"Jadi lo beneran nembak gue kan?" tanya Zella penasaran.
Elvan tersenyum menggoda, "Mau banget di tembak?"
Zella memalingkan wajahnya, Elvan benar-benar bisa membolak-balik perasaannya. "Enggak!" jawab Zella cepat.
Elvan terkekeh pelan, "Sampek sekarang ternyata lo juga belum sadar."
"Sadar apa sih?" tanya Zella bingung.
Elvan menatap dalam mata gadis itu, sedangkan Zella mati-matian berusaha menahan degupan jantungnya yang kian menggila. "Kalau gue bilang gue suka sama lo, lo percaya gak?" tanya Elvan tenang.
"Lo beneran suka sama gue?" tanya Zella ragu.
"Iya."
"Lo lagi gak bohong kan?"
"Buat apa gue bohong?"
"Tapi kenapa bisa?" tanya Zella setengah tak percaya. Ah rasanya berada dalam keadaan seperti ini benar-benar sulit di definisikan.
"Gue selalu perhatiin lo dari kita masih SMP."
Pernyataan dari Elvan sukses membuat mata Zella membulat sempurna.
"Tapi gimana bisa?"
"Apapun bisa terjadi kan?" Pertanyaan Elvan membuat bibir Zella terbungkam selama beberapa saat.
"Jangan bilang kalau laki-laki kurus it--"
"Iya," potong Elvan cepat, "laki-laki kurus itu suruhan gue, gue selalu suruh dia buat ikutin kemanapun lo pergi."
Zella terdiam dengan segala pikirannya. Rasanya benar-benar sulit percaya dengan kenyataan.
"Kalau lo tanya alasannya apa, gue gak bisa jawab."
"Kenapa?" tanya Zella pelan.
"Gue rasa, cinta gak perlu alasan."
Untuk kesekian kalinya Zella terdiam. Ia benar-benar bingung menghadapi situasi seperti ini. Seumur hidupnya, baru pertama kali Zella merasa secanggung ini.
"Kalau lo masih ragu, lo boleh tanya ke Bi Yanti," ucap Elvan saat beberapa menit keheningan menyelimuti mereka berdua.
"Bi Yanti tau?" tanya Zella pelan.
Elvan tertawa kecil, "Gue rasa takdir itu kadang aneh."
"Kenapa?"
"Lo percaya kalau gue itu juga termasuk anak-anak yang kurang kasih sayang orang tua?"
Melihat guratan bingung dalam wajah gadis itu membuat Elvan tersenyum tipis.
"Orang tua gue terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka." Elvan tertawa renyah, "atau mungkin mereka lupa kalau punya anak yang gak cuma perlu uang tapi juga kasih sayang?"
Zella hanya bisa diam. Fakta-fakta yang ia ketahui malam ini benar-benar membuat dirinya membeku. Ia tak tau harus bersikap seperti apa.
"Tapi gue beruntung, bisa ketemu Bi Yanti yang ternyata pernah ada hubungan dengan keluarga lo."
"Untuk laki-laki kurus itu namanya Miko, dia punya abang dan mereka suruhan orang tua gue buat jagain gue. Tapi gue sering suruh buat ngikutin lo."
Elvan tersenyum kecil saat kilasan kejadian beberapa tahun lalu memenuhi pikirannya, "Dan gue rasa setelah gue satu sekolah sama lo, gue gak perlu mereka untuk ngikutin lo lagi.
"Kalau diceritain semua pasti akan panjang. Dan soal orang tua, gue gak pernah benci mereka."
"Jadi ini alasan kenapa pergaulan lo ternyata enggak terlalu baik?" tanya Zella pelan, berusaha agar tidak menyinggung perasaan laki-laki itu.
"Mereka baik, bahkan sangat baik. Tergantung cara seseorang menilai mereka," jawab Elvan santai.
Zella mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "Tapi kenapa sifat lo bertolak belakang dengan yang di sekolah?"
"Gue cuma pengen menghargai kerja keras orang tua gue."
Lagi-lagi jawaban Elvan membuat Zella terdiam. Sulit bagi Zella untuk menebak isi pikiran laki-laki ini.
"Gue gak mau mereka kecewa, mungkin prestasi di sekolah sangat-sangat cukup untuk membayar usaha mereka."
Zella menundukkan kepalanya saat merasa hatinya sedikit tersentil dengan ucapan Elvan, "Kenapa lo gak marah?"
"Buat apa? Kalau marah gue bisa bikin mereka sedikit mengurangi kesibukan mereka, gua pasti udah lakuin dari dulu."
Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Mungkin hanya suara angin malam yang mendesau dari arah balkon kamar yang mengisi kesunyian diantara mereka.
"Jadi gue boleh minta sesuatu?" tanya Elvan memecah keheningan.
"Apa?"
"Jangan buat papa lo semakin benci diri lo," pinta Elvan yang terdengar begitu tulus.
"Tapi caranya gimana?" tanya Zella frustasi.
"Berubah jadi Zella yang lebih baik."
Zella menatap mata Elvan, di detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya walaupun sedikit ragu.
Elvan melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul dua malam. Entah kenapa, waktu rasanya benar-benar berjalan dengan cepat.
"Gue pulang ya?"
Zella hanya menganggukkan kepalanya lemah.
Elvan berdiri kemudian berjalan ke arah balkon kamar Zella. Sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar Zella. Laki-laki itu memberi kode kepada Zella agar mendekatinya.
"Gue lupa bilang maaf kalau gue gak bisa kasih hadiah yang mahal," ucap Elvan setelah Zella berdiri tepat di hadapannya.
Zella tersenyum tulus, "Gue suka semuanya."
Elvan mengelus lembut rambut Zella, "Bagus deh."
Dan dengan lancang laki-laki itu menarik tubuh Zella sehingga kini berada di dekapannya. Elvan menghirup dalam-dalam aroma rambut gadis itu sedangkan Zella masih berusaha menyadarkan dirinya dari keterkejutan.
"Soal yang tadi gue gak butuh jawaban."
Elvan melepaskan pelukan mereka, ia menatap wajah Zella yang terlihat memerah menahan malu.
"Selamat malam, Rain."
Setelah mengatakan itu, Elvan segera turun dari balkon kamar Zella yang tidak terlalu tinggi. Beberapa menit kemudian, laki-laki itu sudah hilang dari pandangan Zella. Gadis itu bahkan belum beranjak dari tempatnya. Ia masih memikirkan kejadian-kejadian yang telah berlalu beberapa menit yang lalu.
Setelah tersadar, gadis itu masuk ke dalam kamarnya kemudian mengunci pintu balkon. Ia menatap kotak beludru berwarna cokelat dan bunga mawar merah yang terlihat cantik di dalam sebuah kotak kaca. Melihat barang-barang itu membuat kedua sudut bibirnya tak bisa tahan untuk tidak tersenyum.
"Apa iya gue jatuh cinta?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Zella menghempaskan tubuhnya begitu saja ke atas ranjang. Ia meraih kotak kaca berisi bunga mawar merah itu. Tangannya membolak-balik kotak kaca itu.
"Perasaan gak bisa bohong, gue bener-bener jatuh cinta."
Zella memeluk bantal gulingnya begitu erat, "Elvan sialan! Gue kan masih mau peluk."
Gadis itu terkekeh geli dengan ucapannya sendiri. Hari ini mungkin menjadi salah satu hari terbaik dalam hidupnya. Ah laki-laki yang Zella sering anggap pengganggu dalam hidupnya ternyata membawa sedikit kebahagiaan dalam hidupnya. Benar kata Elvan, takdir itu kadang aneh.
Zella bahkan tak pernah membayangkan akan jatuh cinta kepada laki-laki seperti Elvan, bahkan ia tak pernah memikirkan bahwa semua ini akan terjadi. Dan malam ini laki-laki itu dipastikan berhasil membuat Zella terjaga sepanjang malam. Gadis itu akan memikirkan semuanya berulang kali hingga tak bisa tidur dengan tenang. Jatuh cinta terasa begitu indah bukan? Terlebih jika seseorang yang dicintai juga mencintai.
^^^
Ada yang lagi fall in love? Kalau ada artinya kalian sedang bernasib sama dengan Zella.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZELLA
Teen FictionLaki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...." "Atau apa?" tanya Zella berani. Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium." Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke dep...