26

380K 28.9K 1.1K
                                    

Pintu utama rumahnya yang berderit membuat kedua pasang mata Zella dengan cepat menatap Elvan yang sekarang mulai menutup pintu dari dalam. Pada salah satu tangan laki-laki itu sebuah kantung plastik putih dipegangnya dengan erat.

"Lo ngapain kesini lagi?"

Elvan hanya menatapnya sekilas tanpa mau memberi jawaban.

"Itu apa?" tanya Zella penasaran dengan isi kantung plastik yang dipegang oleh Elvan.

"Ganti baju lo pakek kaos biasa!" titah Elvan yang kini dengan lancangnya berjalan ke arah dapur rumah Zella tanpa izin.

Zella mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa diganti?"

"Lakuin aja!"

Tanpa membantah, Zella dengan segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan menaiki tangga untuk pergi ke lantai atas dimana tempat kamarnya berada. Laki-laki itu sedikit aneh, tadi ia pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Dan Zella pikir laki-laki itu akan pulang, nyatanya ia kembali kesini entah dengan tujuan apa.

Beberapa menit kemudian Zella kembali dan menemukan Elvan yang sudah duduk tenang di sofa dengan mangkuk berisi es batu yang ia letakkan di atas meja.

Elvan menatap gadis yang kini duduk tepat di hadapannya, "Ngapain lo duduk di situ?"

"Emang kenapa? Salah?" tanya Zella cuek.

Elvan berdecak kesal, tangannya menepuk-nepuk bagian sofa kosong yang ada di sebelahnya, "Duduk di sini!"

"Gak mau!" tolak Zella cepat.

"Kenapa?"

"Intinya gue gak mau!"

Elvan saja yang tidak mengerti bagaimana kondisi jantung Zella jika berdekatan dengan laki-laki itu.

"Lo gak mau pindah kesini?"

Zella mengangguk-anggukan kepalanya cepat.

"Kalau gitu, gue yang pindah kesana."

Dalam hitungan detik Elvan sudah duduk tepat di sebelah Zella. Gadis itu sedari tadi menahan umpatannya agar tidak ia utarakan. Apalagi Elvan saat ini memperhatikannya secara intens membuat jantungnya kembali berdegup tidak normal, bahkan tanpa sadar gadis itu kini meremas kedua tangannya. Entahlah, Zella hanya merasa sedikit gugup.

"Lo gugup?"

Zella dengan cepat menatap mata laki-laki itu, "Enggak!"

Elvan hanya mengiyakan walaupun ia benar-benar ingin menertawai kebohongan gadis itu. Pandangannya kini beralih menatap satu handuk putih kecil yang tadi ia beli dan es batu yang terlihat mulai mencair. Dengan cekatan laki-laki itu membungkus beberapa balok es batu dengan handuk itu.

Perlahan Elvan menarik tangan Zella kemudian mulai mengompres lebam-lebam yang ada dilengan Zella dengan telaten. Zella tak bisa mengalihkan tatapannya barang sedikitpun selain dari objek yang benar-benar membuat darahnya berdesir. Wajah serius Elvan benar-benar membuat matanya terpaku. Kenapa laki-laki ini terlihat benar-benar tampan?

"Ak-akh," ringis Zella sebab Elvan dengan sengaja menekan kuat bagian lebamnya.

"Lo gak ikhlas?" tanya Zella cepat.

Elvan tersenyum kecil, "Makanya jangan liatin gue."

Zella dengan cepat mengalihkan pandangannya kemanapun matanya bisa menatap, asal bukan Elvan yang menjadi objeknya. "Gue gak ada liatin lo kok," kilah Zella berbohong.

"Nanti kalau lo suka gue duluan gimana?" tanya Elvan penuh percaya diri.

"Gue gak akan pernah suka sama lo!" jawab Zella tegas. Walau jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa sedikit ragu.

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang