12

386K 31.1K 1.5K
                                    

"Happy birthday Shireen."

"Happy birthday Shireen."

Zella menggeliat kala mendengar suara Papanya yang cukup keras dari arah kamar disebelah kamarnya. Gadis itu berusaha mengumpulkan nyawanya dan meraba-raba kasur untuk menemukan ponselnya. Saat tangannya sudah mendapatkan benda pipih itu, ia menyalakan layar dan melihat bahwa saat ini tepat pukul dua belas malam.

"Happy birthday, happy birthday, happy birthday Shireen."

Nyanyian itu kembali Zella dengar. Tunggu, apakah hari ini Shireen berulang tahun? Lalu papanya membuat sebuah kejutan di tengah malam seperti ini hanya untuk Shireen? Bahkan Zella selama hidupnya hanya pernah sekali mendapat hal seperti ini. Itupun dulu saat Mamanya masih ada diantara mereka dan Shireen belum ada disini.

Gadis itu tersenyum getir di tengah kamarnya yang hanya diterangi temaram lampu tidur.

"Selamat ulang tahun putri Papa, semoga menjadi anak yang pintar dan semakin bisa membanggakan Papa ya?"

Kalimat Reno dari kamar sebelah dengan jelas bisa Zella dengar dalam keheningan malam ini, ternyata Papanya begitu menyayangi Shireen.

"Shireen sayang Papa," pekik Shireen senang. Jelas gadis itu senang, jika Zella berada di posisi Shireen juga pasti akan merasakan hal yang sama.

"Jadi putri yang baik ya nak?"

Hanya mendengar percakapan mereka saja mampu mengiris hati Zella. Bagaimana jika Zella melihat interaksi kedua orang itu? Yang mungkin kening Shireen mendapat kecupan hangat dari Reno. Pelukan seorang ayah dan anak yang terlihat begitu indah. Gambaran-gambaran di kepalanya itu ia tebak pasti terjadi di kamar sebelahnya.

"Make a wish dulu dong," pinta Reno setelah keheningan beberapa menit lalu.

"Ah iya, Shireen lupa," jawab gadis itu lalu setelahnya Zella tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Mungkin gadis itu tengah memejamkan matanya dan memohon supaya Zella cepat keluar dari rumah ini. Bisa saja doanya begitu kan?

Beberapa menit kemudian hanya suara tepukan tangan yang bisa Zella dengar.

"Shiren mau hadiah apa dari Papa?"

"Shiren gamau apa-apa kok Pa, Shireen cuma mau Papa selalu sayang sama Shireen."

Zella meremas selimutnya, bisa-bisanya Shireen memanfaatkan situasi. Rasanya Zella ingin turun dari ranjang ini, masuk ke kamar Shireen lalu memukul wajahnya atau harusnya mencekiknya saja? Ah jika saja ia berani, Shireen sudah mati ditangannya.

Terdengar tawa ringan yang berasal dari mulut Reno, "Kalau yang itu kamu gak usah minta, Papa sudah sangat menyayangi kamu."

Salahkah jika hati Zella sakit? Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, tapi Zella harus kuat. Ia tidak boleh lemah hanya karena ini. Ia tidak boleh merasa kalah, suatu saat Papanya pasti kembali seperti dulu.

"Mau makan kuenya?" Pertanyaan dari Reno lagi-lagi terdengar dengan jelas.

"Mau!" jawab Shiren penuh semangat.

Zella dengan segera kembali membaringkan tubuhnya, ia memejamkan matanya dan berpura-pura tidur. Takut-takut jika kedua orang itu akan masuk ke dalam sini dan mengajaknya merayakan hari ulang tahun Shireen malam ini.

Tapi, beberapa menit terlewati Zella hanya bisa mendengar suara langkah kaki yang melewati kamarnya dan langkah kaki itu semakin menjauh hingga ia tak bisa mendengar apa-apa lagi.

Zella membuka matanya, lagi-lagi ia tersenyum getir.  Kenapa bisa ia sepercaya diri itu? Bahkan mereka seperti tak menganggap Zella ada disini. Mungkin mereka perlu waktu berdua, agar hubungan antara ayah dan anak terjalin sempurna tanpa gangguan dari orang-orang seperti Zella.

Perlahan tapi pasti kakinya ia turunkan dari atas ranjang sehingga menyentuh lantai yang dingin. Zella bangkit dan berjalan menuju lemarinya. Ia sedikit berjinjit lalu meraih sebuah kotak hitam beludru yang ia sembunyikan di atas lemari.

Setelah ia kembali duduk di atas ranjang, tangannya perlahan-lahan membuka kotak beludru itu. Beberapa foto usang ternyata tersimpan rapi di dalamnya.

"Rain kangen Papa yang dulu," lirihnya pelan saat matanya menatap foto Reno dan Raina -almahrum mama Zella- yang berdiri mengapit seorang anak kecil dengan gigi ompongnya.

Matanya kemudian menatap foto Reno yang sedang menggendong bayi perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Zella.

"Apa papa masih sayang Rain?"

Untuk pertama kalinya Zella membiarkan air matanya berlinang membasahi pipinya. Sekuat mungkin ia coba untuk menahan isakannya agar tidak keluar.

Tangannya bergetar saat memegang foto saat dimana Reno dan Raina beberapa tahun lalu memberinya kejutan sama seperti yang Reno berikan hari ini untuk Shireen.
Di sana mereka bertiga terlihat benar-benar bahagia, layaknya seperti keluarga harmonis lainnya.

"Cuma Papa yang Rain punya sekarang," ucap Rain pelan.

"Tapi kenapa Papa seperti membiarkan Rain merasa sendiri?"

Zella memejamkan matanya, "Rain sangat-sangat sayang Papa."

Zella menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, berusaha meredam isakannya yang mungkin terdengar sampai lantai bawah. Walau pada nyatanya tidak akan mungkin terdengar, mengingat rumah ini teramat besar dan kedua orang di bawah sana sedang bersenang-senang. Berbeda dengan gadis yang terisak sendirian di dalam keheningan dan kegelapan malam.

Dan tangisnya semakin pecah saat matanya menatap foto terakhir yang ada di dalam kotak itu, foto saat Zella berada di rumah sakit. Foto terakhirnya dengan Raina karena beberapa jam setelah permohonan Raina untuk berfoto dengan Zella terpenuhi, Raina menghembuskan napas terakhirnya hari itu juga.

"Maaf Ma, Rain gak bisa sekuat itu."

Dengan segera Zella memasukan semua foto-foto itu ke dalam kotak hitam beludru itu dan meletakan ke tempat semula. Ia naik ke atas ranjangnya dan memeluk sebuah boneka besar pemberian mamanya dulu. Zella meringkuk dan menangis sendirian malam ini. Mungkin malam ini ia benar-benar tidak bisa menahan semuanya. Ia membiarkan air matanya turun dengan isakan yang mampu menyayat hati orang-orang yang mendengarnya.

Zella juga perlu mengeluarkan semua bebannya. Dan malam ini Zella terlihat benar-benar rapuh.

^^^

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang