"Ada apa sih Bu? Saya belum bikin masalah loh," protes Zella saat ia baru saja mendudukkan dirinya di depan Bu Ratna.
"Kata Pak Seto nilai kamu semuanya di bawah rata-rata."
"Jadi?" tanya Zella malas, bahkan gadis itu sudah menumpu dagunya dengan kedua tangan.
"Kamu harus memperbaiki nilaimu kalau ingin naik kelas," jawab Pak Seto yang duduk di sebelah Bu Ratna.
"Walaupun Papamu pemilik sekolah ini, tapi kamu harus tetap diperlakukan sama seperti siswa/siswi lainnya," ucap Bu Ratna.
"Kamu harus belajar lebih giat lagi Zella," lanjutnya.
Zella menatap Pak Seto malas, "Bapak kan wali kelas saya, Bapak tinggal palsukan saja nilainya gampang kan?"
"Tidak bisa Zella, ini sudah pesan Papamu kalau semua nilaimu harus murni," tolak Pak Seto.
"Tap--"
Tok tok tok
Ucapan Zella terpotong karena ketukan pintu, beberapa detik kemudian pintu terbuka dan menampilkan wajah Elvan. Laki-laki ini lagi, kenapa rasanya ia selalu dipertemukan dengannya?
"Elvan, duduk dulu nak," titah Bu Ratna mempersilakan Elvan duduk di kursi kosong yang berada tepat di sebelah Zella.
"Ada apa Bu?" tanya Elvan.
"Ibu dan Pak Seto sudah memutuskan kalau kamu harus menjadi pembimbing belajar Zella selama diluar jam pelajaran sekolah."
Dan tepat setelah Bu Ratna menyelesaikan ucapannya, Zella bangkit dari duduknya.
"Maksud Ibu apa?" tanya Zella sedikit kesal.
"Saya rasa apa yang saya katakan tadi sudah cukup jelas."
Elvan menarik tangan Zella agar kembali duduk, "Bersikap sopan Zella!"
Zella menghembuskan napasnya kasar tapi tak pelak mengikuti perintah Elvan. "Saya gak mau diajarin dia!" tolak Zella setelah melirik sekilas ke arah Elvan.
"Kenapa?" tanya Pak Seto, "saya rasa Elvan adalah orang yang tepat, mengingat kamu selalu menurut dengannya."
Zella membulatkan matanya, bagaimana laki-laki paruh baya ini tau? Ah Zella bodoh! Jelas mereka semua tau, akhir-akhir ini Zella selalu diancam kan? Entah harus melakukan hukuman atau dijadikan pembantu dia selalu menuruti ucapan Elvan.
Bu Ratna berusaha menahan senyumnya, "Jadi apa alasan yang tepat Zella?"
Zella menatap kedua orang itu kesal, ia merasa dipojokkan sekarang. "Dia tidak cukup pintar Bu," alibinya.
"Jika kamu belum tau, Elvan merupakan salah satu siswa berprestasi di sini."
Dan jawaban Bu Ratna membuat Zella terdiam. Rasanya ia sudah kalah sekarang.
"Jadi kamu tidak boleh menolak, ini juga untuk kebaikanmu Zella," terang Pak Seto.
Gadis itu menegakkan kepalanya, ia tersenyum kecil saat mendapat ide di kepalanya. "Dari sekian banyak siswa/siswi di sini, apa gak ada yang lain selain dia?" tanya Zella cepat.
Sejujurnya alasan gadis itu tidak mau dengan Elvan hanya karena satu hal. Jantungnya sering kali berdegup tidak normal di dekat laki-laki itu, bahkan ia bisa dibuat tidak tidur semalaman karena tindakan laki-laki itu. Apa ada yang salah dengan Zella?
Sedangkan Elvan sedari tadi hanya diam, menyimak ketiga orang yang seperti tidak menganggapnya ada.
Pak Seto nampak berpikir, "Ah iya, Shireen juga tak kalah pintar dengan Elvan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZELLA
Teen FictionLaki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...." "Atau apa?" tanya Zella berani. Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium." Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke dep...