"Lo kok masih pakek seragam yang ini?" tanya Elvan terdengar tak suka saat melihat Zella keluar dengan seragam yang memang biasa gadis itu pakai.
"Lo belum buka paper bag yang gue kasih beberapa hari yang lalu ya?" tuduh Elvan.
Zella yang diperhatikan seperti itu oleh Elvan sontak menundukkan kepalanya meneliti penampilannya sendiri. Semuanya terlihat sempurna, seragam kebanggaannya melekat sempurna di tubuhnya. Zella hari ini memang kembali bersekolah, itu semua karena lebam-lebam di tubuhnya sudah tidak terlihat lagi. Dan laki-laki yang tadi melayangkan protes kepadanya benar-benar bersikeras agar menjemputnya hari ini.
"Ada yang salah? Gue dari dulu juga kayak gini," jawab Zella santai.
Elvan memijit pangkal hidungnya, "Katanya mau memperbaiki diri."
Zella melipat tangannya di depan dada, "Dalam artian gue gak akan bikin ulah lagi, lagi pula gue cuma mau benerin nilai biar papa bangga dan bukan merubah penampilan."
"Di sekolah gak ada yang berpenampilan gak rapi kayak lo ini," ucap Elvan sambil menunjuk Zella dari atas hingga bawah.
"Ada! Lo aja yang gak pernah protes sama cabe-cabean sekolah itu," jawab Zella tak terima.
Elvan berdecak kesal, "Cepat ganti sekarang juga!"
"Gak ma--"
"Ini perintah!"
Zella menghembuskan napasnya kasar, dengan berat hati ia berbalik untuk kembali mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian seragam kebesaran sudah melekat di tubuhnya. Sungguh, Zella benar-benar terkejut melihat dirinya sendiri. Ia berputar-putar di depan cermin namun hasilnya tetap sama, penampilannya tetap terlihat buruk dari segala sisi. Zella jadi merasa bahwa dirinya merupakan siswi-siswi cupu yang ada di sekolahnya.
Ini tak bisa dibiarkan, ia tak bisa pergi ke sekolah dengan keadaan seperti ini. Bisa-bisa ia ditertawai oleh seluruh penghuni sekolah. Zella bergegas keluar kamarnya kemudian menuruni tangga sedikit tergesa untuk menghampiri Elvan yang terlihat santai duduk di sofa ruang tamu.
"Van, gue gak mau pakai ini!"
Elvan yang tadi fokus menatap ponselnya kini mengalihkan atensinya saat mendengar suara Zella. Tepat saat matanya meneliti penampilan gadis itu, tawanya meledak tak bisa tertahankan.
"Lo mau mempermalukan gue kan?! Pokoknya gue gak mau pakai ini!" teriak Zella setengah kesal.
"Tetap pakek ini, ini bagus kok," ucap Elvan dengan sisa tawanya.
"Lo gila atau gimana? Lo aja ngetawain gue, apalagi mereka." Sungguh Zella benar-benar merasa kesal dengan Elvan.
Elvan berdehem berusaha terlihat biasa saja, "Gue udah gak ketawa."
"Kayaknya gue salah ukuran pas beliinnya," ucapnya santai, "tapi pakek aja dulu, besok gue beliin yang baru."
"Pakek?" Lo bilang pakek aja dulu?" Mata Zella melotot mendengar pernyataan santai yang dilontarkan oleh laki-laki itu.
"Mata lo buta atau gimana? Nih lihat!" Zella merentangkan kedua tangannya ke samping sehingga semakin memperlihatkan betapa besarnya kemeja putih yang ia gunakan saat ini. Bahkan panjang lengan kemeja itu sampai menyentuh sikunya.
"Ini juga!" Zella menunjuk rok abu-abu yang digunakannya. "Kalau sabuknya dilepas, rok gue melorot gitu aja, Van!"
Sejujurnya Elvan mati-matian menahan tawanya melihat gadis itu. Zella benar-benar terlihat aneh menggunakan seragam itu.
"Ya udahlah sabuknya jangan sampek lepas," jawabnya santai sehingga membuat Zella mengepalkan tangannya menahan amarahnya.
"Pokoknya gue gak mau pakek seragam ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZELLA
Teen FictionLaki-laki itu menyeringai, "Kerjakan atau ...." "Atau apa?" tanya Zella berani. Laki-laki itu melirik sekilas bibir Zella, "Gue cium." Zella tersenyum remeh, ia berani bertaruh bahwa laki-laki ini hanya mengancamnya. Dengan berani ia berjalan ke dep...