hampir kehilangan sepenuh oksigen. Memar di tubuhnya juga lumayan banyak,tapi itu tidak masalah. Hanya saja" Jedah di kalimat Dokter Yuni membuat jantung Ali kembali berpacu lebih cepat.

"Kandungannya tidak dapat di selamatkan. Indung telur ibu Prilly yang sebelah kiri mengalami keretakan akibat sebuah benturan keras. Maka untuk menyelamatkan nyawa istri bapak kita akan melakukan operasi pengangkatan indung telur sebelah kiri, jika di setujui kita akan segera melakukan tindakan operasi"

"Resikonya apa dok jika indung telur istri saya di angkat?"

"Kemungkinan untuk hamil sangat kecil, sekitar 6% kemungkinan istri bapak bisa mengandung kembali" Jelas Dokter Yuni.

Bagaikan di tusuk seribu belati tajam, hati Ali hancur berkeping keping, bagaimana ini? Prilly akan sangat terpukul jika ia tahu indung telurnya akan di angkat, istrinya itu sangat menanti momongan, dan ini? Ali bingung ia harus bertindak apa, ia tidak mungkin mempertahankam imdung telur Prilly yanh sudah ratak itu dan membahayakan kondisi istrinya itu. "Lakukan yang terbail dok" Dengan berat hati Ali mentada tangani surat permohonan operasi Prilly. Dokter Yuni menepuk pundak Ali guna untuk memperi laki laki itu semangat atas apa yang istrinya derita.

"Tindakan Ali udah benerkan Mah, Pah,, Mart,Chell?" air mata Ali kembali mentes, ia berkata lirih sembari mengusap wajahnya.

"Tindakan kamu udah benar nak, kami yakin istrimu akan baik baik saja" Ucap Danu selaku orang tua angkat Prilly. "Kamu juga harus yakin Li, Prilly wanita kuat dia pasti bisa hamil lagi walaupun hanya memiliki satu indung telur" Lanjut Reva menguatkan menantunya.

Married an Employee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang