05

433K 34.9K 2.2K
                                    

Suara ketukan langkah sepatu yang menghantam lantai terdengar jelas di sepanjang koridor yang sepi. Gadis berambut ombre cokelat lembut itu berhenti sejenak menumpukan kedua telapak tangannya di atas lutut lalu menyeka keringat di pelipisnya. Napasnya tidak beraturan akibat berputar-putar disepanjang koridor.

"Hei kamu jangan kabur! Berhenti sekarang juga!"

Zella menoleh ke belakang dan menemukan gurunya yang bertubuh gempal berlari tergopoh-gopoh kearahnya dengan tangan yang memegang penggaris kayu panjang. Sontak Zella kembali berlari menghindari kejaran guru yang mendapat tugas piket hari ini.

Ketika ia kembali menoleh ke belakang, guru itu tampak berhenti dan terengah-engah disamping sebuah tong sampah. Gadis itu cekikikan lalu melanjutkan tujuan awalnya yaitu membolos jam pelajaran.

Tembok kokoh dan tinggi inilah satu-satunya jalan paling aman untuknya keluar dari sekolah tanpa hukuman membosankan yang hampir setiap hari ia dapatkan. Tanpa rasa takut dan dengan lihainya Zella menaiki satu persatu anak tangga yang sengaja ia sembunyikan disana.

"Turun!"

Zella terlonjak kaget, ia mengelus dadanya lalu menatap tajam laki-laki yang datang tiba-tiba dan mengejutkannya.

"Turun!" titah laki-laki itu untuk yang kedua kalinya.

Zella melanjutkan aksinya tanpa memperdulikan seseorang di bawah sana.

"Gadis pembangkang gue bilang turun!"

Merasa ucapannya tidak akan diindahkan, laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Elvan memilih menggoyang-goyangkan tangga yang dipakai Zella untuk memanjat tembok.

"Eh bego nanti gue jat--"

Breet

Bruk

Zella memejamkan matanya bersiap merasakan benturan tubuhnya dengan tanah, tapi kenapa tekstur tanah rasanya berubah? Perlahan-lahan ia membuka matanya dan ia baru menyadari bahwa tubuhnya jatuh tepat di atas tubuh Elvan yang tadi menggoyang-goyangkan tangganya.

Mata mereka sama-sama terkunci untuk beberapa saat sebelum akhirnya Zella tersadar dan hendak berdiri tapi pinggangnya ditahan oleh tangan Elvan yang dengan lancangnya sudah melingkar sempurna di pinggangnya.

Elvan memandang wajah Zella intens, "Lo kenapa?"

"Lepas!" Zella berusaha untuk melepaskan tangan Elvan. Sungguh posisi mereka saat ini benar-benar susah dijelaskan.

"Lo kemarin buat masalah di rumah?" tanya Elvan cepat.

Melihat kerutan di kening Zella, Elvan menghembuskan napas kasar. Kenapa wanita begitu tidak peka? Elvan mengarahkan tangannya yang bebas untuk menekan sudut bibir Zella sehingga membuat gadis itu sedikit meringis.

"Sudut bibir lo luka, dan gue tau siapa yang udah bikin lo gini," kata Elvan yang sukses membuat Zella menegang. Laki-laki ini sedang berpura-pura tau atau memang tau? Atau jangan-jangan Elvan memang keturunan cenayang? Banyak spekulasi yang memenuhi pikiran Zella tentang Elvan saat ini.

"Kalo lo beneran tau kenapa nanya?" Zella menatap Elvan kesal lalu kembali berusaha berdiri.

Jika ada yang memergoki, mereka bisa dituduh yang tidak-tidak. Ah, hanya Zella lebih tepatnya. Citra Elvan sudah sangat baik di mata seluruh penghuni sekolah. Kecil kemungkinan jika mereka menuduh Elvan yang bukan-bukan. Pasti hanya Zella yang akan kena masalah, mengingat gadis itu memang buruk di mata orang-orang.

Elvan melepaskan tangannya hingga membuat hati Zella sedikit lebih tenang. Tapi saat ia sudah berdiri dengan baik, Zella terperangah melihat roknya yang robek hingga jelas memperlihatkan pahanya.

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang