15

403K 32.3K 2.2K
                                    

Pagi ini Zella terlihat lahap memakan semangkuk bubur ayam di warung dekat dengan sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi tapi gadis itu masih terlihat santai. Hal seperti ini bukanlah masalah yang besar bagi gadis itu. Toh hari ini adalah hari Sabtu yang artinya pembelajaran lebih sedikit dari biasanya. Dia berakhir disini juga karena telat bangun, dan ini semua karena ketos sialan itu. Semalam Zella hampir tidak bisa tidur tenang karena terus memikirkan perkataan laki-laki itu.

Setelah membayar buburnya yang telah tandas dimakannya, gadis itu segera beranjak mengendarai mobilnya ke gerbang belakang sekolah. Jika lewat depan nanti bisa ketahuan guru apalagi ketos itu, hari ini ia berdoa semoga tidak bertemu dengan laki-laki itu. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang pas, gadis itu segera menaiki gerbang belakang sekolah yang terlihat lebih tinggi daripada gerbang depan.

Bruk

"A-akh," rintih gadis itu kesakitan saat kakinya tidak mendarat dengan mulus, ia berjongkok mengelus-elus pergelangan kakinya yang benar-benar terasa sakit.

"Bagus sekali baru datang jam segini."

Sial! Suara laki-laki ini lagi, kenapa dia selalu ada di semua sudut sekolah? Perlahan Zella mendongakkan kepalanya menatap laki-laki yang berdiri angkuh dihadapannya. Yang lebih horor adalah ketika Zella menatap buku tebal yang menjadi andalan laki-laki itu mulai dibukanya.

"Gue cuma telat sedikit, jangan catat apapun!" titah Zella tak santai.

"Raqueenla Razella telat empat puluh menit," gumam laki-laki itu dengan bolpen yang sudah menari-nari di atas buku itu.

"Lo gak denger perintah gue, hah?!" teriak Zella kesal.

Elvan menatap aneh gadis yang masih berjongkok itu, matanya meneliti penampilan Zella. "Pakaian seragam tidak lengkap," gumamnya lagi.

Lagi-lagi Elvan menatap gadis itu, "Sepatu berwarna merah muda."

Zella terus mendongak menatap laki-laki yang terus menerus mencatat sesuatu di buku itu, sejujurnya Zella benar-benar geram. Jika kakinya tidak sesakit yang sekarang mungkin ia akan merobek buku itu. Benar-benar memuakkan!

"Sekarang ikut gue!" Dengan sekali tarikan Zella sudah dibuat berdiri oleh laki-laki itu.

"Gak mau!"

"Kalau gak karena suruhan guru piket, gue gak akan mau keliling sekolah ngurusin anak-anak bandel kayak lo!" Elvan memulai penghinaannya. Benar-benar tidak sadar diri.

"Lo juga bandel!"

"Ikut gue ke ruang BK sekarang!" Elvan menarik Zella yang sebenarnya menahan sakit di pergelangan kakinya.

"A-akh, kaki gue sakit!"

Rintihan gadis itu sama sekali tak ditanggapi oleh Elvan, ia mengira bahwa itu hanya akal-akalan Zella agar terbebas dari hukumannya.

"Van, gue mohon berhenti sebentar," lirih Zella memohon. Sungguh kakinya terasa semakin sakit.

Elvan berhenti, ia berbalik menatap gadis itu. Bahkan mata gadis itu sudah terlihat berkaca-kaca.

"Lo kenapa?" tanya Elvan pelan.

Zella hanya diam, ia mengabaikan pertanyaan laki-laki itu. Gadis itu berjongkok dan mulai memegangi pergelangan kakinya lagi. Jika tidak ada Elvan, mungkin sekarang ia sudah menangis. Seperti biasanya, gadis itu tak ingin terlihat lemah walau pada nyatanya memang begitu.

Elvan ikut berjongkok, laki-laki itu meletakkan asal buku yang tadi dibawanya. Tangannya menarik dagu Zella agar mau menatapnya. "Lo nangis?" tanya Elvan.

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang