01

629K 41.2K 4.9K
                                    

Tangan yang dilipat di depan dada dan tatapan tajam terus tertuju kepada laki-laki di hadapannya. Sungguh, Zella benar-benar kesal jika terus dipertemukan dengan laki-laki ini. Lihatlah sekarang, dengan santainya laki-laki itu duduk dengan mata yang terfokus kepada buku tebal yang ada di atas meja yang menjadi pemisah antara mereka, tangannya tak bisa diam dan terus mengetuk-ngetuk pulpen di meja sehingga membuat suasana yang harusnya sunyi menjadi sedikit berisik.

Laki-laki itu mengalihkan pandangannya dari buku tebal itu dan sekarang menatap Zella santai, "Nona Zella, semester ini anda sudah dua puluh kali masuk ruangan BK."

"Ya terus? Ada masalahnya dengan anda?" ketus Zella. Jelas terpancar di matanya bahwa dia sangat-sangat tidak menyukai laki-laki ini.

Laki-laki itu tersenyum remeh, "Lo lupa ya gue ini siapa di sini?"

"Lo itu tukang ikut campur masalah orang lain. Bisanya cuma memerintah, memerintah, dan memerintah!" sunggut Zella kesal.

Kembali mata laki-laki itu menatap buku tebal andalannya, "Enam kali masuk ruangan kepala sekolah."

"Gue harus per--"

"Tiga kali masuk ruangan OSIS."

Zella mengepalkan tangannya di atas meja, "Gue juga gak ma--"

"Ah gue salah, empat kali ditambah yang sekarang," potong laki-laki itu untuk yang kesekian kalinya.

"Gue juga gak mau masuk ruangan ini!!" geram Zella menahan marah. Jika dihadapkan oleh laki-laki ini pasti emosinya sangat cepat terpancing.

Laki-laki itu berdiri lalu berjalan perlahan mendekati Zella yang duduk tepat di hadapannya. Ia berhenti tepat di belakang kursi yang diduduki oleh Zella.

"Gue harus gimana lagi biar lo gak ngerecokin sekolah ini terus?" tanya laki-laki itu pelan dengan badan yang sudah membungkuk membuat kepalanya sejajar dengan kepala Zella yang masih terdiam di tempatnya.

"Siswi seperti ini gak layak ada di sini. Seharusnya lo udah dikeluarkan dari dulu," jelas laki-laki itu datar.

Zella tersenyum miring walaupun sudah pasti laki-laki dibelakangnya tidak bisa melihatnya, "Siapa yang berani keluarin gue dari sini? Gak ada kan?"

Laki-laki itu dengan segera memutar kursi tempat duduk Zella sehingga sekarang mereka saling berhadapan.

"Cuma lo yang bikin tugas gue semakin ribet! Lo kira gue dengan senang hati ngurusin siswi nakal kayak lo ini?!" sinis laki-laki itu yang sudah mencengkeram erat kedua sisi kursi yang diduduki oleh Zella.

Zella memundurkan tubuhnya, ia menatap mata laki-laki itu berani, "Emang gue ada nyuruh lo buat ngurusin gue? Gak kan?"

Zella tersenyum kecil dengan tangan yang dilipat di depan dada, "Dan satu lagi, gue juga gak pernah seneng diurusi sama cowok kayak lo!"

"Ikut gue sekarang!" Laki-laki itu menarik tangan Zella agar gadis itu berdiri.

Zella memberontak, "Lepas! Gue gak mau ikutin perintah lo lagi!"

Semakin Zella memberontak, laki-laki itu semakin mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Zella sehingga membuat gadis itu sedikit meringis.

"Jangan main-main sama gue!"

Zella hanya bisa diam dan berjalan tertatih mencoba mengimbangi langkah kaki laki-laki itu, "Mau kemana sih?"

"Diam dan cukup ikuti!"

Kedua pasang kaki remaja itu sampai di taman belakang sekolah. Laki-laki itu segera menghempaskan tubuh Zella sehingga sedikit terhuyung ke depan.

"Lo kasar, gue ragu kalo lo bener anak baik-baik," ucap Zella mengusap-usap pergelangan tangannya yang memerah.

Mengabaikan ucapan gadis itu, ia melangkahkan kakinya ke gudang kecil yang ada di dekat taman. Ia mengambil beberapa polybag dan bibit bunga beserta pupuknya lalu menyerahkannya kepada Zella.

"Kerjakan hukuman lo sekarang juga!" titah laki-laki itu datar.

Zella menatap peralatan berkebun yang ada tepat di bawah kakinya, "Orang tua gue pemilik sekolah ini, dan lo nyuruh gue jadi tukang kebun?"

Zella tertawa kecil, "Lo gak lupa kan dengan status gue di sini?"

"Ini hukuman karena lo berulah lagi."

"Gue gak mau!" Zella menendang plastik berisi pupuk sehingga membuatnya berserakan di atas rerumputan. "Gue mau pergi."

Laki-laki itu semakin geram dengan Zella, gadis ini benar-benar menghabiskan waktu berharganya. Ia kemudian mencekal lengan Zella kuat untuk menghentikan langkah kaki gadis itu.

Laki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...."

"Atau apa?" tanya Zella berani.

Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium."

Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke depan mengikis jarak antaranya dengan laki-laki itu.

"Boleh, gue pengen tau gimana rasanya di cium ketos."

Elvan Putra Arkingza. Laki-laki yang menyandang gelar sebagai ketua OSIS SMA Elington. Laki-laki yang begitu disegani hanya karena sifatnya yang tegas dan terlihat sedikit berwibawa.

Elvan benar-benar merutuki ucapannya, ia salah jika mengancam gadis seperti Zella. Sekarang bagaimana? Haruskah ia kabur? Ah, sungguh itu benar-benar terlihat seperti pecundang. Lalu, haruskah ia benar-benar mencium Zella? Lama ia terdiam yang semakin membuat Zella tersenyum meremehkannya. Dan Zella sepertinya salah, Elvan itu benar-benar benci jika diremehkan.

Dengan sekali tarikan, Zella sudah berada di pelukannya. Elvan mengeratkan tangannya di pinggang Zella. Perlahan tapi pasti ia mendekatkan wajahnya dengan Zella. Bahkan hembusan napas Elvan sudah bisa dirasakan oleh Zella.

"Tunggu! Lo beneran mau cium gue?" tanya Zella takut-takut.

"Seperti yang lo lihat."

"Oke! gue akan kerjakan, dan tolong lepasin gue!" ucap Zella pelan sebelum Elvan benar-benar menciumnya disini.

"Bukannya lo tadi mau?" tanya Elvan dengan posisi yang masih sama, ia sama sekali belum melepaskan Zella.

"Ya itu kan tadi!" ucap Zella penuh emosi, "gue baru tau kalo lo bukan cowok baik-baik."

Elvan tersenyum miring lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Zella, "Jangan pernah main-main sama gue, dear"

Setalah mengatakan itu, Elvan mendorong kasar tubuh Zella lalu berlalu meninggalkan Zella yang termenung dengan segala pikirannya. Beberapa menit kemudian tatapannya tertuju kepada pupuk yang berserakan karena ulahnya. Ia berjongkok lalu mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ketos sialan itu.

"Gue kira dia gak akan seberani itu," gumamnya pelan. "Cowok sialan! Gue harus buat perhitungan sama dia."

^^^

Gimana komentar pertama kalian tentang Elvan?
Kalau kalian suka dengan cerita ini, jangan lupa vote dan comentnya

Terima kasih:)

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang