Tepat pukul tujuh pagi Zella sudah terlihat rapi memakai seragamnya. Ah salah, Zella tidak mungkin pernah rapi dalam urusan pakaian seragam. Baju yang dikecilkan dan jangan lupakan roknya pun ia perlakukan sama seperti baju seragamnya. Kancing kemeja atas yang dibiarkan terbuka serta dasi yang tak pernah melingkar di kerah kemejanya. Siapa yang melarang? Zella punya kekuasaan kan?
Rambut panjang sepinggangnya ia biarkan tergerai begitu saja. Tapi wajahnya sama sekali tidak ia poles dengan make up yang tebal, itu benar-benar bukan dirinya. Setelah sepatu berwarna hijau neon terpasang rapi di kedua kakinya, Zella melangkah keluar kamar untuk turun ke lantai bawah.
Saat kakinya perlahan-lahan menuruni setiap anak tangga, Zella sedikit mengernyit saat melihat Papanya masih duduk dengan santai di atas meja makan. Terfokus kepada kopi dan koran pagi di kedua tangannya.
"Papa enggak ke kantor?" tanya Zella setelah berdiri di dekat Papanya. Sedangkan Shireen? Entahlah, gadis itu mungkin sudah berangkat karena biasanya ia selalu berangkat sekolah pagi-pagi buta.
"Khusus hari ini enggak," jawab Reno yang sekarang sudah mulai memperhatikan penampilan Zella dari atas hingga bawah. "Kamu mau kemana?"
"Rain mau sekolah lah Pa, sekarang kan bukan hari libur," jawab Zella sedikit terheran-heran dengan pertanyaan aneh Papanya.
"Hari ini kamu izin, cepat ganti pakaianmu!"
Zella mengerutkan keningnya, "Tapi Pa, Rain kenapa izin? Rain kan gak sakit."
"Kamu bantu mendekor di gedung yang Papa sewa untuk pesta perayaan ulang tahun Shireen," jawab Reno santai.
Apa katanya? Mendekor gedung untuk perayaan ulang tahun Shireen? Apa Papanya tidak salah berbicara? Atau uang Papanya sudah habis hingga tak mampu membayar banyak orang untuk membantu mendekor disana?
"Papa serius?" tanya Zella terkejut.
"Memang Papa terlihat berbohong?"
Zella kembali menormalkan ekspresi wajahnya, "Tapi kan disana pasti udah banyak orang yang Papa suruh kan?"
"Ini permintaan Shireen, dia mau kamu mengatur semuanya. Lagipula kalian sama-sama gadis yang beranjak dewasa, pasti kamu mengerti seleranya."
Sialan gadis itu! Ini semua pasti sengaja ia rencanakan, entah apa lagi yang akan dilakukan oleh Shireen.
"Tapi Rain gak mau Pa!" tolak Zella pelan berharap papanya tidak akan marah.
"Apa alasannya?"
Zella menunduk saat Reno menatapnya tajam, "Rain pengen sekolah aja."
"Sekolah kata kamu? Memangnya di sekolah kamu pernah belajar?" Pertanyaan Reno membuat Zella terdiam, sudah ia duga akhirnya akan berakhir seperti ini.
"Tapi Ra--"
"Daripada di sekolah kamu hanya membuat onar dan membuat saya malu. Lebih baik kamu ikut dan membantu saya," kata Reno datar.
Zella meremas roknya, "Tap--"
"Gak ada tapi-tapian! Papa juga rela tidak bekerja hanya untuk mempersiapkan acara ini agar berjalan lancar. Apa kamu tidak mau melihat saudaramu bahagia?"
Tentu tidak! Apa Reno sekarang hanya mementingkan kebahagiaan Shireen? Apa Shireen juga pernah berpikiran ingin membuat Zella bahagia? Gadis itu bahkan menjadi alasan kesengsaraan hidupnya saat ini.
"Setidaknya dengarkan saya kali ini saja, jangan menambah pandangan buruk saya tentang kamu Rain," lanjut Reno.
Dan dengan terpaksa Zella menganggukan kepalanya, "Iya, Rain mau Pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZELLA
Teen FictionLaki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...." "Atau apa?" tanya Zella berani. Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium." Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke dep...