Malam ini Zella hanya melamun di atas ranjangnya. Rumahnya benar-benar sunyi, tentu karena semuanya pergi ke gedung tempat pesta perayaan ulang tahun Shireen. Zella tak ingin berada disana, jadi ia berbohong dan mengatakan bahwa dirinya sakit kepada Reno. Bagaimana respon Reno? Laki-laki paruh baya itu terlihat biasa saja, tepat seperti apa yang Zella perkirakan.
Pikiran gadis itu dipenuhi dengan bagaimana suasana di gedung itu. Ia yang mengatur semuanya dan tentu bagi Zella semuanya sudah terlihat sangat sempurna. Ia bisa menebak bahwa disana mereka tengah tersenyum menikmati suasana. Apalagi untuk gadis yang sedang berulang tahun itu, Zella yakin bahwa dia sangat bahagia di tengah kemeriahan. Sedangkan Zella? Duduk diam di rumah ini sendirian. Miris sekali.
Tok, tok, tok
Lamunan gadis itu terbuyar saat mendengar suara ketukan pintu. Dengan ogah-ogahan dia beranjak dan membuka pintu kamarnya. Tapi tak seorangpun berada diluar sana. Tunggu, bukanya Zella sekarang di rumah sendirian? Lalu siapa yang mengetuk pintu? Apa Zella hanya sedang berhalusinasi? Dengan segera gadis itu kembali mengunci pintu kamarnya.
Tok, tok, tok
Tidak! Zella tidak sedang berhalusinasi! Ketukan yang jauh lebih keras itu membuatnya terdiam takut-takut. Perlahan ia membalikkan badannya dan seseorang di balik pintu kaca yang ada di balkon kamarnya membuatnya menegang.
Tok, tok, tok
Lama Zella terdiam sebelum akhirnya seseorang itu memberinya kode agar membuka pintu balkon kamarnya. Perlahan tapi pasti Zella melangkah, memutar kunci lalu membuka pintu balkon lebar-lebar.
"Lo ngapain kesini?"
Elvan, seseorang yang tadi mengetuk pintu balkon kamarnya mengabaikan gadis itu. Ia melenggang masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik Zella.
"Heh!" Zella dengan segera menghampiri Elvan, "lo ngapain sih kesini?"
"Nemenin lo," jawab Elvan santai.
"Keluar dari kamar gue sekarang juga!" titah Zella tak bisa santai.
Merasa diabaikan, Zella menarik-narik tangan Elvan meskipun laki-laki itu tak beranjak sedikitpun. Tenaga Elvan jauh lebih besar daripada Zella. Bahkan laki-laki itu kini mulai memejamkan matanya. Bantal Zella benar-benar wangi, mungkin wangi rambut gadis itu menempel di bantalnya. Dan bagi Elvan wanginya benar-benar memabukkan.
Zella memukul dada laki-laki itu keras sehingga membuatnya sedikit meringis.
"Lo kenapa sih?" tanya Elvan tajam.
"Keluar!"
Elvan mendudukkan dirinya, ia membuka beberapa kancing kemeja putih yang dipakainya.
"Lo mau ngapain?" tanya Zella takut-takut.
"Panas," jawab Elvan kemudian melirik pendingin ruangan yang tidak dihidupkan. "Lo gak mampu bayar tagihan listrik?"
Zella membulatkan matanya, berani-beraninya laki-laki ini merendahkannya, "Ma--"
"Bacot!" potong Elvan cepat.
Zella menganga, apa maksud laki-laki ini? Zella mematikan pendingin ruangan hanya karena hawa pada malam hari sudah cukup dingin baginya.
"Lo gak ke pestanya Shireen?"
"Ngapain tanya-tanya?" jawab Elvan ketus.
Sungguh, Zella benar-benar kesal. "Keluar dari sini!"
"Gak mau! Gue mau temenin lo," ucap Elvan tetap bersikukuh.
"Gue gak butuh temen! Apalagi yang kayak lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZELLA
Teen FictionLaki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...." "Atau apa?" tanya Zella berani. Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium." Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke dep...